O2

56.3K 9.1K 228
                                    


Tap vote 🌟 terus kasih komentar yak 😘

***

Fall For You adalah sebuah kisah fiktif bergenre romantis gore yang memiliki ending menyedihkan bagi beberapa pemainnya. Para tokoh utamanya kebanyakan tidak waras dan juga suka bermain-main dengan nyawa seseorang. Mereka juga membentuk geng yang membuat pusing kepala. Pertama, ada tokoh utama pria yaitu Damon Lars Salvatore. Dia ketua geng motor LASTFOX. Pemuda tampan bermata cokelat ini memiliki tattoo bunga mawar yang khas di lehernya. Ia merupakan kapten basket kebanggaan ECHOSTAR high school. Damon juga terkenal karena angkuh dan juga sombong. Dia suka mem-bully siswa yang tidak dia sukai. Damon sering sekali berkelahi dan mengadakan tawuran dengan sekolah lain. Ia memiliki sederet catatan kriminal namun dibebaskan karena orang tuanya yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia politik.

Sementara tokoh utama wanitanya adalah Annesta Cliona atau lebih sering dikenal dengan Nesta. Gadis itu merupakan idaman para pemuda di sekolah. Postur tubuh yang ideal dan panas membuat siapapun terpesona ketika gadis itu melangkah. Wajahnya yang ayu diberkahi dengan bibir sexy dan hidung yang mancung. Dia juga memiliki lesung pipi, menambah nilai kecantikannya. Selain cantik, Nesta juga terkenal ramah dan baik hati. Dia juga pintar. Paket komplit sebagai seorang dewi, dia borong semua.

Kemudian tokoh antagonis yang sangat dibenci namun juga dikasihani oleh pembaca seperti Sena. Arsalan El Silas. Dia ini mafia muda yang menyembunyikan identitasnya sebagai pemuda berandal biasa. Arsalan mengemban titel ketua SILASTOR di pundaknya. Arsalan digambarkan sebagai pemuda rupawan dengan tinggi mencapai seratus delapan puluh lima senti meter. Dia memiliki mata biru yang mempesona dan lesung pipi yang menawan. Arsalan merupakan kapten basket pentolan WESCANTA high school. Selain itu dia juga terkenal dengan sikap dinginnya yang melebihi puncak jaya wijaya. Katanya hanya pada Nesta dia bisa lembut walaupun masih di tingkat yang sulit dijelaskan juga bagian lembutnya. Arsalan sangat membenci Damon, begitu juga sebaliknya. Entah untuk alasan apa yang pasti jika mereka berdua maka tidak akan pernah berakhir dengan baik.

Tentu saja mereka berdua berbeda sekolah. Jika mereka bersama, bisa jadi perang dunia setiap harinya. Dan sialnya lagi, Aluna berada di salah satu sekolah itu. Dia berada di kubu Damon. Gadis itu mencelos ketika mendapati dirinya bahkan berada satu kelas dengan Damon dan juga Nesta. Orang-orang populer ini terus saja membuat ribut selama satu minggu dia masuk di sekolah ini. Walaupun Aluna nyaris tidak pernah berinteraksi karena mereka tidak memiliki kepentingan tetapi tetap saja rasanya menakutkan. Ia kira dirinya akan sama saat seperti menjadi Sena, tanpa teman dan kenalan, tetapi dia salah. Gadis ini disambut hangat oleh dua kawannya yang sebenarnya tidak dia ketahui. Namanya Violet dan Maggie.

"Hai, bitch! Apa kabarmu?" celetuk Maggie sambil tertawa nyaring.

Aluna memaksakan dirinya untuk terkekeh hingga membuat wajahnya sedikit aneh. Dia merenggangkan tubuhnya dan duduk di kursinya dengan wajah malas.

"Sepertinya dia membencimu," ujar Violet yang membuat Maggie memandang Aluna dengan tajam. Aluna meringis dan tersenyum lebar seperti orang bodoh. "Oh, dia mengejekmu!" sambung Violet kemudian.

"Ya, hentikan! Kenapa kau mencoba membuat Maggie marah padaku?" kilah Aluna sambil menatap nyalang ke arah Violet.

Violet tak menjawab dan hanya tersenyum.

"Oh ayolah, Mag. Apa kau percaya Violet?" rengek Aluna pada Maggie yang duduk di sampingnya.

"Aku akan memaafkanmu jika kau mau pergi ke club denganku malam ini!"

"Oh, C'mon Mag. Jangan mempersulit ku! Kau tahu sendiri Allen tidak akan membiarkanku bersenang-senang!" elaknya berusaha mencari alasan. Sebenarnya Aluna hanya tidak mau keluar dari rumah saja. Dia tidak mau tiba-tiba terlibat dengan alur novel ini, tidak akan pernah!

"Hei, tidak masalah. Kau bawa saja si tampan itu bersamamu!" usul Maggie sambil tertawa senang.

Aluna memutar bola matanya dengan wajah malas. "Aku tidak akan pergi. Lagipula kita ada ujian besok. Aku tidak mau terlambat bangun!" ujarnya masih berusaha menolak.

"Jangan bercanda! Sejak kapan kau mau memakai otakmu untuk belajar?" sela Maggie tidak menyerah. "Kau tidak pernah berpikir. Tidak pernah! Benar kan Violet?"

Violet justru mengangguk dan membuat Aluna semakin kesal. Dia tidak ada pembela di sini. Jadi, gadis itu memutuskan untuk fokus mengerjakan soal yang belum sempat dia selesaikan semalam.

"Ayolah, nona Javas. Sekali-sekali kau melanggar aturan orang tuamu untuk tidak ke club. Itu akan sangat mendebarkan. Aku berjanji malam ini akan menyenangkan!" bisik Maggie merayu Aluna yang masih kukuh menolak ajakannya.

Aluna menyilang kan kedua tangannya di depan dada dan menggelengkan kepalanya. "Tidak akan! No, no way! Impossible! Aku tidak akan pernah melakukan itu!" tepisnya tanpa ragu.

Maggie cemberut. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain kemudian menyeringai. Ia melirik Aluna yang sedang belajar dan diam-diam merencanakan sesuatu dalam otaknya. Violet menatapnya penuh tanya namun gadis itu menutup rapat mulutnya ketika Maggie menempelkan jarinya di pintu bibirnya sendiri. Mereka akan melakukan sesuatu. Masing-masing dari mereka tersenyum lebar satu sama lain.

***

Malam pun tiba. Aluna sedang sibuk membaca novel sambil mendengarkan musik dengan suara kencang. Bibirnya pun tak ragu ikut bernyanyi. Novel, keripik, dan musik adalah paduan sempurna untuk melewati malam akhir pekannya kali ini.

"HEI! BUKA PINTUNYA! TEMANI AKU PERGI! CEPAT!"

Aluna mendengus ketika mendengar suara gedoran dan juga teriakan datang dari arah luar ruangan. Itu pasti Allen sialan. Dengan malas, gadis itu menyeret kakinya menuju pintu kamarnya. "Apa?" ketus Aluna begitu melihat wajah Allen di sana.

"Temani aku!"

Aluna mengernyit ketika mendengar ajakan Allen yang justru terdengar seperti perintah. "Tidak mau! Aku mau bersenang-senang dengan novelku hari ini, jadi, jangan menggangguku sedetik saja!" tolaknya dengan galak.

"Cepat temani aku, Kak! Aku harus pergi ke suatu tempat dan kau harus ikut denganku!" titah Allen lagi.

Aluna menyeringai. Tumben sekali adiknya ini memelas seperti ini. Sepertinya itu sesuatu yang sangat penting. "Memohonlah dan panggil aku dengan manis!" pinta Aluna dengan angkuh.

Allen melebarkan matanya. "Sial." Dia mengumpat. "Tidak mau! Aku tidak akan sudi memohon padamu!" imbuh Allen dengan wajah jijik.

"Oke. Selamat tinggal! Semoga beruntung!"

Aluna menutup pintunya namun sepatu Allen mengganjalnya dari luar. Aluna tersenyum lebar. Dia membuka pintunya lagi dan melihat adiknya sedang mengepalkan tangan dengan wajah memerah. Jelas sekali adiknya yang terpaut satu tahun itu sedang berusaha menahan emosinya dan Aluna menikmati siksaan itu. Allen benci bersikap manis pada Aluna dan itu menyenangkan. Ia tidak tahu jika mempunyai adik laki-laki yang galak ternyata sangat mengasyikkan.

"Kak Aluna, kumohon, temani Allen pergi ke luar," cicitnya pelan.

"Hah? Apa? Apa yang kau katakan? Aku tidak mendengarnya dengan jelas. Katakan dengan keras!" sela Aluna sambil memajukan telinganya ke arah Allen.

"KAK ALUNA CANTIK, KUMOHON, TEMANI ALLEN PERGI KE LUAR!"

Aluna tertawa puas dan mengusap-usap kepala Allen yang tentu saja langsung ditepis oleh pemuda itu. "Baik-baiklah. Karena manisnya Luna sudah meminta, kakak akan menurutinya. Mari kita pergi, sayang..."

Allen berteriak dan sontak memeluk tubuhnya yang merinding. "Menjijikkan! Sialan, ini sangat menjijikkan! Dasar menyebalkan! Aluna sialan! Aku akan membalasmu!"

Aluna yang mendengar itu dari dalam kamar karena hendak mengganti pakaiannya terbahak keras. Oh astaga, ini menyenangkan! Dia tidak mau pergi dari sini.

Beware of The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang