Di uks, Lily sibuk mengobati luka Deon dengan ketelitian. Yang diobati sesekali meringis karena perih, kemudian menatap cewek itu penuh kemenangan.
"Lo kenapa bisa dipukul Jaden gitu sih?" tanyanya seraya meletakkan kotak P3K. Ya, cewek itu sudah menyelesaikan tugasnya. Kini waktunya sesi tanya.
Deon mengangkat bahu. "Gue nggak tau kenapa. Tiba-tiba gue dipukul. Dia cemburu kali, liat gue deket sama lo."
Mendengar jawaban Deon, Lily mendengus. "Kita nggak deket. Tadi pagi kita berangkat bareng juga karena lo ngancem gue."
Lily baru ingat jika perlakuannya tadi cukup sarkas pada Jaden. Ah, bukannya dia mau membela Deon. Dia hanya tak mau anak-anak Mayapada menilai Jaden lebih jauh hanya karena kejadian ini.
Membayangkan kemungkinan cowok itu akan marah padanya, Lily menggigit bibir. Sifat Jaden sudah dia kenal jauh di luar kepala. Cowok itu suka menghilang jika sedang marah.
Keadaan Deon sepertinya sudah agak membaik. Hanya saja seragamnya tampak kumuh dengan debu dan beberapa bercak darah. Setelah menghela napas pelan, Lily bersuara. "Gue pergi,"
Awalnya Deon hendak mencegah, tapi melihat Lily yang sepertinya tengah gelisah dia membiarkan raga Lily menghilang di balik pintu.
"Gue bakal dapetin lo, Ly."
•••
Abra menyalakan rokoknya, matanya tak lepas dari Jaden yang sedari tadi hanya diam. Panggilan dan beberapa lawakan yang dia lontarkan tak bisa membuat cowok dengan plester di bawah pelipis itu bergeming.
Bush.
Abra menghembuskan asap rokok di wajah Jaden. Dengan mata tajamnya, cowok itu tampak memberi peringatan, kemudian menendang pelan kaki Abra.
"Kalau mau mati cepet ga usah ngajak-ngajak, goblok," ketusnya. Di Jaguar, hanya Jaden yang nggak doyan rokok. Meski cowok itu terkenal dengan sikap badungnya. Tetap saja baginya, merokok itu merusak kesehatan.
Abra terkekeh. "Abisnya muka lo suntuk banget, kenapa sih Den?"
"Nggak papa."
Mendengar jawaban Jaden, Abra mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kemudian menepuk bahu Jaden. "Lo nggak perlu nyembunyiin sesuatu. Gue temen lo dari kecil. Lo bisa cerita."
Seperti yang Abra tebak, Jaden tak menghiraukan perkataan miliknya. Cowok itu terdiam cukup lama, membuat Abra berpikir untuk meninggalkannya, siapa tau Jaden memang butuh waktu untuk sendirian.
Tapi saat kakinya hendak diayunkan, Jaden melontar pernyataan yang membuat matanya melebar tak tertahan. "Gue sama Lily pacaran."
"Lily? Anak Mayapada yang waktu itu rebutan cilok sama lo kan? Ah nggak mungkin, bercanda lo?"
Jaden merotasikan bola matanya. Malas kalau harus memberi Abra penjelasan. Sedangkan Abra, melihat Jaden yang tampak tak bercanda— tunggu, memangnya cowok di hadapannya ini pernah bercanda?
"Kok lo nggak ngasih tau gue, njing?"
"Berani ngatain gue anjing, lo?"
Abra menggaruk rambutnya yang tak gatal kala Jaden melayangkan tatapan tajamnya, lagi. "S-sorry sorry. Tapi, sejak kapan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [END]
Fanfiction(YIBO X LISA) Jaden dan Lily saling mencintai. Tetapi Gardacita dan Mayapada saling membenci. Tradisi yang kronologinya masih terkunci itu membuat hubungan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akankah hubungan mereka berdua aman hingga hari k...