14. Wisam 1 tahun

8.5K 930 172
                                    

Tahun ini akan menjadi tahun tersibuk untuk Felix, dia akan melaksanakan try out dan ujian nasional, mendaftar masuk perguruan tinggi, kemudian mengikuti serangkaian kegiatan mahasiswa baru. Ditambah lagi Wisam yang sudah menginjak usia satu tahun yang sedang aktif-aktifnya.

Sampai sekarang, Felix masih belum menentukan dimana dia akan berkuliah begitu juga dengan jurusannya, padahal besok pendaftaran masuk perguruan tinggi negeri jalur undangan mulai dibuka.

Jujur saja, dalam hati kecilnya masih ada secercah keinginan untuk berkuliah di Universitas impiannya yaitu Universitas Melbourne sekaligus menyusul Hito yang setahun lalu sudah resmi menjadi mahasiswa di sana. Tapi Felix sadar, sulit sekali berkuliah disana apalagi dia sudah punya tanggung jawab menjadi kepala keluarga. Tidak mungkin dia membawa anak-istrinya ke Australia kemudian memulai hidup baru dengan uang yang sedikit, tidak mungkin juga dia meninggalkan anak-istrinya yang sedang lucu-lucunya.

Jangan salah paham, Felix tidak pernah sekalipun menganggap anak-istrinya adalah masalah yang menghalanginya menggapai impiannya, dia hanya sadar diri dan tidak mau meninggalkan tanggung jawabnya.

"Momomo!"

"Iya mobilnya bisa jalan." Sahut Felix mematikan macbooknya, kini dia bergabung dengan Wisam yang dikelilingi macam-macam mainan.

"Momomomo!" Seru Wisam merangkak ke pangkuan Felix, kemudian dengan menarik baju papanya dia berdiri susah payah.

Berdiri di atas kaki Felix yang duduk bersilah ini membuat Wisam sulit menyeimbangkan tubuh, setelah anak itu merasa aman saat papanya memeganginya, kini dia menyodorkan mobil kecil tepat di depan wajah Felix. "Momomo, henggg."

"Gitu ya suara mobil? Coba sekali lagi, ngeng, ngeng."

"Henggggg"

"Wih pintar, tepuk tangan dulu." Ucap Felix mengangkat anaknya itu tinggi-tinggi.

Dengan tawanya Wisam menepuk tangan walaupun tidak mengeluarkan suara sama sekali.

"Wih anak mama pintar." Sorak Lira dari depan pintu membawa sepiring sukun goreng beserta saus sambalnya.

Mendengar suara mamanya, Wisam dengan hebohnya menggerakkan badannya agar Felix melepasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar suara mamanya, Wisam dengan hebohnya menggerakkan badannya agar Felix melepasnya.
"Mamamama!" Seru Wisam dengan cepat merangkak ke arah Lira. "nen! enen."

Melihat Wisam yang seperti hendak menerjangnya, Lira pun dengan cepat menggeser mangkuk berisi sukun goreng tersebut menjauh darinya takut kejadian beberapa hari lalu terulang kembali —Wisam tidak sengaja menduduki mangkuk berisi mpasinya.

"Enak banget." Ucap Lira girang dengan mulut yang penuh.

"Emang, sayangnya di sini jarang ada yang jual, makanya pas ada yang jual Ayah langsung beli." Jawab Felix memotong sukun goreng itu agak kecil dan mendinginkannya. "Ini, Wisam mau?" Felix menyodorkan sukun yang sudah dingin saat anak itu tidak lagi menyusu.

Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang