"ALUNA!"
"MY BITCHY!"
Maggie yang semula berlari dengan dengan tangan terbentang penuh semangat dan berwajah manis seketika merubah mimik wajahnya menjadi garang. Dia menepuk kening Aluna dan membuat gadis itu meringis. "Sakit!"
"Sialan kau! Kenapa meninggalkanku dan Violet sendiri di echostar? Apa kau marah karena aku membuat hukumanmu bertambah dengan rokok itu? Aku kan tidak sengaja!"
"Tunggu..." Aluna berhenti mengusap keningnya dan mendelik. "KAU APA?!"
Maggie tersenyum lebar. Dia mengapit lengan Aluna dan membawanya masuk melawati gerbang sekolah wescanta. "Tapi tenang saja. Kau tidak akan sendiri lagi. Aku di sini untuk menemanimu," ujarnya mengabaikan pekikan Aluna beberapa saat yang lalu.
"Tidak. Kau yang membuat hukumanku bertambah hari itu? Kau yang membuatku pingsan?" tanya Aluna dengan mata melotot.
"Oh ayolah, teman. Itu hanya sedikit gurauan kecil," rayu Maggie sambil menggoyang-goyangkan lengan Aluna yang dipeluknya.
Aluna mengusap wajahnya dengan kasar. "Karena kau! Kami berdua! Hah, kau! Kau menyebalkan. Aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun selain itu." Aluna tertawa menyedihkan membuat Maggie mengigit bibir bawahnya dengan perasaan bersalah. "Hei itu sudah lewat lebih dari dua bulan. Kau harus melupakannya," bujuk Maggie lebih lanjut.
"BAGAIMANA CARAKU MELUPAKANNYA JIKA KAU NYARIS MEMBUATKU GILA?!"
Aluna mengusap dadanya berusaha memenangkan diri ketika menyadari ada banyak pasang mata melihat ke arah mereka berdua. Aluna tertawa membuat Maggie ikut tertawa. Dia kira Aluna sudah memaafkannya namun ketika melihat tawa Aluna semakin tidak wajar dan justru menangis seperti kesetanan membuatnya meringis. Apa separah itu hukumannya hari itu?
"Cup cup cup maafkan aku, Aluna. Aku hanya bercanda. Aku reflek melakukannya karena satu hari sebelumnya kau membuatku kesal. Oke?"
Maggie yang melihat Aluna tak berhenti meraung menggaruk pipinya dengan jari. Dia bingung. Apa yang harus dia lakukan? Sekelebat memori memasuki pikirannya. "Haruskah aku memberimu proyektor mini milikku?" tawarnya dengan hati-hati.
"Setuju."
Aluna mengusap air mata buayanya kemudian melenggang pergi meninggalkan Maggie yang melongo. Sialan. Dia terjebak. Sudah sejak lama Aluna mengincar proyektor mini miliknya agar dia lebih puas saat menonton film. Aluna bisa saja membelinya sendiri tetapi ibunya sepertinya tidak akan membiarkannya karena menurutnya itu akan membuatnya semakin malas bergerak.
"Hei! Kau menipuku?" sentaknya jengkel.
"Itu bukan menipu," kilahnya tidak terima.
"Lalu apa sial? Kau kira aku bodoh? Kau menipuku!"
"Ini namanya," Aluna menjeda ucapannya untuk membuat pose dengan jari jempol dan telunjuk di dagunya. "Merampas dengan gaya," imbuhnya sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit.
Maggie mendengus sinis. "Dasar gila!" makinya kesal.
Aluna tertawa lebar, dia merasa puas sekali karena telah membalas Maggie. "Omong-omong kenapa kau bisa di sini?" tanyanya setelah menghentikan tawanya secara mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of The Villain
Teen FictionFOLLOW AKUN SAYA SEBELUM BACA ❤️ BACA AJA DULU SAMPE 10 CHAPTER! NOTE : DIALOG DAN NARASI PAKAI BAHASA BAKU. ---- Sena lebih suka bercengkerama dengan karakter fiktif penuh akan drama dalam buku novel dibandingkan bersitatap dengan manusia nyata...