Wah-wah ngga nyangka part 8 dapat 100+ vote, komennya juga banyak yang minta lanjut. Kan jadi sayang deh 😋Tapi sedih part 7 malah beda jauh terkesan dilewati 😢 Jadi kayaknya mulai sekarang aku kalo mau double up bakal mikir-mikir lagi paling jadi narget vote dan komentar haha 😢
Kalo part ini vote 100+ lebih aku langsung up. Ini nih contohnya, bukan contoh sih, ini yang harus dilakuin kalo mau double up kan yang baca ada 300+ 😋
OH IYA, MAKASIH 4K VIEWSNYA! SAYANG KALIAN 😍
Kalo mau kenalan ayok sini. Panggil aja aku losca ya. Ini nama penaku kalo nama asliku jelas beda jauh dong😋
Aku dari jateng nih, kalian dari mana?
SELAMAT MEMBACA! 😍
****
Brukk
Aluna dan Allen dilanda kepanikan ketika Arsalan yang sedang berjalan di depan mereka tiba-tiba tersungkur di tanah dengan darah yang terlihat mengalir di kepalanya. "Kak, kita harus membawanya ke rumah sakit!" pekik Allen sambil menghampiri orang aneh yang menolongnya tadi.
"Sial, aku tahu bodoh!" maki Aluna kemudian sambil bersama-sama menyeret Arsalan menuju ke mobil mereka yang untungnya tak jauh dari sana.
"Kalian harus bersyukur karena teman kalian memiliki tempurung kepala yang kuat dan kokoh, jika tidak, mungkin nyawanya sudah melayang sekarang. Tetapi, kita tetap harus memperhatikannya sampai beberapa hari ke depan."
Bahu Aluna dan Allen merosot lega sembari duduk di sofa yang disediakan bersamaan. Kedua kakak beradik itu saling menatap dan melakukan high five. "Syukurlah, kupikir dia mati," kata Allen kemudian.
"Hei!" tegur Aluna galak.
"Apa? Aku hanya mengatakan apa yang kupikir kan tadi." Allen membalas dengan polos. "Lagipula aku belum berterima kasih karena dia menyeret ku pergi dari kekacauan itu."
"Omong-omong, apa kau tahu ini akan terjadi karena itu kau menitipkanku padanya? Tetapi kenapa dia? Apa kau mengenalnya?" seru Allen mengejutkan Aluna.
Gadis itu meringis dan menggeleng. "Aku baru bertemu dengannya hari ini."
"Lalu, kenapa kau meminta tolong padanya untuk menjagaku? Apa yang kau sembunyikan dariku kak?" Allen menghujani Aluna dengan pertanyaan.
"Tidak ada," balas Aluna singkat.
"Ayolah, dia tiba-tiba datang dan bilang kau menitipkanku padanya? Kenapa? Kenapa? Why? What happen? Katakan padaku!" serbu Allen berusaha memojokkan kakaknya yang menurutnya meragukan sekali. Tingkahnya aneh. Aluna tidak pernah sekalipun dekat dengan seorang pemuda tetapi tiba-tiba saja dia meminta tolong pada orang asing untuk menolongnya. Rasanya sangat mustahil jika dipikirkan lebih lanjut.
Aluna dengan tidak berperasaan menyenggol tangan Allen yang sudah terbalut perban hingga adiknya merintis kesakitan. "Jangan tanya apapun. Lebih baik kau diam saja dan jangan dekat-dekat dengan setan sialan itu!" ancam Aluna dengan wajah serius.
"Setan sialan?" beo Allen bingung.
"Ya, setan berengsek yang kau temui itu! Berhentilah bermain-main dengannya!" ucapnya sambil menusuk-nusuk kening Allen dengan jari telunjuknya.
Allen membuat wajah berpikir dan terkesiap sadar. "Ah Kak Damon! Tapi kenapa kau begitu membencinya? Kak Damon tidak melakukan apapun. Mereka yang mulai duluan!"
Aluna lagi-lagi melakukan serangan fisik dengan menyentil kening Allen hingga pemuda itu mendelik jengkel. Namun adiknya itu tidak bisa melawan ketika sang kakak balas melotot ke arahnya. Aluna mulai mengomel seperti biasa. Dia bangkit dari duduknya dan membelakangi Arsalan. "Si bodoh ini. Kau tidak lihat kalau dia terluka karena menolongmu? Lagipula, kau pikir aku buta? Aku bisa lihat siapa yang diam-diam menendang kaki anggota basket Wescanta di lapangan!" serunya dengan geram.
"Kak..." tegur Allen khawatir.
"Diam, bodoh. Aku sudah cemas karena kupikir kau akan mati di sana. Ini menyeramkan, aku membencinya. Setan itu keterlaluan! Kenapa dia membiarkan anak ingusan menggantikan anggotanya secara mendadak! Aku tahu, dia memiliki rencana yang busuk. Dia memang berengsek yang seharusnya di buang ke laut!" maki Aluna jengkel. Jika di dunia nyata dia mungkin akan memuji Damon namun, tidak untuk sekarang. Dia membencinya. Damon pembawa masalah dan sialnya, Allen sudah terlibat di dalamnya. Dia menggigit kuku jarinya dan berjalan bolak-balik dengan cemas. "Kita harus pindah, ya, kita harus cepat keluar dari sekolah itu!" putusnya kemudian.
"Kak..." panggilnya lagi. Aluna harus menutup mulutnya sekarang juga jika tidak, mereka akan dalam bahaya besar.
"Iya, kita harus pindah ke luar negeri atau kemanapun setidaknya kita tidak harus berhubungan dengan mereka."
"Kak, berhentilah berbicara dan diam!" ujar Allen lebih keras namun Aluna tidak memperdulikannya.
"Kenapa aku harus diam? Aku tidak melakukan sesuatu yang salah. Aku hanya mengatakan pendapatku. Kota ini gila, Len. Ada setan dan singa yang berkuasa di sini. Kenapa aku harus terjebak di sini sih?" sewotnya tidak terima. Dia memang menerima jika dirinya masuk ke dalam novel tetapi bertahan di dekat orang-orang berbahaya ini membuatnya khawatir.
"Kak, kumohon..." bujuk Allen lagi.
"Sialan. Kenapa kau harus berkenalan dengan setan itu sih? Lebih baik kau memiliki kenalan anak presiden atau menteri ketimbang dengannya! Damon itu berengsek, dia itu tidak waras. Kenapa kau harus berhubungan dengannya? Kenapa hah? Apa kau tidak tahu aku sudah sangat berusaha menjauhkan kalian semua darinya?" dumel Aluna tetap tidak memperdulikan peringatan Allen.
"Kak, kupikir kita harus pergi."
"Diam, sial." Aluna mengacak rambutnya frustrasi dan jongkok di lantai. "Ah berengsek. Sekarang apa? Apa yang harus kulakukan? Dan kenapa aku juga mencari Arsa? Dia juga sama tidak warasnya dengan Damon? Ya, aku meminta tolong padanya karena aku tidak memiliki pilihan lain. Tetapi, sekarang aku justru berhutang padanya. Astaga, apa yang sudah kulakukan?" ratapnya penuh penyesalan.
"Kak, diamlah." Allen putus asa namun Aluna tetap mengabaikannya. Bagaimana cara dia memberitahukan hal ini pada Aluna?
"Hei, dengarkan kakakmu ini, oke. Kita harus pergi dari sini sebelum Arsa sadar. Jika dia bangun kita benar-benar sudah tamat. Damon gila tapi Arsa lebih gila. Bagaimana ini? Ah, benar. Dia tidak mungkin mengingat wajahku kan? Saat itu aku memakai riasan yang cukup tebal. Tepat sekali, aku bisa saja mengubah gaya riasanku dan menghilang. Ya, begitu lebih baik. Aku tidak mungkin tertangkap karena dia tidak mungkin bisa menemukan wajahku yang itu." Aluna mengernyit ketika melihat wajah ketakutan Allen. "Kau ini kenapa!" tukas Aluna dongkol. Ia sedang pusing mencari solusi untuk masalah mereka di masa mendatang, Allen justru menatapnya dengan pandangan yang aneh.
Allen melirik ke belakang dan membuat dahi Aluna berkerut. Entah kenapa punggung Aluna seketika mendingin. Perasaan tidak enak hinggap dibenaknya membuat Aluna sedikit takut. Apa ini? Dia merasa ada banyak pisau yang siap menusuknya. Pelan-pelan Aluna menoleh ke belakang dan terjatuh di samping Allen ketika melihat anak-anak dari Silastor sedang menatapnya. Dia melihat ke arah Arsalan yang sepertinya sudah terjaga sejak tadi. Pemuda itu duduk dengan angkuh dan juga dagu terangkat pongah. Tak terlihat seperti orang sakit jika saja tidak ada selang infus yang terpasang ditangannya.
"Aku gila?" tanya Arsalan sambil menyeringai sinis.
Aluna dan Allen saling merangkul gemetar. Oke, mereka sudah tamat sekarang.
****
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA!
JEJAK AYO JEJAK 😋

KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of The Villain
Roman pour AdolescentsFOLLOW AKUN SAYA SEBELUM BACA ❤️ BACA AJA DULU SAMPE 10 CHAPTER! NOTE : DIALOG DAN NARASI PAKAI BAHASA BAKU. ---- Sena lebih suka bercengkerama dengan karakter fiktif penuh akan drama dalam buku novel dibandingkan bersitatap dengan manusia nyata...