14

200 48 112
                                    

Selamat membacaa
Semoga suka

°

Flashback Onn

Hari Jum'at ialah hari yang ditunggu-tunggu oleh para siswa kelas X. Namun, dibalik hari yang ditunggu-tunggu ada satu kelas yang hampir seisi kelas itu sama sekali menentang hari yang ditunggu-tunggu.

Di depan kelas ada wanita bertubuh besar tengah memegang buku ditangannya. Ia baru selesai mengajar.

"Anak-anak, jangan lupa ya hari ini kas kelas," ucapnya.

Setengah bagian siswa dikelas dengan wajah murung dan setengah lagi dengan wajah santainya.

"Ibu tinggal ya, Maria ayo ditarikin uang kasnya." Sang wali kelas beranjak dan pergi dari kelas.

"Maria! Gue bayar double sekalian buat mingdep ya!" ujar temannya yang mendatanginya menyerahkan uang.

Di lain sisi, Febby tengah memandangi seisi kelasnya dengan heran. Disebelahnya ada Mora yang mengobrol dengan teman belakang mejanya.

"Ini gue curiga, si Jaka gak mau bayar lagi. Mana Maria anaknya kayak Sasa lagi," gerutu Febby yang kemudian berdiri dan menghampiri Jaka di pojok kelas.

Di sana juga ada Maria yang sedang menagih kas. Maria berbeda, dia bukan bendahara yang seperti preman, menagih kas dengan bar-bar. Tapi dia sopan, jika temannya bilang tidak punya ya dia tidak akan meminta.

"Aduh, preman kelas muncul lagi," sahut Eza yang baru selesai membayar kas pada Maria.

Seisi kelas menoleh pada Febby.

"Siapa yang gak mau bayar!?" suara keras Febby membuat temannya menelan ludah.

"Pasti Jaka lagi," tebak Febby seraya menarik buku kas yang dipegang Maria.

Febby mengangguk-anggukkan kepalanya selagi meneliti siapa temannya yang belum membayar.

"Ini gak salah? Kok banyak yang belum bayar?" Mata Febby memandangi satu persatu temannya yang belum bayar.

"Pada gak punya duit katanya," ujar Maria.

"Nah iya Feb, kita lebih mentingin perut dulu," sahut Jaka.

Febby mendengus, "Halah, seenggaknya lo hargai Maria dong Jak. Dia nagih kas sabar banget gini."

"Besok deh besok gue bayar," ucap Jaka santai.

"Enak aja, lo belum sama sekali bayar ini!"

Mora yang melihat sahabatnya itu mulai marah, ia menghampirinya. Walaupun Febby jika marah tidak terlalu menyeramkan tapi tetap saja, namanya marah pasti gak enak dilihat.

"Sabar, ayuk keluar kelas aja," ujar Mora memegang kedua pundak Febby dan berusaha mengajaknya pergi.

"Awas lo Jak, kalo nggak bayar lagi!"

Febby lalu pergi dengan dua jarinya yang mengarahkan ke matanya lalu ke mata Jaka bergantian. Seolah dia mengancam temannya itu.

My Neighbor is Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang