36

103 32 59
                                    

Selamat membaca
Semoga suka

°

Aku duduk di atas sofa sendirian sambil menatap ke arah pintu kamar mandi. Kakiku menyila di atas sofa, ditanganku juga ada toples berisi keripik kentang yang sedari tadi aku bangun.

Lima belas menit yang lalu, aku bangun tidur. Lalu melakukan berbagai aktivitas setelah bangun tidur dan berakhir duduk di sini.

Bukan tanpa tujuan aku menatap pintu kamar mandi itu. Aku tengah menunggu seseorang yang keluar dari sana. Dia sedang mandi.

Tapi herannya, sudah 15 menit lebih dia tidak keluar-keluar. Apa pingsan di dalam ya?

Aku menarik napasku. Berat sekali tubuh ini rasanya untuk berbuat apa-apa. "Fian! Kamu kok lama banget di dalam! Buruan keluar!" teriakku setelah mengakhiri kunyahan keripik yang ku makan. "Kok gak jawab-jawab!?" teriakku lagi.

"Ah iya, kan gak boleh teriak-teriak dari dalem kamar mandi ya," gumamku sendiri.

Ceklek,

"Kamu kok lama sih?" protesku sambil memulai mengunyah lagi.

"Aku gak lama. Cuma 15 menit," ujarnya sambil berjalan ke arahku. Tangannya memegang handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. "Kamu ini, pagi-pagi bukannya ngemil yang sehat eh ini malah keripik." Fian duduk disebelahku.

Aku menoleh ke wajahnya. "15 menit itu lama ya. 5 menit itu baru cepet," ujarku.

"Lagian kamu ngapain nungguin aku mandi?" Fian melirikku.

"Ya-ya kan kamu janji mau bikinin sarapan buat aku," ucapku lalu tersenyum.

"Seneng aku pagi-pagi disenyumin gini. Apalagi di cium coba," ujar Fian terkekeh dan dia mencubit pipiku.

"Awwwwhhh."

Plak!

"Awwwhhh."

"RIZKIII!"

"Nah, baru bangun. Dicubit pipinya gak bangun, ditampar baru bangun ya. Bagus-bagus." Rizki berdiri dihadapanku sambil mengacungkan dua jempol tangannya.

Aku mengelus pipiku. Dua kali rasa sakitnya. Dari pipi bekas cubitan dan pipi bekas tamparan dari Rizki. Dan aku baru sadar, ternyata tadi aku bermimpi.

"Aish, mimpi apa gue!" Aku meringis sendiri.

"Aku tinggal ya, Kak. Oh iya, abis bangun Kakak di suruh ke bawah. Ada yang nungguin," ucap Rizki sambil berjalan ke pintu kamarku untuk keluar.

"Hm," dehamku.

"Apa-apaan sih tadi? Kok gue bisa mimpi bangun tidur ada Fian sih. Dikamar gue lagi," gumamku.

"Wait! Ini kamar gue kan ya?" Aku menatap sekeliling kamar. "Syukur deh beneran masih di kamar gue." Aku menghela napas lega.

Kakiku turun dari atas kasur dan duduk di tepi kasur. Walau bangun karena tamparan dan cubitan, tetap perlu menyadarkan diri dulu. Menyemangati diri agar lebih semangat menjalani hari-hari.

My Neighbor is Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang