16

201 46 130
                                    

Selamat membaca
Semoga sukaa

°

Warna awan sekarang menggambarkan suasana hatinya yang tidak baik-baik saja. Awan mendung datang tanpa diminta disaat lelaki ini sedang duduk sendirian dibangku taman kota.

Tidak banyak orang di sana karena mereka tau hujan sebentar lagi akan turun. Hanya ada satu orang yang masih setia duduk di sana disaat gerimis mulai turun.

Rerumputan hijau terlihat sejuk karena terkena air hujan. Namun, wajah lelaki ini sangat murung disaat hujan turun yang menyejukkan tumbuhan.

Fian dengan tatapan kosongnya menatap pohon besar jauh di depannya. Tangannya ia ulurkan ke bangku sedangkan kakinya saling menumpu.

Tatapannya yang kosong juga sama dengan pikirannya yang tidak jelas. Ia sesekali menggelengkan kepala tanda tidak benar untuk pikirannya yang tidak ia harap. Bibirnya sama sekali tidak mengucap apapun. Kini wajahnya beserta badannya basah terkena guyuran hujan deras yang turun.

Waktu malam belum tiba membuatnya enggan beranjak dari sana untuk pulang. Ia sedang dalam fase malas untuk berbicara apalagi bertemu orang lain.

Fian mengusap wajahnya yang basah. Tiba-tiba ia merasa seperti tidak terguyur air hujan lagi. Ia langsung menatap langit dan diatas kepalanya terdapat payung yang memayungi tubuhnya.

"Percuma lo payungin, gue udah basah."

Ucapan Fian tak membuat seseorang yang memayunginya itu menjauhkan payungnya. Dia ikut duduk disebelah Fian seraya memayungi keduanya.

Dia mendesah pelan, "Kenapa?" tanyanya menatap Fian yang memandang ke depan.

Cukup lama pertanyaan itu tak dijawab oleh Fian. Membuat seseorang itu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ini kalau bukan karena Febby, gue gak akan bolos les lagi. Nemuin lo kayak gini kayaknya percuma," ujarnya tanpa menatap Fian yang tak peduli.

"Pulang aja!" suruh Fian seraya melirik seseorang disebelahnya.

Dia mendecak sebal, "Lo gak mikirin keadaan Febby ya, yan! Dia masih kesakitan akibat kejadian tadi. Itu masih sakit buat dia. Lo nolong juga kayak gak ikhlas banget."

"Lo tau?"

"Gue tau! Gue liat semua! Kenapa lo bentak dia sih yan? Febby tuh gak ada apa-apa sama Gery. Yang suka sama Gery tuh gue!" Mora kesal.

Seseorang itu ialah Mora. Sewaktu ia tiba di gerbang, dia merasa tidak enak pada Febby dan akhirnya kembali menemui Febby. Dia melihat semua dari awal Fian datang sampai kejadian terakhir Febby kesakitan di parkiran.

"Gue gak peduli," ujar Fian datar.

Mora dalam fase marah sekarang, dia sebenarnya ingin memukuli Fian, temannya ini. Jangan lupakan Mora yang pernah menang lomba karate.

"Gue suka Gery, tapi dia suka Febby. Gue udah suruh Gery jauhin Febby biar dia deket sama gue. Tapi sama aja, dia terus nanyain Febby lewat gue. Febby gak ada rasa sama dia, malahan mereka juga biasa aja, gak ada apa-apa."

Fian mendecih tak percaya disebelah Mora. Matanya menatap depan. Kali ini Mora biarkan Fian tidak terpayungi olehnya. Hanya dia yang menggunakan payung itu. Mora tak peduli respon Fian. Dia tetap menjelaskan.

My Neighbor is Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang