1

1K 68 35
                                    

Happy Reading Guys!

----

Rumah, kamar
05.30 WIB

Ayam sudah berkokok sedari tadi. Alarm ku juga sudah ikut berbunyi dari 15 menit yang lalu. Kini tinggal aku yang belum juga bangun dari tidurku. Aku bukan masih menutup mata tidur, masih sadar tapi enggan sekali untuk mengangkat tubuh agar terduduk. Sehabis sholat subuh dan mengaji tadi, aku tiba-tiba pengen rebahan.

Ceklek

Pintu kamarku dibuka oleh adik laki-lakiku. Dari langkah kaki saja aku sudah hafal. Apalagi bau-baunya dia. Sudah terbiasa.

"Kak, kata Ibu, Kakak suruh bangun. Jangan tiduran mulu. Sehabis subuh itu ke dapur. Bantu-bantu masak. Kata Ibu juga, anak perawan gak boleh males-malesan," bicaranya padaku.

Aku mengulat satu kali. Lalu terbangun dan duduk tanpa bantuan adikku yang masih berdiri dipintu. "Kakak udah bangun kok," ucapku sambil mengucek mata.

"Oke Kak!" Kemudian Rizki-adikku berbalik badan dan pergi.

"Singkat amat. Gitu aja nih?" gumamku.

Aku segera beranjak dari kasurku. Melangkah ke jendela kamarku karena tirainya belum ku buka.

Tirai jendela kamarku sudah ku buka. Kini aku melangkah menuju balkon yang sebenarnya tidak terlalu luas tapi justru aku menaruh bangku kayu agak panjang hingga memenuhi balkon.

"Huaam- Masyaallah." Hampir saja aku ingin menguap lebar, namun sesuatu yang aku liat di bawah dari balkon sangat-sangat mengagetkan. Sampai-sampai aku membuka mataku lebar-lebar dan menguceknya kembali.

Dari balkon aku lihat dia. Aku masih berdiri dan enggan duduk. Ingin sekali aku memanggilnya. Namun, sangat tidak mungkin.

"Pagi-pagi udah liat yang bening aja nih ya. Rajin banget sih gebetan gue," gumamku masih memandangi dia dari balkon, "Turun ke bawah deh. Ah, ada ide gue. Nyapu halaman aja kali ya."

Aku benar-benar semangat turun ke lantai bawah, masih mengenakan baju tidur berwarna putih dan bermotif gambar beruang. Rambutku sempat aku sisir tadi sebelum turun.

"Mau ke mana? Bantu Ibu sini!" seru ibuku dari dapur. Terlihat sih memang, dari dapur ke arah tangga itu berhadapan.

"Ini Febby juga mau bantuin Ibu. Febby mau nyapu halaman aja ya Bu," ujarku.

Tanpa menunggu jawaban, aku berlari ke arah samping rumahku. Memakai sandal yang ada di sana. Lalu mengambil sapu lidi beserta serok yang terbuat dari bambu ditempatnya berada. Kemudian aku berjalan santai ke arah halaman rumahku.

"Febby! Halaman udah di sapu tadi sama Sasa!" teriak ibuku dari dapur saat aku sudah berdiri tepat di halaman dengan sapu lidi di tangan kanan dan serok di tangan kiri.

Mendengar itu, aku langsung meletakkan sapu lidi dan serok tadi dengan lemas.

"Sasa! Kamu bikin Kakak kamu ini malu." Aku menggeram sendiri. Sedangkan dia di sana, mengukir senyum tipis. Aku melihatnya sendiri dengan kedua mataku.

"Kenapa Kak? Aku denger Kakak manggil namaku," tanya adikku satu lagi, Sasa. Dia berjalan seraya bertanya sambil memegang uang di tangan nya yang sudah ia gulung-gulung.

My Neighbor is Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang