14

44.1K 8.8K 552
                                    


Nah kan cuma sehari aja nyampe. Hebat banget ya kalean ini, jadi sayang🥰❤️

Tuh mereka berjuang buat vote ngga kek kalian yang masih sider 😋

Btw kalo mikir aku gila vote ya emang bener banget kok, ngga salah hahahaha 🤣

Soalnya biar ini cerita makin naik ratingnya terus banyak yang baca kan aku jadi seneng wlee 😂😂

Jadi ayo bantu share ke temen-temen kalian 🥰❤️

Happy reading!

****

"Kirini keu minipiki. Ah sial. Dasar tidak berguna!"

Aluna menendang mesin minuman itu dan mendelik. "APA? KAU MAU APA? KAU JUGA MAU MEMPERMAINKANKU HAH?"

Aluna berkacak pinggang. "Aku hanya tidak sengaja meminta tolong padanya karena otakku yang buruk ini tidak bisa berpikir jauh. Keadaanku juga terdesak. Aku harus segera menyelamatkan adikku tapi anak tidak tahu diri itu bahkan tidak mengatakan apapun dan membiarkan aku dibawanya! Kenapa aku harus mempunyai adik sepertinya? Hah? Kenapa? Ah tunggu. Dia bukan adikku." Aluna tersenyum lebar tetapi kemudian kembali cemberut. "Dia tetap adikku. Sekarang aku Aluna dan bukannya Sena. Huhu astaga, malang sekali hidupku..."

"P-permisi, apa kau baik-baik saja?"

Aluna merasa telinganya diberkahi karena suara lembut itu mengalun merdu ditelinganya. Aluna menoleh dan melongo ketika melihat seorang bidadari sedang menatapnya khawatir. Kulit putih. Rambut hitam legam. Poni bang yang lucu kemudian dua pipi tembamnya yang mirip anak kecil ditambah lagi mata hijaunya yang berkilau. Aluna merasa jantungnya baru saja diserang. Aluna mengusap wajahnya dan bersandar dengan satu tangan di mesin minuman. "Aku baik-baik saja. I'm fine. Don't worry, sister."

"Ah begitu. Kau sepertinya murid baru di sini ya?" Dia mendekat kemudian jongkok. "Mesin ini memang agak sulit. Kau harus memukulnya di sini agar minumannya keluar," tangan kecilnya itu segera menghantam bagian yang sedikit ke atas dari tempat pengambilan dan tak lama kemudian sesuatu keluar dari sana. "Minumanmu!"

"Astaga, terima kasih banyak. Kau menyelamatkanku," Aluna menerimanya dengan riang.

"Aku juga kenal seseorang yang sangat suka soda."

"Benarkah? Tapi ini bukan untukku. Ini untuk orang paling menyebalkan yang pernah ada. Ah, aku ingin memukulnya."

"Namaku Erina." Gadis manis itu mengulurkan tangannya dan tersenyum lebar membuat Aluna tidak tahan untuk tidak membalas senyumannya.

"Aku Aluna. Panggil saja Luna." Aluna menatap jam tangannya dan meringis. "Maafkan aku tapi kurasa aku harus segera pergi. Aku sudah terlalu lama pergi."

"Tentu saja. Silahkan."

Aluna melambaikan tangannya. "Sampai jumpa lain kali, Erina." Dia berhenti melangkah kemudian membalikkan tubuhnya kembali pada Erina. "Omong-omong apa kau memiliki tips rahasia saat merawat wajahmu? Kau cantik sekali," bisiknya yang sontak mengundang tawa dari lawan bicaranya.

Aluna tersenyum lebar kemudian segera pergi tanpa menunggu jawaban Erina.

"Apa dia tidak sadar jika dia itu juga sangat cantik?" ujar Erina takjub. "Ah, aku lupa bertanya dimana kelasnya," tuturnya pelan. Erina tersenyum kecil, Aluna sepertinya akan menjadi teman yang menyenangkan.

"Kau melarikan diri kemana lagi?" sembur Arsalan begitu Aluna meletakkan kaleng soda yang dipesannya di atas meja.

Aluna menyengir. "Aku bertemu malaikat cantik." Dia menunduk kemudian berbisik. "Kau mau kukenalkan? Sepertinya dia akan jadi pawang yang bagus untukmu."

Beware of The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang