23. Ngos-ngosan

7.1K 729 149
                                    

Komen yang banyak yakk

***

Lira tersentak saat melihat nama 'Papa' di HP nya, hujan berangin ini mendukung perasaan tidak enaknya.

"Kamu ngapain?! Cepet pulang!" Perintah Felix.

Hanya dari suara saja Lira tau suaminya itu marah sekali. Tentu ia ketakutan.

Belum sempat ia meminta maaf, Wisam yang lepas dari pengawasannya tiba-tiba berlari ke tengah hujan.

Lira refleks memanggil anak itu untuk menghentikannya, karena jika Wisam maju beberapa langkah lagi, ia sudah pasti tercebur ke dalam parit yang airnya sudah rata dengan tanah.

Dalam sekejap anak itu basah kuyup. Tanpa pikir panjang, Lira membawanya kembali ke rumah Bu Sum, tempat kegiatan masak-masak berlangsung.

"Wisam kan mama udah bilang! Tuh, basah kan bajunya!" Omel Lira mengeringkan kepala dan badan anaknya itu dengan cardigan rajut miliknya.

Wisam yang kedinginan hanya bisa menangis sekencang-kencangnya.

"Mama gak suka ya Sam! Mama bilang kalau mau mandi hujan tunggu papa dulu kan! Kenapa Wisam malah lari ke sana!?"

Kini badan anak itu dililiti oleh cardigan mamanya kemudian dilapisi lagi dengan sarung. Sementara Lira sudah tidak sadar lagi bahwa tubuhnya yang hanya mengenakan celana kulot dan atasan kaus juga tengah kedinginan.

Lira terus menatap layar HPnya sambil menggigit jari, yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana ia bisa pulang, bagaimana ia menghadapi Felix yang marah, bagaimana jika Wisam sakit dan masih banyak lagi.

Tidak mungkin ia meminta Felix menjemputnya, yang ada laki-laki itu semakin marah.

"Papa.." lirih Wisam yang masih sesenggukan, membuat fokus Lira beralih ke anak itu.

"Sebentar ya." Lira kemudian memeluknya dengan perasaan bersalah.

"Aduh kasihannya, kangen papa ya?" Ujar Bu Sum yang sedang memotong singkong setipis mungkin. "Sebentar Pak RT ke sini pake mobil. Nanti minta antarkan aja sekalian." Lanjutnya.

"Ra! Ayo pulang!" Ucap Felix dari teras yang beradu dengan suara hujan.

Mendengar itu, Wisam tanpa ragu mendatangi sumber suara dan Lira menyusul di belakang.

"Ayo cepet." Lanjut Felix yang mengenakan jas hujan dan menutupi seluruh wajahnya dengan kaca helm hitam.

Lira yang tidak bisa melihat ekspresi Felix itu hanya bisa menurut, sepanjang berjalanan ia terus berdoa agar Felix tidak memarahinya habis-habisan.

***

Setelah panggilan telpon yang menghubungkannya dengan Lira terputus, dengan gegabah Felix mengenakan jas hujan dan menjemput anak dan istrinya itu.

Kini ia menatap nyalang dan mengacak pinggang di depan Lira serta Wisam yang hanya bisa mendunduk sesekali mencuri pandangan ke arahnya.

Suara mirip anak anjing mulai derdengar samar-samar pertanda Wisam sedang mati-matian menahan tangis. Bibirnya bahkan sudah benar-benar melengkung ke bawah. Sementara Si mama hanya bisa mengenggam tanganya.

 Sementara Si mama hanya bisa mengenggam tanganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang