Jangan lupa vote, komen, dan share yo 🥰
***
"Alan, apa kau baik-baik saja? Kau tampak tidak sehat."
Arsalan menggeleng. "Aku baik-baik saja."
"Tapi, wajahmu tidak seperti biasanya."
"Wajahku kenapa?"
Erina menahan napas ketika Arsalan tampak tampan saat menyisir rambutnya sendiri ke belakang. Dia menunduk meremas jemarinya dengan gugup. Sementara obsidian biru Arsalan justru menatap lekat seorang gadis muda yang sedang bercengkerama dengan beberapa temannya di meja lain. Dadanya berdesir aneh. Dia tidak suka itu. Kenapa mereka selalu meninggalkannya sendirian seperti ini?
Arsalan yang melihat rambut Erina hendak masuk ke dalam mangkuk makanannya membantu merapikan ke belakang telinganya. Bukan apa-apa, dia hanya tidak suka jika kuah makanan itu bisa kapan saja mengenainya. Itu bau dan dia membencinya. Lagipula kenapa gadis ini tidak memakai tali rambut atau penjepit sih? Apa rambutnya itu tidak menusuk matanya? Lain halnya dengan Erina yang malah tersenyum malu. Wajahnya sangat merona dan itu membuat Arsalan mengernyit aneh. Apa dia itu sakit?
"Aku tak menyukainya." Eros memakan makanannya dan mengunyahnya perlahan. "Dia memang baik namun entah kenapa aku merasa ada yang salah dengannya."
"Aku setuju denganmu. Wajahnya cukup menyebalkan." Edgar ikut menyahut dan menatap tajam ke arah Erina.
Axylo mengangguk. "Tapi, kita tidak bisa melakukan apapun," tuturnya pelan.
Delon berdecak pelan. "Kalian ini, apa yang salah dengan Erina? Dia terlihat cantik seperti biasa."
"Sudah kubilang sebaiknya kau tidak berbicara dan diam saja. Kau ini bodoh!" maki Eros kesal.
"Kau benar-benar menantangku ya? Kau mau mati ditanganku hah?" sembur Delon tak kalah galak.
Tok tok tok
Keempat pemuda itu menoleh, menatap seorang gadis yang menjadi pelaku dari suara ketukan tadi. "Aku tak masalah jika kalian bertengkar atau saling membunuh satu sama lain. Tapi, bisakah kalian lakukan itu di tempat lain? Kenapa kalian duduk di sini dan membuat keributan di depan ku?" omelnya sebal.
"Astaga, kau ini. Apa kau tidak lihat jika kami ini terpaksa menyingkir? Kami juga tidak mau denganmu," sahut Edgar tak mau kalah.
"Lalu kenapa kalian pindah ke sini? Kenapa hah? Ada banyak tempat lain yang bisa kalian datangi dan kenapa kalian harus datang ke tempat orang yang jelas-jelas tidak kalian sukai?" tanya Aluna tidak habis pikir. Mereka membencinya jadi kenapa mereka pindah ke tempat duduknya di sini. Ada banyak kursi lain yang kosong di kantin sebesar ini tetapi kenapa mereka malah pindah ke tempatnya? Kenapa?
"Eits, tidak semua dari kami membencimu. Aku menyukaimu," kilah Eros yang membuat Aluna menyipitkan matanya curiga. "Aku serius," imbuh Eros kemudian.
"Aku juga menyukaimu," Axylo ikut menyuarakan rasa sukanya.
Delon ingin ikut bersuara namun Edgar melotot ke arahnya membuat pemuda itu cemberut.
"Wow, Aluna. Aku tidak tahu jika kau pandai mengoleksi pria tampan seperti mereka," celetuk Maggie dengan tidak tahu malu.
Eros mengangkat dagunya dengan percaya diri sementara Axylo berusaha tidak bereaksi namun rona merah dipipinya yang putih memperjelas rasa malunya. Edgar melongo tak biasa dengan reaksi Axylo yang biasanya sangat dingin itu. Dia juga tidak suka Eros malah membusungkan dada dengan bangga seperti itu. "Hei, hei, apa kalian mengkhianatiku?" serunya tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of The Villain
Teen FictionFOLLOW AKUN SAYA SEBELUM BACA ❤️ BACA AJA DULU SAMPE 10 CHAPTER! NOTE : DIALOG DAN NARASI PAKAI BAHASA BAKU. ---- Sena lebih suka bercengkerama dengan karakter fiktif penuh akan drama dalam buku novel dibandingkan bersitatap dengan manusia nyata...