06

1.1K 273 7
                                    

"Oh jadi itu alasan (Last Name)-chan ada di sini?"

"Benar, (Name)-chan itu mudah sakit, apalagi jika hujan," jawab Akaashi santai sambil meletakkan kembali bola volli ke dalam keranjang.

Bokuto menganggukkan kepalanya mengerti dan diam-diam mencatat hal tentang (Name) itu ke dalam ingatannya. Dia bisa mendapatkan banyak informasi dari Akaashi.

Pandangannya pergi ke samping di mana (Name) yang memilih duduk di bangku penonton daripada bersama dua manager di sana. Dia bilang dia tidak ingin mengganggu latihannya karena dia bukan orang yang ikut ekskul bola volli. Bokuto merasa agak sedih karena dia tidak bisa melihat (Name) agak dekat.

Selesai merapikan peralatan olahraga yang dipakai. Akaashi tidak mengganti kaos olahraga yang dipakainya, sebab tidak ingin seragam sekolahnya terkena basah jika hujan nanti.

"(Name)-chan, ayo," ajak Akaashi yang sudah bersiap pulang.

"Sebentar!" (Name) berdiri dari tempat duduknya lalu mendekati Akaashi yang masih menunggunya.

"Aku tidak membawa dua payung tetapi aku bisa membaginya denganmu," ucap Akaashi.

"Tidak apa-apa, asal air hujannya tidak kena kepalaku, maka aku akan aman dari sakit," jelas (Name).

"Hey! Aku ingin ikut pulang bersama kalian!"

Akaashi dan (Name) berbalik lalu melihat Bokuto yang lari ke arah mereka sambil membawa satu payung di tangannya.

"Bokuto senpai?"

Bokuto merasakan dadanya menghangat mendengar panggilan (Name) kepadanya itu. Menunjukkan senyuman andalannya, Bokuto membuka payungnya yang membuat kedua adik kelas di depannya mengambil langkah mundur.

"(Last Name)-chan ayo berjalan bersamaku!" ajak Bokuto.

(Name) yang mendengarnya terkejut dan pipinya merona sesaat. "Maksud Bokuto senpai?"

"Di luar hujan bukan? Payung punya Akaashi terlalu kecil untuk dua orang jadi aku ingin (Last Name)-chan berjalan bersamaku," saran Bokuto.

Akaashi membuka payungnya dan memang benar apa yang dikatakan Bokuto. Payung miliknya lumayan kecil untuk dua orang.

"Benar, lebih baik bersama Bokuto-san saja, (Name)-chan," setuju Akaashi.

"E-eh? Kalau Bokuto senpai tidak keberatan."

"Tidak sama sekali!" jawab Bokuto langsung.

Mereka bertiga keluar dari gerbang sekolah dan Bokuto serta (Name) berada di bawah payung yang sama berjalan di depan, sedangkan Akaashi berjalan di belakang mereka.

Bokuto bisa mencium harum parfum yang sering dipakai (Name) dalam sedekat ini. Dia juga bisa melihat wajah nyata (Name) secara lebih detail. Bokuto menahan hawa untuk memeluk gadis yang dia idamkan ini kini sudah ada di sampingnya.

"Bokuto senpai sebelumnya terima kasih sudah mau membagi payungmu," ucap (Name) membuka topik pembicaraaan.

"Bukan masalah! Justru aku senang membantu (Last Name)-chan!" balas Bokuto sambil tersenyum.

(Name) yang melihatnya membalas senyuman Bokuto dengan anggukan dan senyum kecil. Kakak kelasnya ini sangat baik mau membagi payungnya juga pada saat Bokuto berkelahi dengan orang-orang waktu itu. (Name) sekarang tahu kenapa Akaashi mau berteman dengan Bokuto.

Selama perjalanan, mereka tidak terlalu banyak bicara. Akaashi yang fokus ke jalanannya itu tengah menghafal. Hujan yang turun lama-lama semakin deras diiringi angin pelan yang membuat air hujan itu mengikuti arah angin.

(Name) menggosokkan kedua tangannya ke lengan agar menghangatkan badannya. Bokuto yang menyadari (Name) kedinginan serta air hujan yang mengenai bahu (Name) itu membuat Bokuto menggeserkan payungnya lebih ke arah (Name), membiarkan sebelah bahunya terkena air hujan.

"(Last Name)-chan, agak dekat kemari sini," ucap Bokuto.

"T-tapi bahu senpai nanti basah aku ti―"

"Tidak apa-apa! Daripada (Last Name)-chan kena sakit. Akaashi memberitahuku soal (Last Name)-chan yang bisa sakit karena hujan."

(Name) tidak percaya Akaashi memberitahukan hal itu pada Bokuto. Pasti Akaashi sangat mempercayai kakak kelasnya yang satu ini. Menghela nafasnya pelan akhirnya (Name) mendekat ke arah Bokuto hingga bahunya bersentuhan dengan Bokuto.

"Terima kasih, senpai."

Bokuto yang tidak bisa menyembunyikan rasa membuncah senang dalam dadanya, dia menganggukkan kepalanya cepat sambil tersenyum dan kedua pipinya merona.

Akaashi masih diam memperhatikan interaksi dua orang di depannya.

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang