11

233 48 70
                                    

Selamat membaca
Semoga sukaa

°

Aku sedang berjalan kaki menuju rumah Mora. Aku memakai celana kulot panjang berwarna hitam serta kaos putih sablon. Serta sepatu sneakers  putih yang melekat di kedua kakiku.

Sembari berjalan, aku melihat-lihat lingkungan sekitar yang sepi. Biasanya ramai oleh pemuda-pemudi yang nongkrong ditempat itu-itu saja. Aku juga jadi teringat waktu dulu, sering sekali teman-teman Fian yang hanya anak sini saja, mereka nongkrong di rumah Fian. Itu seperti tempat main sehari-hari mereka.

Pasti saat itu aku menetap dikamar Rizki sekaligus menemani dia bermain game dikamar. Hanya alasan semata saja karena sebenarnya aku malah memandangi teras Fian yang banyak orang itu.

Sekarang, Mora sudah berdiri di pagar bersender, dia mengerucutkan bibirnya sambil menatap kedatanganku.

"Kok lo pakai celana itu sih, Feb? Gue kan udah bilang pake celana training aja," ujar Mora bertanya padaku.

Lagian, apa salahnya pakai celana kulot gini. Jadi heran sama tujuan dia ngajak aku main deh. Mora saja dia pakai rok selutut.

"Mau ngapain emangnya sih Mor?" tanyaku heran di depan Mora.

Mora mendengus pelan, "Mau ngajak lo ke perpustakaan daerah," jawab dia lalu menarikku ke dalam rumahnya.

"Ya terus? Apa hubungannya gue harus pakai celana training hah?" heranku mengikuti dia.

"Gapapa sih, udah jangan dipikir. Gue bercanda kok. Hehe." Mora tertawa sambil mendorongku masuk ke mobil lalu diikuti dia.

Aku dan Mora sudah duduk di-jok belakang mobil dia. Ada pak Adi, supir Mora, yang sudah duduk di kursi pengemudi yang sekarang menatap Mora.

"Berangkat sekarang, non?" tanyanya pada Mora dan hanya di angguki.

Mobil yang dikendarai pak Adi sudah keluar dari rumah Mora. Mora selalu kemana-mana di antar oleh pak Adi, sang supir. Kecuali kalau bertiga bersama kedua orang tuanya dan itupun jarang sekali.

"Papa sama Mama lo gak dirumah?" Aku menatap Mora lekat.

Mora menggeleng, "Nggak, Papa dirumah sakit, Mama juga lagi arisan."

Aku hanya mengangguk-angguk, "Terus kita mau ke mana?" tanyaku sembari mengambil handphone di tas.

"Ke perpustakaan, inget kan bentar lagi ujian. Gue mau nyari buku sama nenangin diri," balas Mora.

"Lo kata perpustakaan tempat menenangkan diri, hah?" heranku sambil geleng-geleng kepala.

Mungkin maksud dia karena perpustakan itu sepi dan dia emang suka sepi. Waktu istirahat disekolah aja dia jarang ke kantin, setiap kali ke perpustakaan sekolah.

"Iyalah. Enggak berisik kayak tempat futsal cowok lo!" Mora terkekeh kecil.

Aku hanya geleng-geleng mendengar Mora terkekeh. "By the way, tadi Kak Cantika keluar ikut jadi supporter gak?" tanyaku ke Mora.

Dia kini tengah memainkan handphone nya yang sepertinya baru lagi. Untung saja handphone yang baru, bukan nomor. Kalau iya pasti ribet antara menyimpan yang baru dan mengapus yang lama.

My Neighbor is Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang