Selamat membacaa
Semoga sukaa°
Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi di antara mereka yang duduk di meja makan setelah menikmati makan malam mereka. Artinya tak ada suara yang ada di antara mereka. Hanya suara yang datang dari meja sebelah ataupun dari pelayan yang melayani tamu. Dan hampir dari separuh dari mereka lebih fokus memainkan handphone masing-masing.
Begitupun Fian yang memainkan handphone nya untuk menghindari Febby yang tengah menatap Fian sambil menangkup pipinya. Padahal aslinya dia sama sekali tak penasaran dengan isi handphone nya.
Febby yang juga sama sekali tak penasaran dengan isi handphone nya karena ia lebih penasaran dengan orang di depannya itu.
"Ekhem," deham Ragil selaku ayah Fian yang menyadarkan Febby hingga ia menjauhkan tangannya dari pipi.
"Kenapa semuanya diem? Rizki Sasa, kalian ngapain begitu?" ujar Deny, ayah Febby, yang menatap heran anak-anaknya. Pasalnya Rizki yang duduk menempel dengan Sasa, ia makin mendekatkan wajahnya ke Sasa karena sedang ikut melihat Sasa yang memainkan handphone nya.
"Oh ini, yah. Aku sama Sasa lagi liat kisi-kisi buat ulangan besok," jawab Rizki sambil membenarkan jarak duduknya pada Sasa.
"Jadi, kalian besok ada ulangan ya? Om gak ganggu waktu belajar kalian karena harus ikut Ayah kamu malem ini, kan?" ucap Ragil bertanya.
Sasa dan Rizki kompak menggelengkan kepala. "Enggak, Om. Sasa sih udah belajar dari kemarin," jawab Sasa.
"Rizki, yah. Yang gak mau ikut belajar sama Sasa. Dulu udah dibilangin sama Ayah, kan?" sahut Febby. Ia sedari tadi menyimak dengan baik sembari sesekali melirik Fian yang sedari tadi masih memainkan handphone nya.
"Nilai kamu kalau gak meningkat, Ayah gak jadi beliin kamu handphone loh, ki," ucap Deny lalu meraih gelas dan minum.
"Loh, kan gak gitu yah perjanjian awalnya," protes Rizki.
"Shhttt, udah diem. Ayah gak mau tau pokoknya. Dan satu lagi, jangan main di warnet mulu."
Febby sudah hampir tertawa melihat Rizki yang sedang kena marah. Dia bahkan menutup mulutnya sendiri agar tidak tertawa dan tidak bersuara.
Badan Rizki melemas, dalam hatinya cuma berpikir, udahlah pasrah aja. Tapi dia berniat akan berusaha sekuat mungkin sampai akhirnya ia memasrahkan semuanya pada yang kuasa.
"Om, Tante, Ayah, Ibu, Fian minta maaf ya kalau lancang tapi, udah gak ada yang penting lagi kan?" ucap Fian sambil memegang handphone nya. Dia menatap satu persatu orang dimeja makan. Kecuali, Febby.
"Mau ngapain kamu? Mau pulang, hah?" heran Ayahnya menatap sang anak.
"Iya, yah. Mau stirahat dirumah."
"Sebentar dulu dong, Fian. Tujuan utama kita ngadain acara ini aja belum tersampaikan," ucap Deny di angguki Ragil, Ina, dan Nita yang sama-sama menatap Fian.
"Oh iya, katanya Ayah mau ngasih kejutan buat aku." Febby menoleh cepat ke ayahnya seraya tersenyum.
"Nah, iya. Kejutan buat kamu tuh spesial karena bukan buat kamu aja, tapi buat Fian juga," balas Deny.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor is Mine [TAMAT]
Teen Fiction♥FOLLOW DULU SEBELUM BACA♥ --- Kisah cintaku berawal dari air mineral yang kata dia ada manis-manisnya kayak aku. "yang, eh, yan. Aduh. Air mineralnya yang itu satu dong." Baru aja sampe dah salah ngomong aja aku. "Gapapa. Panggil sayang aja juga...