Selamat membaca
Semoga suka°
Seminggu kemudian
Pagi dengan cepat berganti siang, begitupun siang dengan cepat berganti ke malam. Hingga hari-hari telat terlewat dengan cepat pula.
Sore ini Fian sudah disibukkan dengan kegiatannya diluar rumah. Sejak pagi ia terus dipaksa oleh temannya bahkan bisa disebut sahabat karena memang mereka sudah dekat dan berteman lama. Agil yang terus-terusan memaksa Fian untuk membantunya.
Seperti saat ini, disaat ia hendak duduk dan memainkan handphone miliknya, Agil sudah berdiri berkacak pinggang sambil menatap Fian.
"Sebentar dulu deh, gue mau chat Febby bentar," ujar Fian yang sudah membuka aplikasi Whatsapp di handphone nya.
"Bunda nyuruh beli kacang rebus, yan, urusan Febby ntar dulu lah," ucap Agil.
Ya, sejak pagi Fian menemani Agil dengan terpaksa namun juga harus ikhlas, untuk pergi ke pasar atau mencari keperluan yang dibutuhkan bundanya Agil.
"Enak aja kalo ngomong, bentaran deh bentaran akh," ucap Fian menolak. Dia kembali mengetik pesan untuk Febby.
"Agil! Kacangnya udah dibeli belum?"
Agil menepuk jidatnya sendiri saat mendengar teriakan bundanya yang semakin mendekat. Kemudian dia menatap Fian dan menarik tangan Fian paksa.
"Buruan dan jangan protes sama gue. Bunda marah, mati gue," ucap Agil panik sembari memberikan helm ke Fian setelah ia memakai helmnya sendiri.
"Bunda lo belum keluar kali, sepanik itu lo."
"Justru itu, kalau bunda keluar kita masih diteras juga, dia bakal marah."
Fian mendecak. "Ck, untung aja udah ke kirim tuh pesan. Kalau gak, pulang-pulang gue juga diambekin sama Febby," gumam Fian diboncengan Agil.
"Ntar gue yang ngomong kalau dia ngambek," ucap Agil dan hanya dibalas dehaman dari seorang Fian.
Kini motor yang dikendarai Agil berhenti di depan gerobak dorong yang menjual kacang rebus dan jagung rebus. Jarak dari rumahnya cukup dekat, karena kalau keluar dari komplek di sana sudah lengkap banyak penjual makanan ataupun toko-toko.
Langsung saja Agil memesan kacang rebus sesuai permintaan bundanya. Hanya dia yang turun dari motor karena Fian masih duduk diatas motornya.
"Makasih, Pak."
Setelah mengucapkan terimakasih untuk sang penjual, dengan cepat ia bergegas untuk pulang. Kalau kelamaan takutnya bundanya menunggu.
"Lo kenapa gak minta Gilang aja sih buat bantuin lo," ucap Fian.
"Gilang, dia lagi sibuk."
"Halah, sibuk ngapain tuh anak. Palingan sibuk makan." Fian mendumel.
"Jangan salah, yan, tuh anak justru lagi sibuk olahraga buat ngurusin badannya," ujar Agil.
"Yang bener aja? Tumbenan."
"Ya bener lah!"
Sesampainya dirumah, Agil langsung masuk untuk menyerahkan kacang rebus pesanan dari bundanya. Kemudian dia keluar menghampiri Fian yang duduk di kursi terasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor is Mine [TAMAT]
Jugendliteratur♥FOLLOW DULU SEBELUM BACA♥ --- Kisah cintaku berawal dari air mineral yang kata dia ada manis-manisnya kayak aku. "yang, eh, yan. Aduh. Air mineralnya yang itu satu dong." Baru aja sampe dah salah ngomong aja aku. "Gapapa. Panggil sayang aja juga...