12. No Title

8K 942 221
                                    

Setelah mengetahui bahwa perempuan yang sempat membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama itu sudah bersuami, Dian benar-benar merutuki kebodohannya. Dia jadi bertanya-tanya kenapa dia bisa secepat itu jatuh cinta pada Lira.

Malam itu Dian jadi tidak semangat untuk berbuat apa-apa, apalagi bekerja karena tidak enak hati. Pertama, Dian merasa bersalah. Kedua, Dian masih syok kenyataan bahwa Felix yang dikatainya bocil setiap melihatnya adalah seorang suami dengan satu orang anak. Ketiga, Dian merasa semakin terpojok karena jelas kalah telak dengan Felix dan Lira yang lebih muda darinya sudah berkeluarga.

Selesai acara mengklaim Lira meskipun secara tidak langsung, Felix pulang dengan rasa lega sementara Lira tidak sabaran ingin memakan snack dan seblak yang dibelinya tadi. Pasutri muda itu jalan dengan santainya, menikmati hembusan angin dan suasana malam yang memang jarang mereka rasakan.

Sesekali Lira mengeratkan gendongannya pada Wisam. Bukan karena takut Wisam kedinginan, soalnya selain baju tertutup, kain biasa dan selimut, tubuh Wisam juga dilapisi lagi dengan jaket hitam milik Felix yang tebal.

Jujur, Lira takut tiba-tiba hantu mengambil anaknya. Mungkin konyol bagi kalian, tapi Lira memang masih percaya dengan hal begituan. Apalagi jalan yang dilewatinya tergolong gelap. Untungnya ada Felix yang membuatnya selalu merasa dilindungi.

Felix yang sejak tadi berjalan di sebelahnya kini mempercepat langkahnya kemudian dengan sekuat tenaga melompat untuk meraih pucuk daun ceri.

"Bisa gak Ra?" Tanya Felix yang lebih seperti tantangan itu setelah ujung jarinya berhasil menyentuh daun pohon ceri tersebut. "Kalau bisa aku belikan yupi."

Lira yang ingin mencoba pun memberikan Wisam untuk digendong Felix.

Dipercobaan pertama Lira tidak berhasil dan kini dipercobaan ke dua, dengan seluruh tenaganya Lira melompat namun sayang, dia tidak juga berhasil.

Kini Felix mengembalikan Wisam untuk digendong Lira dan kembali melompat.

Lira yang ingin mencoba lagi kemudian meminta Felix menggendong Wisam dan kembali melompat. "Kamu kan lebih tinggi, makanya sampai." Lira yang menyerah kini mengeluarkan pembelaan dan menarik lengan Felix untuk kembali berjalan.

Untungnya, Wisam yang seperti di oper-oper itu tidak terusik sama sekali dalam tidur.

Sesampainya di rumah, pasutri itu membersihkan diri, mencicipi apa yang mereka beli dan satu jam kemudian tenggelam dalam alam mimpi masing-masing.

***

Sudah 3 bulan berlalu sejak acara panas-memanasi Dian, Felix jadi jauh lebih hati-hati dan protektif terhadap Lira yang memang dapat dengan mudah menarik perhatian kamu adam karena kecantikannya.

Hari-hari mereka juga berjalan seperti bias, setiap jumat dan sabtu Felix menghadiri kelas paket C, kemudian di hari minggunya dia bersama anak istrinya menginap di rumah orang tuanya.

Kesibukan Lira juga masih sama yaitu menjadi ibu rumah tangga yang setiap harinya terkagum-kagum dengan pertumbuhan Wisam. Oh iya, selain melukis, kini Lira punya hobi baru yaitu menjahit, karena dia baru saja dibelikan mesin jahit oleh Bunda sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-20.

Eh bicara tentang hadiah ulang tahunnya, Lira segera menggelengkan kepalanya cepat untuk menepis ingatannya pada hadiah Felix.

Tentang Wisam, tinggal beberapa hari lagi dia akan berusia 7 bulan, anak itu sudah pandai tengkurap, lehernya pun sudah mulai mampu menopang kepalanya namun, dia masih kesulitan untuk kembali telentang sehingga harus dibantu. Selain itu, cucu pertama dari keluarga Darmawan itu juga sudah bisa mengekspresikan dirinya jika sedang marah atau senang. Seperti sekarang, Wisam mengeram tidak suka saat Papanya seperti menghalangi tubuhnya untuk bergerak dan menempelkan sesuatu di wajahnya sehingga merasa keanehan.

Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang