16

59.8K 10K 614
                                        

Spesial 10k vote dong.
MAKASIH BANGET 😭😭😭
Karena itu aku double update. Padahal niatnya ngga, cuma mumpung ada draft aja spesial buat kalian wakaka

Ini masih soal Arsalan ya, karena ya emang harus dibahas. Kalo engga, nanti ngga jalan konfliknya ups. Jadi jangan nyariin Aluna apalagi Allen. Kagak bakal ada guys 🤣

Oh iya, ini fiktif. Nggak ada sangkut pautnya sama apapun. Aku cuma ngarang ya, jangan dibawa ke dunia nyata. Nanti gila.

***

Arsalan sudah selesai dengan ritual mandinya. Pemuda itu mengambil sekaleng bir dari sebuah kulkas kecil kemudian berjalan keluar ke arah balkon. Dia menyandarkan tangannya di depan pagar pembatas balkon dan menatap danau yang tepat dibelakang mansion mewahnya sambil menenggak birnya sedikit demi sedikit. Dia menatap ponselnya yang berbunyi kemudian segera menekan tombol power agar mati saat melihat nama yang tertera di id panggilan. Kepalanya menoleh ke belakang ketika mendengar pintu diketuk. Wajahnya berubah malas saat melihat Anton lah yang datang. "Apa?"

"Tuan besar bilang kau tidak mengangkat teleponnya dan memintaku untuk melihatmu."

"Sudah? Kau sudah melihatku kan?"

Anton mengangguk. Dia hendak pergi namun kemudian kembali membuat Arsalan tak bisa menahan decakan di mulutnya. "Apa lagi?" desisnya jengkel. Dia sedang ingin menenangkan diri tapi rasanya semua yang ada di mansion ini justru membuatnya kesal. Dia jadi ingin kembali ke apartemennya yang ada di dekat sekolah. Padahal dia datang ke sini karena mendengar kakeknya berlibur ke luar negeri tetapi dia lupa jika ada ada pak tua lain yang mengganggunya.

"Apakah gadis bernama Aluna ini sangat mengganggumu? Kami bisa membantumu membereskannya."

"Bukankah sudah kubilang jangan ikut campur kehidupan Arsalan?" Arsalan menatap tajam Anton. "Kalian boleh menganggu hidup El Silas tapi bukan Arsalan!" sentaknya dingin.

"Kami mengkhawatirkanmu. Terlebih kejadian di lapangan basket itu membuatmu masuk rumah sakit."

Arsalan melemparkan kaleng yang digenggamnya ke arah Anton, namun pria itu dengan sigap menghindar. "Silastor milikku sementara ASILAS milik kalian. Jangan ikut campur urusanku atau aku akan menghancurkan kalian dengan tanganku sendiri!" ancamnya tanpa rasa takut sedikit pun.

Anton membungkuk sopan kemudian melenggang pergi setelah menjawab, "Baik, Tuan Muda."

Arsalan El Silas. Benar apa yang Aluna katakan jika pemuda tampan ini merupakan salah satu anggota dari keluarga mafia. Pangeran satu-satunya yang diharapkan dapat mengambil tampuk kepemimpinan dari ASILAS. Kelompok sindikat mafia yang dibangun kakek buyutnya sekitar enam puluh tahun yang lalu. Kelompok yang bergerak di awal kemerdekaan ini berawal dari kemarahan kakek buyutnya pada pemerintah yang sembrono dan menindas rakyat kecil.

Kakek dan teman-temannya yang semula berniat mencuri rempah-rempah dari pemerintah untuk membuat mereka rugi justru tak sengaja menemukan satu karung bibit ganja. Mereka membawanya ke pendalaman hutan dan bermaksud untuk membudidayakannya sendiri karena mengira itu adalah sumber rempah-rempah yang mahal. Mereka ingin membagikannya pada warga desa jika sudah dijual nanti.

Kemudian sebuah kejadian di mana salah satu keluarga anggota temannya meninggal akibat dibunuh oleh pemerintah dengan dugaan menjadi provokator yang bersifat memecah belah. Dia sangat sedih dan berduka kemudian salah mengambil daun ganja kering yang dikiranya sebagai daun tembakau. Karena dirasa enak dan menenangkan ia pun mengulanginya selama beberapa kali kemudian melaporkannya pada kakek buyutnya.

Sejak saat itulah mereka memulai bisnis narkotikanya dan berkembang hingga ke negeri seberang dengan sukses karena sekali orang mencoba maka dia akan ketagihan. Inilah yang membuat kakek dan teman-temannya senang. Seiring berkembangnya zaman mereka mulai merintis bisnis lain. Mulai dari alkohol sampai club prostitusi. Mereka juga membangun bisnis legal sendiri dan melakukan banyak amal untuk menutupi kejahatan mereka. Mereka sangat pandai menjaga image mereka di dunia luar sangat berbeda begitu menyentuh dunia gelap. ASILAS adalah kelompok yang tidak tersentuh oleh hukum sedikit pun.

Itu adalah dongeng keluarga yang selalu diceritakan padanya saat kecil menjelang ia tidur. Apakah Arsalan bangga? Tidak sama sekali. Dia marah dan membenci kakeknya yang tidak mau melepaskan ASILAS dan memilih mempertahankannya. Dia bahkan membiarkan orang tuanya meninggal hanya untuk memenuhi rasa serakah akan kekuasaan. Dia membencinya namun di sisi lain dia juga menyayanginya.

Arsalan mengusap kasar wajahnya dan menghela napas panjang. Dia menyalakan kembali ponselnya dan mengernyit ketika melihat banyak notif panggilan dari teman-temannya. Arsalan menghubungi Edgar dan sontak menjauhkan telinganya ketika mendengar suara musik yang menganggu.

"Kalian di club?"

Bukan. Kami di rumah Jasmin, temanku. Dia sedang merayakan ulang tahunnya! Aku akan mengirim lokasinya. Cepatlah datang! Ada banyak orang yang merindukanmu, teman.

Arsalan tak menyahut. Dia terdiam sesaat untuk berpikir haruskah dia pergi atau tidak. Arsalan menatap pengawal bayangan yang ada di atas pohon dengan jengah. Dia harus pergi! Arsalan segera meraih jaket kulitnya lalu melangkah keluar untuk menyusul teman-temannya. Dia butuh sesuatu untuk meringankan sakit kepalanya ini.

Anton yang melihat kepergian tuan mudanya hanya menatapnya dengan datar. Anton segera membuka ponselnya dan menghubungi tuan besarnya lagi.

"Tuan. Dia meminta saya untuk tidak ikut campur tentang gadis itu," lapornya dengan sopan.

Apa? Sungguh? Astaga. Kupikir cucuku tidak normal.

"Dia sangat serius, Tuan."

Bagaimana karakternya? Keluarganya? Teman-temannya?

"Laporan lengkapnya sudah saya kirim lewat email, Tuan. Tetapi dia sempurna. Kepribadiannya sangat mirip dengan nyonya besar dulu."

Wow itu bagus. Dia akan jadi wadah pewaris yang sempurna untuk benih Arsalan. Pastikan kalian menempatkan beberapa pengawal disisinya dan jaga dia dengan baik.

"Tapi, Tuan. Jika Tuan Muda tahu rencana Tuan maka dia akan membunuh gadis itu."

Tentu saja aku akan menunggunya ketika mereka sudah dekat. Aku juga akan memastikan jika Arsalan tidak akan bisa membunuhnya. Kau tenang saja. Lakukan seperti apa yang ku minta.

"Baik, Tuan." Anton menutup teleponnya dengan wajah lelah. Ia mengusap dahinya dengan sapu tangan dan mengembuskan napas panjang. "Dasar orang tua gila," bisiknya pelan.

Bekerja dengan keluarga El Silas sangat menguras tenaga, pikiran, dan batinnya. Dia tertekan tapi tidak bisa berbuat banyak. Selain berhutang dengan keluarga ini dia juga suka gaji yang diberikan oleh Richard. Tetapi dia juga harus bisa menahan diri agar tidak sembarangan berucap karena salah satu kata saja maka nyawanya yang akan melayang.

****

Terima kasih sudah baca.
Ayo tinggalkan jejaknya. Tinggalkan jejaknya 😋

Beware of The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang