Temui aku di taman nanti, (Name)-chan! Ada hal yang ingin tanyakan padamu.
Begitulah isi pesan penuh hangat dari Bokuto Koutaro. (Name) bingung kenapa Bokuto tiba-tiba mengajaknya bertemu, padahal jika ingin menyampaikan sesuatu bisa tulis lewat pesan atau menelpon. Namun, mungkin saja Bokuto lebih nyaman menanyakannya secara langsung.
Melirik sekali lagi ke jam dinding, (Name) mempunyai waktu setengah jam sebelum matahari terbenam dan dia ingin menghindari udara malam dingin di bulan Februari ini. Mengambil jaketnya, (Name) pamit pada ibunya yang sedang menonton televisi.
Berjalan sendirian dengan tenang, (Name) tidak bisa menahan diri sambil mengawasi lingkungannya. Rasa takut akan teror penggemar rahasianya yang berkeliaran itu membuat (Name) menjadi orang yang mudah paranoid. Sudah sepuluh menit kurang berjalan dia sampai di taman yang dimaksud Bokuto.
"(Name)-chan!"
Mendengar namanya dipanggil membuat (Name) menoleh ke belakang dan melihat Bokuto yang berlari pelan ke arahnya. Ada senyum manis di wajahnya yang membuat pipi (Name) sekilas merona karena terpukau.
"Sudah menunggu lama?"
(Name) menggelengkan kepalanya, "Tidak juga. Jadi ada apa Bokuto senpai memanggilku kemari?"
Bokuto melirik ke sekitarnya dan sesuai dengan dugaannya orang-orang yang ada di taman ini sedikit jadi dia bisa melancarkan rencananya. "Aku khawatir soal (Name)-chan! Aku dengar dari Akaashi kalau (Name)-chan punya orang penguntit!"
"Soal itu... untuk sekarang aku baik-baik saja dan aku yakin Keiji-kun sudah mengatasinya."
Bokuto menganggukkan kepalanya lalu jarinya mengusap dagunya pelan dan alisnya mengkerut berpikir. "Akaashi itu cerdas jadi aku tidak terkejut lagi dengannya. Tapi! (Name)-chan benar-benar baik?"
(Name) menunjukkan senyum kecil ke arah Bokuto. "Aku baik, kok. Bokuto senpai tidak perlu mengkhawatirkanku."
Bokuto membalas senyum (Name) itu dengan senyuman andalannya. "Kalau begitu, aku akan mentraktir (Name)-chan makan! Bagaimana?"
(Name) mengibaskan kedua tangannya sambil menggelengkan kepala. "Tidak usah, Bokuto senpai. Aku akan malam di rumah nanti. Tapi, terima kasih sudah mengajakku."
Rambut Bokuto sekilas menurun sedih sama seperti perasaannya. "Baiklah, maaf sudah membuat (Name)-chan repot kemari, aku antar pulang, ya?"
(Name) senang Bokuto menawarkan diri untuk menemaninya pulang. Akhirnya rasa takut berjalan sendiri sirna jika ada Bokuto di sisinya. "Tentu saja, Bokuto senpai."
Keduanya berjalan dengan tempo lambat karena saking asyiknya berbicara. Bahkan, (Name) bisa mendengar tentang mimpi Bokuto yang akan meneruskan passion-nya di bidang bola volli.
"Luar biasa, Bokuto senpai! Aku pasti mendukungmu!"
"Hahahaha! Aku senang mendengar (Name)-chan akan menjadi fans pertamaku!"
(Name) tertawa pelan bersama Bokuto dengan pipi merona. Tawa Bokuto mereda pelan lalu auranya yang tadi cerah itu menurun drastis.
"Hey, (Name)-chan. Apa reaksimu kalau aku orang yang mengirimmu surat-surat itu?" tanya Bokuto.
(Name) menghentikan langkahnya lalu eskpresi bingung tercetak di wajahnya. "Surat?"
"Akaashi bilang padaku kalau (Name)-chan menerima surat-surat dari penggemar rahasia," jelas Bokuto yang sama menghentikan langkahnya namun tidak menatap langsung lawan bicaranya.
"Aku tidak tahu... tapi itu mustahil terjadi. Bokuto senpai tidak mungkin mengagumiku."
Bokuto berbalik membuat cahaya matahari yang perlahan terbenam tertutup karena punggung besarnya. "Aku mengagumi (Name)-chan, loh. Aku bisa saja orang yang mengirim surat-surat itu."
(Name) meneguk ludahnya kasar dan kedua tangannya saling mengait untuk menenangka. rasa takut yang perlahan tumbuh. Nada dan cara bicara Bokuto terdengar berubah. Ada yang salah dengan Bokuto.
"A-aku harus pulang, sebentar lagi gelap. Lebih baik Bokuto senpai juga―"
"TIDAK!" Bokuto mendorong tubuh (Name) hingga punggung gadis itu mengenai tembok di sisi jalan. Sialnya lagi, mereka berada di jalanan yang jauh dari keramaian maupun perumahan.
"B-Bokuto s-senpai ada a-apa denganmu?"
Bokuto menaruh kedua tangannya di sisi kepala (Name), menjebaknya jika dia berani kabur dari cengkramannya.
"(Name)-chan membuang hadiah yang aku beri untukmu, bunga itu... aku yang memilihnya dan aku harap (Name)-chan menyukainya tapi..." satu tangan Bokuto mengepal dan dia menundukkan kepalanya supaya (Name) tidak melihat wajahnya.
"Selama ini Bokuto senpai yang melakukannya?" tanya (Name) dengan nada kecil.
Bokuto mengangkat kepalanya dan manik emasnya itu meredup kehilangan sinarnya.
"Benar, aku yang mengambil surat-surat itu kembali dan aku yang selalu berjalan di malam hari di sekitar rumahmu, apa yang akan (Name)-chan lakukan ketika sudah tahu kenyataannya?"
Pikiran (Name) terhenti dengan semua informasi yang datang dari penggemar rahasianya sendiri atau lebih tepatnya kakak kelas yang dikagumi (Name). Perasaan manis kepada Bokuto yang dimiliki (Name) itu lenyap seketika.
"Bokuto-san kau benar-benar aneh! Tidak perlu melakukan hal yang berlebihan!" teriak (Name) lalu mencoba lepas dari tangan Bokuto yang mempersempit gerakannya.
Bokuto menarik pergelangan tangan (Name) kuat dan menaruhnya di belakang punggung (Name) hingga keluar keluhan sakit dari bibir (Name).
"(Name)-chan pikir aku tahan dengan perasaan aneh yang tumbuh dalam diriku?! Melihat langsung (Name)-chan membuang hadiahku bahkan menyebutku seorang pembunuh.." kata terakhir Bokuto itu dia tekankan karena dia sangat benci jika harus diingat lagi hari dimana (Name) memanggilnya pembunuh.
Bokuto mengontrol nafasnya pelan lalu dia menyembunyikan wajahnya diceruk leher (Name).
"Bokuto-san lepaskan aku sekarang juga! Ini semua sudah kelewatan!"
Bokuto menggelengkan kepalanya dan alhasil pegangan tangan pada (Name) menguat dan bisa saja jadi membekas adanya luka.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu," jawab Bokuto lalu menjauhkan wajahnya dan kini mereka saling menatap satu sama lain. Matahari tidak lagi menyinari mereka berganti dengan sang malam.
"Mulai dari sekarang, aku akan menjadi seseorang yang kau sebut pembunuh itu jika berani melawan."
―――――
bersambung
mulai dari sini hika taruh peringatan karena yeah.. mature kontennya udah kelihatan nanti. and.. hika baca ulang dan plotnya gak kecepetan kah? atau ada plot hole yang gak hika sadari? atau yandere tipe bokuto ini kurang kalian sukai?
hika mau jelasin sih kenapa bokuto tiba-tiba jadi mad in love sama (name) tapi nanti aja kalau udah tamat (*゚∀゚)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTARO
Fanfiction✧ kenapa kau selalu menolaknya? apakah karena ini jelek? kalau begitu... akan aku buat kau menyukainya ✧ start → august 16 2020 end →