Selamat membaca
Semoga suka°
Saat semua yang dinanti tiba dengan cepat dan diwaktu yang tepat. Hari ini tiba, hari bahagiaku dan semua teman-temanku. Rasanya sejak awal masuk kelas dua belas, hari inilah yang aku inginkan. Tidak peduli tentang sebelum hari ini, ujian ataupun kerja keras.
Tapi, tidak akan ada hari ini kalau tidak ada kerja keras dalam belajar untuk ujian. Berharap semua hasilnya akan baik-baik saja dan tidak mengecewakan.
Kelulusan SMA ku tahun ini dilaksanakan di sekolah. Tahun sebelumnya tidak di sekolah, di gedung pertemuan. Memang seperti itu, tapi aku senang jika dilaksanakan di sekolah saja.
Di sebelah Utara lapangan sana ada panggung besar lalu di depannya ada kursi-kursi yang terpisah antara wali murid, guru, dan siswa khusus kelas dua belas. Sedangkan siswa lain kelas sepuluh dan sebelas, mereka ada di aula terbuka yang ada di sebelah Selatan dekat dengan tangga.
Acara kelulusan baru saja dimulai dengan pembukaan dari pembawa acara dari anggota Osis.
Aku duduk di kursi sesuai nomor urutku. Posisi duduk satu kelas itu memanjang ke belakang dan urut. Kelas lain juga seperti itu. Sedangkan para wali murid bebas di sana memilih tempatnya sendiri.
Di atas panggung sana, sekarang ada kepala sekolah yang akan mengumumkan hasil kelulusan kelas dua belas. Ini yang paling aku nanti.
"Teruntuk kelas dua belas dari semua jurusan, Ibu ucapkan selamat untuk kalian. Semuanya lulus!"
Aku yakin yang tersenyum lega itu bukan aku saja, semuanya pasti iya. Mendengar kata lulus saja aku sudah senang. Entah rasanya gak ada rasa khawatir akan nilaiku yang berapa dan bagus atau nggak. Intinya lulus aja seneng deh.
"Lulus, Feb! Lulus!" seru Eza pelan di kursi depanku. Dia menolehkan kepalanya ke belakang dan menatapku yang masih tersenyum lega.
"Selamat, Za!" Aku memukul pelan pundak Eza sambil terkekeh.
"Lo mah, apa-apa mukul. Btw, selamat juga Febby!" eluhnya.
Aku tersenyum dan mengangguk. "Makasih," ujarku.
Eza menghadap ke depan lagi. Aku langsung mengedarkan pandanganku mencari Fian yang duduk di mana. Kelasnya aku sudah tau tapi orangnya itu di barisan nomor berapa aku gak paham.
Akhirnya ketemu. Ternyata dia juga lagi natap aku karena dia udah liat aku duluan. Aku langsung tersenyum.
Kepala sekolah di depan sana belum selesai berbicara. Beberapa saat tadi terpotong karena pasti kelas dua belas ini ramai senang. Ya memang itu terjadi tadi, aku saja kalau depan dan belakangku cewek bakal aku peluk deh. Karena depan belakangku cowok, aku gak berani meluk.
"Ibu akan bacakan peringkat tiga besar, pertama Gery Davelon W., kedua Amora Yuana Zephira, dan ketiga Jessi Putri Greysa. Selamat untuk kalian dan mohon untuk naik ke atas panggung," ucap Ibu kepala sekolah disana.
Setelah tiga tahun, aku baru tau kalau Gery juga sama berprestasi banget kayak Mora. Aku juga baru tau Gery sejak beberapa bulan lalu. Tentunya tau dari Mora.
Mataku memandang kursi Mora yang ada di depan sendiri. Dia berdiri dan maju ke depan. Aku yakin Mora lagi senang-senangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor is Mine [TAMAT]
Teen Fiction♥FOLLOW DULU SEBELUM BACA♥ --- Kisah cintaku berawal dari air mineral yang kata dia ada manis-manisnya kayak aku. "yang, eh, yan. Aduh. Air mineralnya yang itu satu dong." Baru aja sampe dah salah ngomong aja aku. "Gapapa. Panggil sayang aja juga...