Malam penutupan acara 17an berjalan lebih kondusif sebab dihadiri oleh Haji Lala sebagai donatur utama. Warga mengakui, acara ini lah yang paling meriah dari pada acara 17an tahun-tahun sebelumnya. Tentu hal itu tidak akan terjadi jika Haji Lala tidak ringan tangan untuk menyuntikkan dana.
Setelah pembagian hadiah, lantunan lagu dangdut yang dinyanyikan oleh beberapa warga sukses memecah panggung HUT RI RT 8 dan 9.
Seluruh kalangan usia menikmati dengan berjoget atau ikut bernyanyi.
Begitu juga dengan Felix yang tiba-tiba diberi tugas menggantikan karyawan tempat menyewa sound system. Di pojok panggung, sambil mengawasi Wisam, ia ikut menyanyi.
Jangan tanya bagaimana Wisam, anak itu girang bukan main sebab baru pertama kali berdiri di atas panggung. Ia terus melompat dan berjoget.
Karna penciptanya orang padang!
Lagu ini judulnya goyang nasi padang!
Goyang nasi padang, pake sambal rendang!
....Felix melambaikan tangannya saat melihat Lira mendekat.
Awalnya istrinya itu memilih untuk di rumah saja namun akhirnya datang juga.
"Sam, mama Sam." Ucap Felix melambaikan tangan.
"Mama!" Wisam yang akhirnya melihat mamanya juga melambaikan tangan.
Disana, Lira mengacungkan dua jempolnya.
Entah sudah lagu yang keberapa, kini lagu baru yang tidak kalah mengguncang semangat, diputar.
Lira yang memang sedang malas itu hanya duduk menonton yang lain. Kalau saja ia tidak khawatir pada anaknya yang bersama papanya, pastinya ia memilih untuk melukis saja atau menjahit.
Felix yang awalnya menikmati kini mulai merasa aneh saat dari atas panggung itu ia dengan jelas melihat dua anak tertua Haji Lala yang seperti menjadikan Lira objek pembicaraan mereka. Ia mendengus mencoba mengabaikan hal tersebut.
Namun, tidak lama Felix berdecak. Kenapa kalian gak pulang aja sih! Benaknya saat melihat Haji Lala meninggalkan tempat sementara dua anaknya tetap di sana.
Tepat pukul setengah 10. Acara ditutup, tidak ada lagi lantunan musik. Beberapa warga pulang dan ada juga yang membantu. Tapi ada juga yang hanya menghabiskan sisa-sisa camilan seperti yang dilakukan Faiz.
Felix, Pak RT dan lainnya sibuk mengangkut barang-barang dari atas panggung ke dalam mobil pikap, sementara Wisam kini merengek di gendongan mamanya yang ingin membawanya pulang.
"Pak, jadi Bu Eka meninggal ya?"
"Innalilahi, baru tau saya."Felix mengernyit, seseorang dibalik panggung sedang membicarakan mertuanya kah atau orang lain.
"Eh kalau tau, aku suruh tinggal di rumah aja Liranya. Ahaha.." bisik Aldi anak kedua Haji Lala yang berjalan beriringan dengan kakaknya keluar dari balik panggung.
"Cuk! tapi masih cantikan bojo mu. Lagian wes punya anak." Sahut Galih, kakaknya.
"Halah! Koe juga lihat yang mulus gitu langsung oleng kan. Tapi masih cantik dia dari pada mantan bojo mu itu. Ahahaha." Bisik Aldi.
"Bangsat anjing!" Umpat Felix tertahan dengan melayangkan tinjunya.
Ia naik pitan mengetahui bagaimana istrinya dibandingkan dengan yang lain.Semua orang tercengang melihat kejadian itu, begitu juga dengan Lira dan Faiz yang baru saja hendak pulang.
Untungnya yang menjadi sasaran yaitu anak ke dua haji Lala sempat menghindar. "Apa njing!" Balas Galih yang tidak terima adiknya di serang. Sementara Aldi masih terhuyung karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)
Teen FictionSequel dari Teen Unplanned Pregnancy (TUP) Lira dengan segala kecemasan, pikiran buruk dan kepolosannya mengiyakan ajakan-ajakan nyeleneh Felix serta Felix dengan segala keteledorannya, ide-ide uniknya dan kejahilannya melebur menjadi satu. *** Pola...