Lira segera mengapus air matanya saat mendengar salam dari Felix. Perempuan itu berusaha menghindari tatapan Felix agar tidak ketahuan menangis.
"Ra tau gak?" Felix mulai bercerita sambil mengganti celana jeansnya menjadi celana kain. "Tadi aku ketiduran di kelas."
Lira masih tidak menjawab. Melihatnya pun tidak. Mau bagaimana, kalau dia berbicara pasti akan terputus-putus dan terisak.
"Ra? Aku mau makan." Ujar Felix ikut berbaring di samping Wisam dan menciumi anak itu.
Liira pun ke dapur, apalagi kalau bukan menyiapkan makan Felix. Simpel sih, hanya menggorengkan 2 ekor ikan yang sudah siap masak di dalam kulkas.
"Kalau udah siap nanti aku panggil. Sana temanin Wisam." Ujar Lira mengetahui Felix menyusulnya dan mulai menguyel-uyelkan pipinya di pundak Lira. "Lix, dengar enggak?" Suasana hati yang buruk membuat Lira risih dengan kebiasaan Felix itu, padahal sebelumnya dia hanya diam saja jika Felix sudah begitu.
Felix tetap tidak menurut, "bentar aja Ra, Wisam juga lagi tidur 'kan." Ucapnya malah duduk di meja makan.
"Ck, kamu goreng sendiri aja, nih! Aku jagain Wisam." Lira begitu saja meninggalkan masakannya.
"Astaga, kenapa sih Ra? Jangan lebay, bisa gak?"
Lira memilih menulikan telinganya. Sementara Felix memaksa diri untuk tetap makan meskipun rasa laparnya menghilang begitu saja.
Samar-samar rengekan Wisam mulai terdengar. Felix cepat-cepat menyelesaikan makannya dan berniat ikut menenangkan Wisam. Namun, hatinya semakin dongkol saat melihat Lira juga ikut menangis.
Laki-laki itu melipat tangan di depan dada dan menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak habis pikir melihat Lira.
"Ssttt, Wisam kenapa?" Lirih Lira menimang Wisam.
"Ck, sini! Kamu mau dia berenti nangis tapi kamu sendiri nangis." Ketus Felix mengambil Wisam dari gendongan Lira. "Anaknya nangis kamu juga ikutan nangis. Kamu kenapa? Kurang-kurangin cengengnya!" Setelah mengomeli Lira, Felix memilih membawa Wisam ke ruang keluarga yang merangkap menjadi ruang tamu itu.
Jelas perkataan Felix malah membuat Lira semakin larut dalam tangisannya. Meskipun begitu Lira tetap tidak membiarkan wisam menangis meskipun ada Felix yang mengurusnya, maka dari itu dia memberanikan diri untuk mendatangi laki-laki itu meskipun dapat memancing kemarahan Felix.
"Stttt, badan Wisam gak enak?" Ujar Lira masih terputus-putus dengan hati-hati mengambil Wisam dari gendongan Felix.
"Kamu kenapa?" Kata Felix dengan nada kesalnya sambil mengelap air mata perempuan itu. "Paus dulu nih!" Felix mengelap hidung Lira menggunakan lembaran-lembaran tisu dari kotaknya di atas meja.
Setelah Wisam tenang dan betah menyusu barulah Lira menceritakan apa yang ibu-ibu tadi lakukan pada Wisam.
"Ck, kamu iya-iya aja sih." Ketus Felix mengekori Lira menuju kamar. 'Kan, yang ada Felix ikut menyalahkannya, makanya Lira berpikir dua kali untuk memberitau suaminya itu.
"Aku gak enak nolaknya, mereka aja sampai bilang kalau dikasih tau itu jangan ngeyel."
"Tapi kamu ngeyelkan kalau aku kasih tau?" Terus kamu nangis supaya apa? Supaya Allah jatohkan solusinya dari langit?"
"Aku takut Wisam kenapa-napa."
"Ra. Sebelum ini juga kamu udah mikir yang enggak-enggak!"
"Kita bawa kedokter aja Lix." ucap Lira dengan nada memelas.
"Gak papa itu! Orang sedikit ajakan dikasihnya, anak mereka juga semua belum 6 bulan sudah di kasih makan, sehat juga, masih hidup sampai sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baladah Pasutri Muda (SEQUEL TUP)
Novela JuvenilSequel dari Teen Unplanned Pregnancy (TUP) Lira dengan segala kecemasan, pikiran buruk dan kepolosannya mengiyakan ajakan-ajakan nyeleneh Felix serta Felix dengan segala keteledorannya, ide-ide uniknya dan kejahilannya melebur menjadi satu. *** Pola...