24

949 166 21
                                    

(Name) meluruskan gaun yang dia pakai itu agar terlihat lebih rapi. Melihat dirinya dari pantulan kaca membuat (Name) menjadi gugup. Dia tidak memakai make up maupun perhiasan yang menyempurnakan gaunnya. Tetapi, cukup gaun indah yang dia pakai ini sudah membuat (Name) merasa lebih cantik dari biasanya.

Sulit dipercaya (Name) malah terbawa suasana dan perasaan kepada Bokuto Koutaro. Kakak kelas yang dikaguminya sekaligus orang yang menculiknya.

Melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. (Name) mendekati pintu kamarnya untuk bertemu Bokuto yang mungkin sudah menunggunya di ruang tamu. (Name) tadi mendengar suara barang-barang yang dipindahkan. Mungkin Bokuto membuat ruangan untuk mereka berdansa.

(Name) perlahan turun dari tangga kamarnya dan iris (eye color)nya disuguhi dengan banyaknya lilin wangi yang menuntun jalannya. Jendela bagian depan sengaja dibuka beserta tirainya agar cahaya rembulan memasuki lantai dansa agar terlihat lebih romantik.

Pandangan (Name) lalu beralih ke arah Bokuto yang berdiri tegap dengan sepasang pakaian formal. Jas hitam dengan kaos panjang berwarna putih bersih, celana hitam panjang dan sepatu hitam. Rambut gradasi hitam putihnya yang sering berdiri itu kini dia ubah gayanya menjadi slicked back. Di tangan Bokuto, terdapat sebuket bunga (favorite flower).

(Name) akui, Bokuto sangat tampan di depan matanya. Namun tidak tahu bagaimana pendapat hatinya.

"Ini bunga untuk (Name)-chan," ucap Bokuto dengan nada yang santai dan ekspresi wajahnya juga terlihat lembut.

"Terima kasih, Bokuto," jawab (Name) menerima bunga itu lalu memandangnya lama.

Bokuto pergi ke arah radio yang sudah dia siapkan untuk memutarkan musiknya. Dia menyiapkan semua ini dengan hasil kerja kerasnya.

Lantunan musik Gymnopédie No. 1 memasuki indera pendengaran (Name). Setiap tuts piano berbunyi membuat (Name) merasa dia berada di film yang sering dia tonton.

Bokuto mengulurkan tangannya untuk meminta (Name) berdansa dengannya. (Name) menyimpan bunga yang dia pegang di atas meja lalu meraih tangan Bokuto yang lebih besar darinya. Perlahan, (Name) menaruh satu tangannya di bahu Bokuto dan yang satu lagi berpegangan erat dengan tangan Bokuto.

Badan (Name) agak terperanjat ketika merasakan tangan hangat Bokuto menyentuh sisi pinggangnya. (Name) tidak pernah berdansa ala barat seumur hidupnya. Dia hanya sering melihat di film.

Bokuto menuntun (Name) dengan dansa yang lembut dan pelan. Tidak lama mereka berdansa, suara rintik hujan menemani momen mereka. Begitu pula sinar rembulan yang menyinari dua insan tersebut.

(Name) tidak memandang pasangan dansanya karena sejujurnya, dalam batin dia tengah bertarung dengan dirinya sendiri. Perasaan yang dia rasakan, logika yang menentang atas segala perilaku Bokuto padanya benar-benar tidak bisa dimaafkan.

"(Name)-chan?"

Bokuto memanggil nama (Name) begitu lembut. Seakan ketika namanya terucap dia akan terlihat rapuh.

"Hm?" jawab (Name) masih dengan menatap ke arah kaki yang berjalan dengan tempo lambat yang mengikuti musik.

"Apa (Name)-chan masih membenciku?"

(Name) mengangkat kepalanya untuk bertatapan dengan Bokuto. Apa perlu dia menjawab pertanyaan yang sudah jelas jawabannya itu?

"Aku tahu apa yang aku lakukan salah tapi.." Bokuto menggigit bibir bagian bawahnya ragu. "Aku tidak ingin kehilanganmu dan.. orang-orang di luar sana tidak pantas melihatmu. Saat kejadian (Name)-chan yang hampir terkena kekerasan seksual itu, aku menjadi takut. Bagaimana aku bisa melindungimu jika aku tidak melihatmu sedetik saja?"

"Bokuto, kau tahu aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku bukan-"

"Aku tahu, (Name)-chan!" teriak Bokuto kini kedua manik emas tajamnya membulat namun sedetik kemudian melembut ketika sadar apa yang dia lakukan. "Aku tahu.. aku hanya, aku hanya takut. Dengan cara seperti ini aku bisa menjaga dan merawatmu lebih baik. Lihat? (Name)-chan juga tidak terluka sama sekali oleh dunia luar."

(Name) harus meruntuhkan pendirian Bokuto yang percaya bahwa dirinya aman bersamanya. Secara fisik mungkin iya. Tapi, apa pernah Bokuto memikirkan perasaannya?

"Namun, (Name)-chan harus tahu. Aku benar-benar mencintaimu. Aku tulus mencintaimu. Jadi, jangan tinggalkan aku sendirian."

Dansa mereka berhenti namun musik dari radio masih berbunyi. (Name) melihat wajah Bokuto yang kini terlihat bingung dan sedih lalu yang mengejutkan adalah dia menahan tangisan di depan (Name).

Menutup sebentar kedua matanya, (Name) berpikir apa dia harus memberikan kesempatan kedua pada Bokuto? Apa Bokuto bisa berubah menjadi ke dirinya yang dulu? Dirinya sebelum mengenal (Name)?

"Bokuto.."

Mendengar suara lembut (Name), Bokuto membuka kedua matanya lalu menatap balik manik (eye color) yang selalu membuatnya tenggelam dalam larut.

Bokuto tidak tahu apakah dia sedang bermimpi atau dia ini sedang melamun. Merasakan bibir lembut dengan harum parfum yang memabukkan dirinya ini tidak salah lagi.

(Name) menciumnya.

―――――――

bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang