Waduh, jangan ngegas dong. Aku kan jadi takut 😭
Next 320+ aku update ya.
Please, lamain dikit kek biar gue ngga update tiap hari 😭🤣
Jangan lupa bantu share cerita ini ya biar makin rame 😍🙏🏻
Makasih juga 8k views-nya 😘❤️
Ayo dong, vote-nya jangan lupa itu yang masih siders. Satu vote dari kalian sangat berharga buat aku. Ibaratnya penambah semangat buat mikir loh. Gini-gini aku juga pakai otak walaupun ngga dipakai semua sih karena idenya suka tiba-tiba datang pas lagi di wc 🥺
Happy reading ❤️
***
"Sekarang, katakan padaku. Apa yang harus kulakukan untuk menghukum gadis tidak tahu diri sepertimu?"
Aluna menyengir bodoh. Gadis itu seketika berdiri dan menghampiri Arsalan. Entah mengapa tiba-tiba saja ide Allen terlintas begitu saja dibenaknya. Tapi, menggodanya itu sedikit beresiko karena itu, mungkin dia harus mencoba menjadi temannya.
"Hei, santai teman. Aku hanya bercanda. Aku tidak mungkin melupakan janjiku pada orang yang sudah sangat berjasa dalam hidupku," ungkapnya riang.
Dia kemudian memijat bahu Arsalan dengan senyum lebarnya. Tak sadar jika perbuatannya membuat banyak pasang mata tertarik padanya.
"Kau tahu? Hidup itu seperti air yang mengalir di sungai. Selalu ada hambatan kecil yang harus dihadapi dengan tenang. Nah, anggap saja aku ini hambatan kecil itu," katanya tiba-tiba menurunkan petuah hasil contekannya dari novel yang sempat dibacanya dulu.
"Kau harus disingkirkan kalau begitu," sahut Arsalan dengan wajah datar.
Aluna mendelik kemudian menggeleng panik. "Aiyaaaa, tentu saja tidak. Aku ingin bilang jika kita haru menghadapi semua masalah dengan tenang. Mari kita berdiskusi dengan senyum lebar agar semua tidak terasa kaku. Santai saja, oke?" bujuk Aluna dengan cepat.
"Menjauh dariku!" ketus Arsalan jengah karena Aluna bukan seperti sedang memijatnya tetapi lebih seperti merabanya, ini memalukan.
"Ops." Aluna mengangkat tangannya dan tetap tersenyum. "Ototmu bahumu bagus juga," pujinya yang sontak membuat beberapa orang tertawa geli.
"Lihatlah wajahnya yang bodoh itu. Kau benar-benar memalukan," celetuk Edgar sinis.
Aluna mendelik tidak terima. "Hei, siapa yang kau panggil bodoh?"
"Tentu saja kau!" balasnya dengan santai.
"YAK!"
"APA?"
"Apa kelas ini sekarang berubah jadi pasar hah? Kenapa kalian berteriak dengan sangat keras? Apa aku harus membagikan speaker satu persatu di mulut kalian?" desis seorang guru yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
Aluna segera kembali ke tempat duduknya. Matanya melotot syok ketika ternyata seseorang yang duduk di sampingnya tak lain dan bukan adalah Arsalan sendiri. "Mampus," celetuk Aluna nyaring yang sontak membuatnya kembali di tatap oleh satu kelas pasalnya dia membuat suara saat keadaan sangat hening.
"Mampus? Hah? Siapa yang mendoakan saya agar cepat mati? Siapa dia? Dasar murid kurang akhlak!"
Terdengar tawa menggelegar membuat Aluna tersenyum malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of The Villain
Teen FictionFOLLOW AKUN SAYA SEBELUM BACA ❤️ BACA AJA DULU SAMPE 10 CHAPTER! NOTE : DIALOG DAN NARASI PAKAI BAHASA BAKU. ---- Sena lebih suka bercengkerama dengan karakter fiktif penuh akan drama dalam buku novel dibandingkan bersitatap dengan manusia nyata...