Aku suka double update 😋
Tinggalkan jejak dulu yok 🥰***
Tenang sebelum badai. Ungkapan itu sangat cocok untuk perasaan Aluna beberapa hari terakhir. Dia selalu menjalani hidupnya di novel ini dengan santai dan menerima semuanya tanpa banyak berpikir, itu karena dia kira sang antagonis telah bertemu tokoh utama. Sialnya dia tidak memperkirakan kondisi di mana hal itu belum terjadi.
Aluna beberapa kali mengembuskan napasnya dengan kasar dan membuat temannya yang mendengar merasa jengah. Hal itu terus berlangsung selama seharian ini dan mereka tidak nyaman. Mereka kira masih berkaitan dengan kejadian semalam tetapi sepertinya bukan karena saat seseorang menyapanya atau menyenggolnya untuk membicarakan kejadian semalam ia hanya melengos dan menganggapnya angin lewat. Dia mencurigakan.
"Sebenarnya kau kenapa?" tanya Maggie yang sudah tidak bisa menahan diri lagi. Mereka kini sedang di kantin, menanti Violet yang sedang memesankan makanan untuk mereka. "Apa kau masih kesal karena kejadian semalam?
Aluna menggeleng."Hanya saja... Oh shit! Kapan festival olahraga tahunan di adakan?" tanya gadis itu mengejutkan.
Maggie berpikir. Mengingat-ingat informasi yang tersebar di antara para siswa.
"Sepertinya dua minggu lagi. Kudengar para panitia sedang ribut menyiapkan beberapa kegiatan."
"Apa Damon dan Nesta akan turun ke lapangan?"
"Uh tentu saja, sayang. Mereka itu idola yang dinantikan para fansnya!" tuturnya sumringah. "Ah, Damon. Dia sangat tampan saat bermain basket. Aku menantikan pertandingannya yang panas!" sambung Maggie sambil mengigit bibir bawahnya membayangkan tubuh Damon yang melayang ketika melempar bola ke ring.
"Apa anak-anak wescanta akan diundang?"
"Tentu saja. Mereka lawan kita yang paling tangguh. Tahun lalu kita kalah tetapi tahun ini kita pasti bisa mengalahkannya! Omong-omong kapten mereka sudah ganti. Kudengar dia juga sangat tampan. Ah, aku sudah tidak sabar lagi."
Aluna nyaris tidak merasakan kakinya ketika mendengar jawaban Maggie. Ceritanya baru akan dimulai dan tekad gadis itu berbanding terbalik dengan apa yang akan terjadi nanti. Wescanta akan menang dan kericuhan di mulai. Arsalan yang sedang terluka tetap bisa melakukan permainan dengan apik namun kejadian buruk menimpanya. Damon yang marah menyerangnya hingga pria itu berdarah. Nesta lah yang menyelamatkannya dengan membawanya ke kamar mandi putri. Oh sialan, dia harus mengambil cuti apapun yang terjadi.
"Kau mau ke mana?" tanya Maggie ketika melihat Aluna berdiri dengan wajah bertekad.
"Cuti. Aku akan liburan!"
"Apa?"
Aluna melambaikan tangannya kemudian berjalan dengan cepat menuju ke ruang guru.
"HEI! APA YANG KAU LAKUKAN? KAU MAU KE MANA?" jerit Maggie yang tentu saja tidak Aluna hiraukan.
Violet yang baru saja datang menatapnya. "Aluna kemana?" tanya gadis itu dengan pelan.
"Entahlah. Dia jadi semakin gila sejak pingsan hari itu. Aku jadi merasa bersalah padanya."
"Itu memang harus. Kau yang membuat hukumannya ditambah dengan menaruh rokok itu di dalam tas Aluna."
Maggie tertawa kaku. "Aha itu kan hanya bercanda. Aku ingin mengerjainya sedikit," kilahnya kemudian. "Tetapi aneh sekali, dia bahkan tidak berteriak padaku keesokan harinya. Seolah-olah dia lupa alasan dia dihukum sampai pingsan. Padahal biasanya dia akan mengamuk sampai berhari-hari."
"Sepertinya dia menyiapkan balas dendam yang lain."
Maggie memukul lengan Violet yang tersenyum manis tanpa rasa bersalah usai menakut-nakutinya. Jika memang benar begitu, dia bisa habis nanti. Aluna sangat tidak masuk akal ketika mengerjai seseorang. Dia itu mengerikan!
***
Maafkan kami, Aluna. Tetapi kami tidak bisa memberikan surat izin begitu saja tanpa alasan yang jelas. Bukankah biasanya ayahmu yang mengurus surat izin mu jika memang benar-benar dibutuhkan? Lagipula sebentar lagi acara festival dan ternyata kami lagi-lagi akan membutuhkanmu untuk mengurus dekorasi pesta sebagai malam perayaan kemenangan.
Aluna tertawa terbahak-bahak di depan kantor guru dan membuat orang-orang yang lalu lalang menatapnya dengan aneh. Aluna berhenti di depan jendela yang memantulkan wajahnya dan melotot. "Apa kau bodoh? Kenapa kau suka mendekorasi ruangan? Kenapa kau selalu ikut campur dalam perayaan padahal kau bukan anggota pengurus sekolah hah? Kau mau sok jadi pahlawan begitu?" makinya pada diri sendiri.
Aluna ingin menangis tetapi air matanya terasa kering. Dia membenturkan keningnya di dinding beberapa kali namun seseorang tiba-tiba ada tangan yang menahan nya. Aluna menoleh dan spontan mundur ketika melihat sosok Nesta sedang tersenyum ke arah nya. "Luna, apa kau ada masalah? Kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini?" tanya gadis itu dengan lembut.
Lihat, gadis itu sangat cantik dan juga baik. Bagaimana bisa dia membiarkan Arsalan sialan itu menodainya di puncak cerita nanti? Aluna tidak rela. Gadis itu seketika memeluk Nesta. "Kumohon, kuatkan dirimu!" titah Aluna penuh harap.
Nesta mengernyit. Bukankah itu seharusnya kalimatnya untuk Aluna. Gadis itu yang terlihat berantakan dibandingkan dirinya. Namun, sekali lagi karena Nesta tidak mau membuat Aluna semakin sedih akhirnya dia membalas pelukan Aluna dan menepuk-nepuknya.
Setelah beberapa saat, Aluna lantas menjauhkan dirinya. "Baiklah, aku harus pergi. Sampai jumpa di kelas!" pamit Aluna sambil melambaikan tangannya dan melangkah menjauh.
Nesta menatap kepergian Aluna dengan gelengan heran. Gadis itu sudah sering melihat Aluna bertindak absurd dan juga nyeleneh. Ia hanya memperhatikan karena Aluna tampak terlalu dingin untuk didekati tetapi sepertinya tidak, buktinya saja dia mau memeluknya, ya, walaupun dia tidak tahu alasannya.
****
Terima kasih sudah baca 😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of The Villain
Roman pour AdolescentsFOLLOW AKUN SAYA SEBELUM BACA ❤️ BACA AJA DULU SAMPE 10 CHAPTER! NOTE : DIALOG DAN NARASI PAKAI BAHASA BAKU. ---- Sena lebih suka bercengkerama dengan karakter fiktif penuh akan drama dalam buku novel dibandingkan bersitatap dengan manusia nyata...