Memasuki bulan Agustus, RT 8 dan 9 mulai mengadakan rapat untuk memeriahkan lomba hari kemerdekaan.
Setelah menentukan ketua panitia beserta penanggung jawab disetiap bidangnya di rapat pertama, pada rapat ke dua ini, mereka membahas alat dan bahan yang diperlukan.
Untungnya Lira yang menjadi pengganti suaminya hanya menjadi anggota divisi konsumsi yang tugasnya lebih santai.
Sebenarnya, Pak RT sudah pernah meminta Felix untuk jadi ketua panitia, namun laki-laki itu menolak karena ia juga pasti akan sibuk dengan acara HUT RI yang diadakan oleh organisasi kemahasiswaan di kampusnya, belum lagi mempersiapkan lomba yang akan di ikuti oleh DEPMIKAT.
Maka dari itu, Lira mengajukan diri untuk berpartisipasi aktif dalam acara tahunan yang diadakan oleh daerah tempat tinggalnya itu. Istilahnya menggantikan suaminya yang sempat diharapkan menjadi ketua.
Satu jam berjalan setelah ditinggal Si mama ke rumah Pak RT, Wisam masih asik bermain dengan papanya.
"Wisam nama panjangnya siapa?" Tanya Felix.
"Wisyam Alta Dalmawan. Umul Wisyam 3 tahun. Wisyam syuka ayam goleng." Jawab anak itu sudah seperti tamplet.
"Nama papa Wisam siapa?" Tanya Felix lagi, Papa muda itu sedang gemas-gemasnya dengan celotehan anaknya.
"Pelik polta dalmawan. Mama Wisyam Gila Elpiji." Jawab Wisam tidak mengalihkan fokusnya pada miniatur hewan di tangannya.
"Eh! Masa gitu sih, yang betul Li. Ra. El. Fi. Ra." Koreksi Felix sambil tertawa.
"Hihi." Tawa Wisam yang dibuat-buatnya, ia bahkan sambil menutup mulutnya.
"Jadi nama mama Wisam siapa?"
"Mama Wisam ibu peli yang cantik." Jawab anak itu acak. "Aaaaaa! Lali Oti! ada mama kucing, mbeeekk, mbeekk." Anak itu sesekali berbicara sendiri dengan mainannya.
"Loh itu kan suara kambing Sam." Koreksi Felix tidak berhenti menertawakan ke-random-an anaknya.
"Hm?" Anak itu masih belum sadar dengan kekeliruannya, kini ia menatap papanya polos sambil mengucak mata. "Anak kucingnya syama mamanya, Wisyam gak sama mama!" Ujarnya tiba-tiba menangis. "Wisyam lindu mama!" Tangisnya makin menjadi.
Si papa yang sejak tadi berbaring di hadapannya pun segera duduk dan memeluk anak itu. Beginilah Wisam jika sedang ditinggal mamanya, ia akan lebih sensitif, anak kucing yang sedang bersama induknya pun bisa membuatnya iri.
"Sabar ya, nanti mama pulang, kita bobo aja dulu." Bujuk Felix membawa anak itu berbaring dan memberinya susu yang sudah dimasukkan ke dalam botol susu.
"Wisyam mau peluk mama." Lirih anak itu.
"Sementara peluk papa dulu ya." Ujar Felix menepuk-nepuk paha anak itu. "Waktu itu kan, pas jam 12 belas malam, si Toto bangun, kata Toto 'apa ini, kenapa aku ada di dalam hutan.' ..." lanjut Felix dengan suara pelan mulai mengarang cerita.
Meskipun tidak ada yang bagusnya dari cerita itu, bahkan si Papa sering tidak sengaja mengganti nama tokohnya, Wisam tetap mendengar cerita itu, perlahan tangannya masuk ke dalam baju Felix dan memain-mainkan puting susu papanya itu dan mulai terlelap. Tentu hal itu membuat Felix kegelian, tapi mau bagaimana lagi, dari pada Wisam menangis.
"Astaga, kok bisa mama tahan kamu giniin Sam." Ucap Felix pelan. "Ini gak bisa dibiarin sih." Benaknya bertekad untuk membuat anak itu menghilangkan kebiasaan buruknya secepatnya.
Memainkan payudara sebelum tidur memang menjadi kebiasaan Wisam sejak anak itu berhenti menyusu badan. Tentu hal itu menjadi PR baru bagi Lira untuk menghilangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)
Teen FictionSequel dari Teen Unplanned Pregnancy (TUP) Lira dengan segala kecemasan, pikiran buruk dan kepolosannya mengiyakan ajakan-ajakan nyeleneh Felix serta Felix dengan segala keteledorannya, ide-ide uniknya dan kejahilannya melebur menjadi satu. *** Pola...