10

1K 245 16
                                    

(Name) mengunjungi kediaman rumah Akaashi dengan membawa makanan untuk sahabat kecilnya itu. Dia ingin menyemangati Akaashi setelah pertandingan kemarin. Fukurodani gagal untuk merebut juara pertama di Inter High kemarin. Meski tim bola volli putra Fukurodani masih bisa berdiri dan tersenyum, (Name) yakin kalau dalam hati mereka, kekecewaan terus merambat ke hatinya.

Sebelum (Name) sampai di rumah Akaashi. (Name) melihat Bokuto yang sepertinya baru mengunjungi Akaashi. Tidak heran jika melihat keduanya selalu bersama.

"Bokuto senpai!" teriak (Name) untuk mendapatkan perhatian Bokuto.

"Huh? (Name)-chan!!" Bokuto berbalik dan senyuman cerahnya mengembang ketika manik emasnya bertemu (eye color).

"Habis menjenguk, Keiji-kun, ya?" tebak (Name).

Bokuto menganggukkan kepalanya, "Iya, aku tidak bisa diam saja melihat Akaashi yang murung seperti itu," jawab Bokuto masih menunjukkan senyumannya.

Nada percaya diri yang keluar dari seorang kapten seperti Bokuto itu, membuat (Name) merasa kagum dengan kakak kelasnya. Sekilas, muncul rona merah muda di pipi (Name).

"Kenapa buru-buru pulang? Aku membawa makanan untuk Keiji-kun dan mungkin Bokuto senpai bisa bergabung?" tawar (Name) sambil mengangkat kotak makanan yang sudah dibungkus dengan rapi dengan kain.

"Aku ingin sekali tapi, aku tidak bisa, (Name)-chan," tolak Bokuto. "Ada hal yang harus aku urus setelah ini."

"Oh.. begitu, ya. Sayang sekali," raut (Name) berubah sedih mendengar jawabannya.

Bokuto yang merasa panik dalam hati, dia berusaha mencari jalan agar dia tidak melihat wajah sedih (Name). Seharusnya dia membuatnya tersenyum, bukan murung seperti ini!

"Bagaimana kalau begini saja, aku akan mengajak (Name)-chan makan akhir pekan nanti," ucap Bokuto tiba-tiba keluar dari mulutnya.

Bokuto merasa bodoh mengatakannya. Kenapa dia malah mengucapkannya terlalu keras?!

"Aku mau― Eh! Bokuto senpai kenapa menampar pipimu sendiri?!" (Name) mendekati Bokuto karena kakak kelasnya itu tiba-tiba menampar kedua pipinya dengan tangannya secara keras. Meninggalkan jejak merah.

Manik bulat emas Bokuto menatap ke arah gadis berambut (hair color) dengan ekspresi terkejut. "(Name)-chan mau..?"

(Name) mengecek kedua pipi Bokuto lalu kepalanya mengangguk. "Iya, aku mau. Tapi, tolong jelaskan kenapa Bokuto senpai menampar pipi sendiri!"

Bokuto menegapkan tubuhnya dan efek sakit dari tamparannya baru terasa. "Aku hanya berpikir jika (Name)-chan pasti menolaknya."

(Name) menggelengkan kepalanya pelan hingga helaian rambutnya menari lembut. "Mana mungkin aku tolak, terima kasih sudah mau mengajakku."

Setelah itu, (Name) masuk ke dalam rumah Akaashi dan Bokuto melanjutkan perjalan pulangnya. Dia tidak percaya jika dia berhasil mengajak (Name) makan bersama! Bahkan, hal itu terjadi di luar rencana. Benar-benar hari keberuntangannya.

Bokuto mengeluarkan ponselnya dan membuka layar kuncinya, menampilkan wajah (Name) yang tengah membeli minuman kaleng di mesin minuman, cahaya dan posisi foto yang dia ambil membuat hasil fotonya terlihat indah.

"Aku tidak sabar ingin bersamamu.." gumam Bokuto sambil menatap intens ke arah ponselnya.

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang