9. Save Wisam

9.7K 1K 160
                                    


"Malam ini jam 2-an bisa gak?"

~

Jam 6 pagi memang terlalu pagi untuk Lira mandi keramas, namun di harus tetap melakukan itu meskipun setelahnya dia bersim-bersim.

Tapi ada baiknya juga, karena dia harus masak lebih awal mengingat mertuanya akan pulang jam 8 nanti. Oleh karena itu, setelah mandi dia memilih jalan membeli sayur.

"Bunda mau sarapan apa?" Tanya Lira ketika Bunda yang masih mengenakan mukena keluar kamar.

"Kamu mau beli sayur? Bunda ikut, pengen lihat tukang sayur disini."

Maka akhirnya pagi ini Lira ditemani Bunda membeli sayur.

Pastinya sebelum pergi Lira menitip 'kan Wisam pada Felix yang kembali tidur setelah Lira meninggalnya. Mungkin itu dapat membuat Lira cemberut, tapi dia benar-benar mengantuk. Bahkan rasanya ingin absen saja dari kegiatan kerja bakti yang akan dilakukan jam setengah 8 nanti.

Felix berani taruhan, kalau tidak ada Ayah dan Bunda pasti Lira juga masih
tidur sekarang.

***

Sayur asem talas dan ikan goreng adalah menu sarapan mereka pagi ini. Rasanya jadi lebih nikmat jika dimakan bersama orang tua seperti sekarang ini.

"Enak?" Tanya Lira setelah menyuapi Felix.

Felix mengangguk. Kemudian balik bertanya dengan pertanyaan yang sama. Padahal Lira sendiri masih meniup makanannya.

"Enak Ra?" Tanya Felix lagi kini sambil tersenyum culas.

Ampun, Felix sengaja atau bagaimana, tumben sekali dia basa-basi seperti ini sebelum makan. Sialnya pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sama dengan tadi malam, membuat Lira semakin susah untuk melupakannya.

Lira mengangguk cepat agar cepat-cepat berdamai pada Felix yang seperti menjahilinya itu. Sementara Felix terkekeh dengan telinga yang memerah.

***

"Metal!" Ucap Felix penuh penekanan setelah berhasil membuat jari Wisam membentuk simbol metal dengan cara menahan jari telunjuk dan tengah anaknya itu.

Untungnya Wisam yang sudah mandi dan kenyang ini tidak terganggu sama sekali, dia hanya diam menatap ayahnya polos sambil sesekali bersuara lucu dan mengemut jarinya.

"Lix udah, tinggal kamu jemur." Teriak Lira dari dapur sambil mengibas-ngibaskan tangan basahnya.

Mendengar itu Felix yang tadinya duduk kini segera berbaring, menutup rapat matanya dan tidak bergerak lagi.

Tidak mendengar jawaban Felix, Lira pun mendatangi ke kamar. Didapatinya Felix yang sedang tertidur dan Wisam yang menggerak-gerakkan kaki dan tangannya.

"Wisam ngapain? Papa pura-pura bobo ya?" Ucap Lira ikut berbaring di samping Wisam. "Lix? Felix?" Dengan kakinya Lira menggerak-gerakkan tubuh Felix. Namun Felix malah membalik badan membelakinya.

Lira tertawa dalam hati, dia tau Felix sedang menahan tawa dibalik sana. Karena sudah kenyang menjadi sasaran kejahilan Felix sekarang saatnya balas dendam, "Felix!" Pekik Lira untuk mengejutkan sambil menjatuhkan tubuhnya sehingga menindis suaminya itu, "Aku tau kamu pura-pura tidur biar gak jemur baju." Ujar Lira sambil menggelitiki Felix.

Felix yang sejak tadi menahan tawa pun akhirnya gagal mengelabui, tawanya pecah sambil berusaha menghindari gelitikan Lira. "Ra. Udah Ra." Ucap Felix berguling sana-sini berusaha menutupi pinggang dan perutnya sementara Lira terus mengunci tubuh Felix di bawahnya.

Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang