Wey kenapa pada ngegas, padahal keknya tadi masih 100an vote, sayang banget sama kalean yang ninggalin jejak pake vote dan komentar. Maap banget ngga bisa bales satu-satu karena sebanyak itu 😭❤️
Ini aku udpate sehari tiga kali apa nggak gumoh kalian ketemu aku terus 😭
Ini tuh harusnya buat dua hari ke depan tapi votenya udah ngelebihin target dong, nggak nyangka 😭😭
Kirain karena cerita ini pake bahasa baku jadi kaku dan ngga ada yang minat eh ternyata masih banyak yang suka pake bahasa formal gini walaupun banyak makiannya (maafkan aku) 😭😭😘
Seneng banget gila. Tremor ini aku 😭😭
Oh iya ayo bantu share cerita ini dong ke tiktok apa grup kalian biar makin rame hihi 😍🙏🏻
Targetnya kunaikin ya, biar aku ada waktu istirahatnya. Pelan-pelan aja ya teman😭😭😭 Aku tetep update dan ngga ngilang kok (ngga janji juga hihi✌️)
230+ vote biar lumayan lama, capek juga guys mikirin ide lanjutannya mau digimanain (resiko tanpa outline) 😁✌️
***
"Ayah, kami ingin pindah sekolah."
Kalimat pembuka yang dilontarkan Aluna saat makan malam mengejutkan kedua orang tuanya. Mereka saling menatap dan melihat kedua anaknya yang bertekad satu sama lain dengan keheranan. Tumben sekali mereka berdua kompak, begitu pikir mereka. Padahal biasanya Aluna dan Allen selalu bertengkar dan mengejek satu sama lain. Namun, setelah pulang sekolah tadi mereka terus mengobrol bersama. Jujur, itu sedikit menakuti mereka.
"Apa kalian ada masalah di sekolah?" tanya Helena cemas.
"Ibu, tenang saja. Kami tidak apa-apa, kami hanya ingin mencari suasana baru," sahut Aluna menenangkan.
Allen mengangguk kemudian menimpali ucapan Aluna. "Kami ingin membangun relasi yang lebih banyak lagi karena itu kami ingin pindah ke sekolah lain."
"Tapi bukankah nantinya justru akan menyulitkan kalian untuk menyesuaikan diri? Lagipula kau juga baru masuk ke sekolah ini bukan, Al? Kau yakin ingin pindah?" tanya Adam lagi. Masih meragukan keputusan mendadak kedua anaknya.
"Tidak apa, Yah. Aku akan baik-baik saja. Lagipula aku ingin ikut kemana pun kakak pergi." Allen menggenggam tangan Aluna. "Aku ingin menjaganya di sisiku."
Aluna menatap tangannya yang di genggam Allen dengan ngeri. Akting adiknya berlebihan sekali dan ini menjijikkan. Dia bahkan sudah merasa jika makanan yang beberapa menit tadi ditelannya sedang berusaha naik dan ingin kembali keluar. Helena menatap keduanya dengan terharu karena sudah lama tak melihat keduanya yang saling menyayangi satu sama lain setelah beranjak remaja.
Hal ini berbanding terbalik dengan Adam, sang ayah yang justru menyipitkan matanya curiga. "Kalian tidak melakukan sesuatu yang salah dan membuat kami malu bukan?" tebaknya lagi.
Helena memukul bahu Adam dan mendelik tidak terima. "Anakku tidak pernah melakukan hal yang membuatku malu. Mereka anak yang baik dan manis!" tukasnya membela.
"Hei, sayang. Jangan terlalu percaya pada mereka!" tegur Adam mengingatkan.
Helena melotot dan memukul Adam lagi membuat pria itu meringis pilu. Kenapa aku harus dipukul sekuat itu? Pikir Adam jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of The Villain
Teen FictionFOLLOW AKUN SAYA SEBELUM BACA ❤️ BACA AJA DULU SAMPE 10 CHAPTER! NOTE : DIALOG DAN NARASI PAKAI BAHASA BAKU. ---- Sena lebih suka bercengkerama dengan karakter fiktif penuh akan drama dalam buku novel dibandingkan bersitatap dengan manusia nyata...