Hari sabtu adalah hari yang ditunggu-tunggu bagi Wisam sebab ia akan menginap di tempat neneknya, tempat yang paling dia suka dari pada wahana anak yang harus bayar hingga ratusan ribu untuk sekali masuk.
Pagi-pagi sekali ia bangun dan dengan muka bantalnya memasukkan macam-macam mainannya ke dalam tas bergambar animasi dinosaurus yang ukurannya lebih besar dari badannya itu.
"Mama..bangun." kata Wisam menindis badan mamanya.
"Sam...sini sama papa aja, stop ganggu mama tidur." Ujar Felix dari dapur yang letaknya tepat di sebelah kamar mereka.
Tidak seperti akhir pekan yang sudah-sudah, hari ini malah Felix yang sibuk di dapur sementara Lira masih nyenyak tidur.
"Muka Wisam cuci dulu, abis itu bantuin papa bikin perkedel tempe nih."
Anak itu tidak bersuara, tidak juga keluar dari kamar.
"Wisam..ini nih, bantuin papa aduk-aduk." Jelas Felix.
Mendengar itu, Wisam pun berlari menuju dapur dengan tas nya. Hal itu tentu menimbulkan kebisingan akibat hentakan kaki di lantai kayu itu dan isi tasnya yang saling bergesekan.
"Cuci muka dulu dong Sam." Tegur Felix.
Anak itu pun melanjutkan larinya ke kamar mandi.
"Tasnya di taroh dulu, nanti basah." Tegur Felix lagi. Namun belum selesai ia berucap, Wisam sudah berada di depan pintu dengan wajah yang basah.
Felix menggeleng-gelengkan kepalanya, pasti anak itu hanya sekali mengusap wajahnya dengan tangan yang sudah di celupkan ke dalam ember. Laki-laki itu pun meletakkan pisau dan bawang di atas meja dan membantu anaknya mencuci muka dan tangannya.
Kini anak dan ayah itu sedang asik di dapur. Felix sedang mengaduk adonan tempe yang sudah dihancurkan dengan tepung dan sedikit air ditempat yang lebih besar sedangkan Wisam mengaduknya di tempat yang kecil.
Tidak berapa lama, Felix ketahap selanjutnya yaitu menggoreng adonan tadi. "Wisam mandi pake air hangat gak?" Tanyanya melihat jam baru pukul 7 pagi.
Wisam berdehem.
Felix pun merebus air dimata kompor yang tidak dipakai.
Niat laki-laki itu, pagi ini mereka hanya sarapan perkedel tempe dan sup tahu yang sudah dibikinnya. Sementara makan siangnya di tempat bunda saja sekalian.
"Pa, punya Wicam udah." Wisam yang berdiri di atas bangku itu mengangkat mangkuk kecil itu dengan ke dua tangannya.
Felix pun menggorengkan adonan tersebut. "Sam tumben ya mama tidurnya kesiangan."
"Hmm? Mama sih beldadang."
"Hah? Oh bergadang?" Ujar Felix terkekeh merasa lucu dengan ucapan cadel Wisam. "Hah! Wisam kan bobo, gimana Wisam tau mama begadang?!" Lanjut Felix cepat saat sadar ada yang tidak beres.
"Wicam cuman tebak." Terang anak itu.
Lantas hal itu membuat Felix lega.
"Ya udah, ayo mandi." Ajak Felix setelah menata sarapan mereka di atas meja.
Namun Wisam menolak dan mulai merengek, "Wicam gak mau."
"Kalau gitu gak jadi deh ke rumah nenek. Papa aja udah mandi nih." Bujuk Felix yang lebih kearah mengancam itu.
Dengan wajah cemberut Wisam terpaksa membuka bajunya. Mana berani anak itu ngotot di depan papanya. Beda lagi kalau dengan si mama, pasti sekarang ia memilih mencak-mencak tetap pada pendiriannya untuk tidak mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)
Fiksi RemajaSequel dari Teen Unplanned Pregnancy (TUP) Lira dengan segala kecemasan, pikiran buruk dan kepolosannya mengiyakan ajakan-ajakan nyeleneh Felix serta Felix dengan segala keteledorannya, ide-ide uniknya dan kejahilannya melebur menjadi satu. *** Pola...