Pisti kilian tidik perciyi iki apdit sicipat ini
Silimit Membici
👑
Dian memperlambat langkahnya saat memasuki gang tempat tinggal barunya itu. Bukannya ingin mengeksplor untuk lebih mengenal, tapi dia mencari rumah yang memiliki motor Vario warna biru matte.
Laki-laki lajang berusia 27 tahun itu tidak menampik bahwa dia seperti remaja puber yang jatuh cinta pada pandangan pertama dan sekarang sedang mencari tempat tinggal perempuan itu berbekal jenis motor yang dikenakannya. Tidak ada yang salah 'kan berusaha dulu, siapa tau kali ini adalah jodohnya.
"Oh itu." Dia berseru gembira saat mendapati apa yang dicarinya. Mulai besok pagi saat akan berangkat kerja dia akan memperhatikan rumah itu berharap perempuan yang sudah memikat hatinya benar tinggal di situ. Jika memang begitu, berarti selama ini mereka bertentangga mengingat rumah mereka hanya dipisah oleh 5 rumah.
"ANJAY!"
Mendengarnya membuat Dian terkejut bukan main, umpatan itu berasal dari salah satu anak-anak yang berkumpul bermain game disebuah warung yang menyewakan sambungan WiFi di jam 10 malam begini.
Dian menggeleng-gelengkan kepalanya merasa miris saat melihat anak-anak yang sepertinya baru SMP itu merokok.
"Itu pasti bosnya." Benaknya saat melihat remaja yang tubuhnya jauh lebih besar dari yang lain sedang asik bermain game sambil sesekali menyesap rokoknya. "Dasar bocil!" Benak Dian lagi.
Sesampainya di rumah, Dian mendesah malas. Nenek menelpon, pasti ujung-ujungnya menyuruhnya untuk segera mengenalkan calon istri.
Setelah meneguk habis minuman soda yang tadi dibelinya, dia menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Dian paling tidak suka jika orang-orang sudah membahas tentang pernikahan apalagi menyuruhnya untuk segera menikah. Bukannya tidak mau, tapi sampai sekarang dia belum punya calonnya, terakhir pacaranpun sudah setahun yang lalu.
Pun bukannya tidak tau, usianya sudah sangat matang untuk menikah, Dian juga tau bahwa bukan zamannya lagi untuk mengulur dan menghabiskan waktu untuk pacaran, oleh karena itu jika memang ada, dia tidak akan ragu lagi untuk mengajak calonnya ke hubungan yang lebih serius lagi.
Kalau ada.Dian mengeluarkan hpnya, ditatapnya lamat nomor hp yang dia dapat saat perempuan yang belum diketahui namanya itu membeli pulsa di toko tempatnya bekerja.
Dengan jantung yang berdegup kencang dia memberanikan diri mengirim pesan ke nomor itu.
Mbak, maaf ini saya
yang jadi kasir di toko
Betamidi pas sampean
beli pulsa sama keperluan
bayi.
Isi pesan itu.***
"ANJAY!"
"Jangan teriak-teriak dodol!" Protes Felix merasa terganggu oleh bocah bernama Faiz yang duduk di sampingnya.
"Iya nih ganggu lu!" Protes yang lainnya.
Kalian tidak salah, warung tante Lina yang di depannya terdapat bangku panjang ini adalah tempat yang Dian lewati tadi. Warung ini memang ramai oleh bocah penggila game online yang tidak ingat waktu.
Nongkrong di warung itu sambil main game adalah salah satu self reward setelah burger bagi Felix setiap awal bulan. Dan yang tidak akan dia dapat walau di rumah Bunda adalah bisa bebas merokok setelah satu bulan tidak menyentuhnya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)
Teen FictionSequel dari Teen Unplanned Pregnancy (TUP) Lira dengan segala kecemasan, pikiran buruk dan kepolosannya mengiyakan ajakan-ajakan nyeleneh Felix serta Felix dengan segala keteledorannya, ide-ide uniknya dan kejahilannya melebur menjadi satu. *** Pola...