Wow aku kaget ternyata ada juga yang nungguin hihi
Makasih banyak 2k viewsnya!
Oh iya Jangan lupa TINGGALKAN JEJAK dulu sebelum baca 😋Happy reading guys 😍
****
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"
Aluna mengepalkan tangannya. Dia berusaha keras mengatur napasnya yang tidak teratur setelah mendengar suara Arsalan. Pemuda itu hanya bertanya namun Aluna merasa seperti dia baru saja dijatuhi hukuman gantung. Suara pemuda itu rendah dan juga dingin. Dia pandai sekali menyembunyikan emosinya dan itu membuatnya takut. Gambaran ketika Arsalan dengan berani akan membunuh seseorang di masa depan saat dia membaca novel membuatnya gemetar ketakutan. Arsalan itu pembunuh namun tidak seorang pun yang merasa keberatan untuk itu. Dia benar-benar seorang antagonis yang kejam.
"Aku pergi."
Aluna menahan tangan Arsalan. "J-jangan," ujarnya gugup. Dia segera menjauhkan tangannya kemudian menarik napas dalam-dalam. Ia berjuang sangat keras untuk mengendalikan dirinya dan Allen harus berterima kasih padanya nanti. "Saat pertandingan nanti kalian harus menahan diri kalian. Kalian tidak boleh terpancing oleh ucapan Damon."
"Sebenarnya apa yang mau kau katakan?"
"Jangan bermain kasar."
Arsalan mendengus tak percaya. "Hei, apa-apaan kau ini? Apa kau sedang menuduh kami berbuat curang?" tuding Arsalan geram. Berani sekali gadis ini. Mereka baru saja bertemu tetapi Aluna sudah menuduhnya yang tidak-tidak.
"Tidak. Aku tahu kalian datang dengan damai tetapi Damon tidak. Dia tidak akan membiarkan kalian bermain dengan tenang." Aluna memainkan jemarinya dan berusaha melanjutkan ucapannya. "Dia akan memancing kalian dengan mengolok-olok Eros."
"Jadi, apa sebenarnya yang kau inginkan?" tanya Arsalan yang akhirnya menangkap apa tujuan Aluna menghampirinya.
"Jangan lukai adikku." Aluna membuka ponselnya yang menampilkan fotonya dan Allen. "Jika nanti terjadi sesuatu. Kumohon, jangan biarkan adikku terluka. Apa kau bisa melakukan itu untukku?"
Arsalan menatap Aluna yang tingginya sebatas dadanya dengan pandangan aneh. Kenapa Aluna meminta tolong padanya untuk menjaga adiknya? Memang apa yang akan terjadi? Mereka kan hanya mau bertanding basket dan bukannya perang, ya, walaupun dia sudah menyiapkan kemungkinan itu dengan menyelinapkan beberapa orang-orang penting di gengnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terlebih, bagaimana gadis itu tahu rencana Damon? Apa dia dekat dengan pria itu? Tetapi Arsalan tidak melihat tatapan lain selain takut ketika gadis itu menyebut nama Damon. Apa dia di ancam seperti yang terjadi pada Erina dulu?
"Lalu apa yang akan aku dapatkan?"
Aluna menelan ludah. Dia lupa jika Arsalan tidak akan melakukan apapun yang tidak menguntungkannya. Dia menatap ke berbagai arah untuk memikirkan apa yang akan dia berikan. "Tiga permintaan. Aku akan mengabulkan tiga permintaanmu kecuali hal berbau vulgar seperti sex."
"Ah, aku kehilangan kesempatanku."
Aluna menatapnya dengan datar menanggapi ucapan dramatis Arsalan.
"Baiklah. Aku akan menjaga adikmu itu."
Aluna tidak bisa menyembunyikan senyumannya. "Terima kasih," ucapnya dengan tulus.
Arsalan mengangguk. "Apa kau akan pergi sekarang?" tanyanya ketika melihat Aluna menghentakkan kakinya di tempat selama beberapa kali menandakan dia ingin segera pergi.
"Ah, iya. Aku harus membantu panitia di lapangan."
"Apa kau akan melihat pertandingan kami?"
"Ya." Aluna menatap ponselnya yang bergetar dan menerima pesan dari Maggie untuk segera menyusulnya ke lapangan. "Maafkan aku, tapi aku benar-benar harus pergi sekarang."
Arsalan tak membalas dan hanya menatapnya. Aluna tidak bisa menahan diri lebih lama lagi kemudian berjalan menjauh. Namun, baru beberapa langkah gadis itu membalikkan tubuhnya dan melambaikan tangannya. "Semoga kau menang!" ujarnya cukup keras sebelum akhirnya benar-benar pergi.
Edgar datang dan merangkul bahu Arsalan. "Apa dia tidak aneh? Bukankah seharusnya dia mendoakan kita kalah dan bukannya menang? Bukankah kita ini lawan dari sekolahnya sendiri?" tanya pemuda itu sambil mengunyah permen karet hasil rampasannya dari salah satu temannya tadi.
Arsalan menepis tangan Edgar kemudian berjalan pergi namun Edgar tak menyerah dan menyusul dengan berlari lantas kembali memeluknya dengan kesusahan karena perbedaan tinggi diantara mereka yang lumayan jauh.
****
"Kau ke mana saja?" Maggie menarik lengan Aluna dan membawanya ke stand minuman yang terletak di pinggir bangku pemain cadangan. "Kau jaga di sini! Ini permintaan dari Nesta."
"Apa?"
"Apa?"
Aluna mengembuskan napas kesal. Dia kira guru yang memintanya ikut turut serta dalam acara ini ternyata si Nesta. Eh tunggu, Nesta? Oh apa ini? Apa yang telah dia lakukan? Kenapa dia terlibat dengan Nesta? Aluna menggigit bibir bawahnya cemas.
"Tes...Tes...OKE. ARE YOU READY ECHOSTAR DAN WESCANTA LOVERS?!" teriak seorang gadis dengan pakaian cheers yang pendek di atas podium sambil menyunggingkan senyum lebarnya.
"YEAHHHHHH!!!" balasan dari ratusan siswa segera terdengar di penjuru lapangan.
Aluna menoleh dan melihat adiknya yang sedang bersiap-siap di samping lapangan dengan panik. Allen menatapnya dengan seringai yang menurutnya menyebalkan sembari berucap tanpa suara, aku akan menang, sial.
Tidak. Dia tidak boleh menang. Dia harus kalah. Demi apapun, dia tidak mau adik barunya itu mendapatkan masalah.
"Sebentar lagi kita akan menyaksikan pertandingan basket dari dua sekolah legendaris yang kuat dan pastinya memanjakan mata para gadis dong," kata si pembawa acara itu dengan kekehan lebar yang sontak disambut sorakan ramai para gadis muda di bangku penonton. "Terlebih lagi kita akan menyaksikan permainan dari dua kapten paling Hot dan tampan yang siap mengguncang hati para penonton..."
Teriakan lagi-lagi terdengar dan itu membuat telinga Aluna berdenging. Dia merutuk sebal tanpa tahu jika Arsalan memperhatikannya yang menutup telinga dengan wajah muram.
"Tahun kemarin Wescanta pemenangnya, tapi, tapi, apa tahun ini mereka juga tetap bisa mempertahankan permormanya, hm?" pemandu sorak yang merangkap jadi host acara itu mengangkat tangannya. "Baiklah! Mari kita saksikan pertandingan mereka bersama! SEMANGAT WESCANTA! SEMANGAT ECHOSTAR! BERIKAN KAMI PERMAINAN YANG MENYENANGKAN!"
"YEAHHHHHH!"
tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Beware of The Villain
Novela JuvenilFOLLOW AKUN SAYA SEBELUM BACA ❤️ BACA AJA DULU SAMPE 10 CHAPTER! NOTE : DIALOG DAN NARASI PAKAI BAHASA BAKU. ---- Sena lebih suka bercengkerama dengan karakter fiktif penuh akan drama dalam buku novel dibandingkan bersitatap dengan manusia nyata...