Setelah gagal di SNMPTN tanpa rasa kecewa, akhirnya Felix lolos lewat jalur SBMPTN dengan skor UTBK 625.
PKKMB sendiri menjadi kegiatan terakhir mahasiswa baru program studi manajemen bisnis universitas Tirtalangga.
Setelah menghabiskan waktu dua hari satu malam di lingkungan kampus, sekarang waktunya mengumumkan pembagian kelas. Felix tidak banyak berharap, dia juga tidak begitu mempermasalahkan jika akhirnya tidak sekelas dengan Sonya.
Sampai akhirnya nama panjang beserta NIM nya disebut, membuatnya yang sejak tadi berdiri disamping Sonya kini pindah ke kelompok kelas A.
"Silahkan kelompok kelas A dengan tertib mengikuti Ka Galih ke ruang nomor 07."
Sesampainya di kelas, teman sekelas Felix yang lain langsung berhambur menduduki kursi. "Bro sini bro." Ajak Jordi, teman baru yang paling akrab dengan Felix.
"Perhatian! Ini kelas yang bakal kalian tempati besok lusa. Sekali lagi kakak ingatkan jangan lupa dengan tata cara berpakaiannya."
"Siap kak!" Jawab maba serentak.
Felix lagi-lagi melihat sekeliling untuk mencoba mengingat wajah-wajah teman sekelasnya.
"Okey, sekarang waktunya kita kembali ke lapangan untuk siap-siap pulang." Ujar Kak Galih, salah satu kakak tingkat yang menjadi panitia inti kegiatan PKKKMB tersebut.
***
"Ah capek banget Ra." Keluh Felix menyandarkan tubuhnya di dinding ruang tamu.
"Papap!" Pekik Wisam dengan langkah gontai menghampiri Papanya yang sudah dua hari tidak dilihatnya itu.
"Sini Sam." Balas Felix kemudian memeluk gemas Wisam.
"Kok kaya pake baju SMA." Heran Lira sembari melepas dasi jaket denim dan topi yang Felix kenakan. "Ya ampun sampai belang tangan kamu." Ujar Lira setelah memperhatikan tampilan suaminya itu.
"Tadi pas mau pulang, kelompok ku kena hukuman pake baju SMA gara-gara kurang cepat." Jelas Felix kini ngecupi pipi Wisam. Sementara Lira sibuk menyibak ke atas poni kering Felix yang menutupi dahi. Perempuan itu menjadi lebih jelas lagi melihat wajah lelah suaminya yang sudah dirindukannya itu.
"Papa mandi dulu ya Sam." Felix melepas pelukannya pada Wisam.
Dan Wisam mulai merengek, "Eh Wisaaam, tuh kucingnya." Bujuk Lira.
Wisam tetap tidak mengindahkan, bahkan anak itu susah payah mengejar Papanya yang perlahan menghilang dibalik pintu kamar mandi. "Sebentar ya Wisam." Ujar Felix.
Seketika tangis anak itu pecah memanggil-manggil papanya.
"Mana kucingnya ya, meong...meong." Lira menggendong Wisam dan membawanya ke teras.
Memang tipikal anak kecil, kadang Wisam mudah menangis tapi mudah juga untuk membuatnya diam. Seperti saat ini, fokusnya teralihkan oleh bunga kembang sepatu yang sengaja Lira petikkan untuknya. "Wisam kangen papa ya. Tapi papa harus mandi dulu biar badannya bersih." Meskipun Wisam terlihat tidak menghiraukan ucapan itu, Lira tetap memberinya pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)
Teen FictionSequel dari Teen Unplanned Pregnancy (TUP) Lira dengan segala kecemasan, pikiran buruk dan kepolosannya mengiyakan ajakan-ajakan nyeleneh Felix serta Felix dengan segala keteledorannya, ide-ide uniknya dan kejahilannya melebur menjadi satu. *** Pola...