Lily hari ini dipaksa untuk ikut ke rumah Deon. Dahinya mengkerut saat dia sampai di kawasan yang berbeda dengan alamat yang biasa Deon cantumkan jika sedang menggodanya. Kawasan ini juga pernah terlintas di kepala, tapi kapan?
"Ini rumah lo?" tanya Lily sembari menengok kanan kiri.
"Rumah lama gue, sekalian mau nyapa tetangga lama juga."
Lily tak ambil pusing dengan jawaban Deon. Dia membuntuti cowok itu sampai matanya menangkap sebuah mobil yang tak asing terparkir di gerbang rumah besar di depan.
Lily terdiam sebentar. Sosok yang baru keluar dari mobil sebabnya. Jaden. Mantan kekasihnya turun dengan ekspresi yang gelap. Saat beberapa orang hendak membantunya, cowok itu menepis kasar.
"HEY TETANGGA LAMA!" seru Deon.
Jaden melirik sekilas. Dia melihat Lily di sana. Sedangkan cewek itu terlihat takut, seperti tertangkap selingkuh.
Dia benar-benar tak mempedulikan Deon, hanya berniat masuk. Tapi Deon dengan cepat menahan langkah cowok itu. Oh jangan lupakan Lily yang pinggangnya sudah dipeluk erat-erat oleh Deon.
"Gue udah lama loh nggak pulang ke rumah depan. Sebagai tetangga yang baik, lo nggak mau nyambut gue?" ucapnya.
Jaden melirik tangan Deon yang melingkar di pinggang Lily. Lalu kembali melenggang pergi. Sedangkan Lily semakin cemas melihat wajah Jaden tanpa ekspresi.
"Woy Den—"
"Loh, ini Deon kan?"
Wanita paruh baya keluar dari rumah. Mendekat ke arah mereka, menyapa dengan ramah.
"Iya Tante ini Deon," jawabnya sambil tersenyum.
"Maafin Jaden ya, dia emang suka gitu kalau lagi sakit. Eh iya, kamu tumben banget pulang ke sini? Mama sama Papah kamu gimana kabarnya?"
Pertanyaan dari Zura membuat senyum di wajah Deon memudar. Kemudian menjawab. "Deon nggak tinggal sama Mama Papah tante. Setelah pindah dari sini, Deon tinggal sama Bude."
"Oh gitu. Eh, kamu yang waktu itu datang ke rumah sakit buat jenguk Jaden kan?" Zura beralih menatap Lily yang masih betah membisu di samping Deon.
"I-iya Tante."
"Pacar Deon Tan," sambung Deon.
"Loh, pacar kamu? Kirain pacar Jaden. Waktu itu mau kenalan udah keburu pulang. Jaden ditanyain nggak mau ngejawab. Aduh sayang banget, padahal udah ngarep tante haha."
Lily meringis mendengar perkataan Zura. Seandainya dia tahu, Jaden dan Lily memang berpacaran— ekhm, dulu. Ah kenapa jadi rumit seperti ini perasaanya?
"Mau masuk?" tawar Zura.
"Boleh Tan."
Lily melotot mendengar jawaban Deon. Belum lagi cowok itu menarik tubuhnya tanpa persetujuan. Sebelum mereka putus, Lily pernah berkeinginan mengunjungi rumah Jaden. Kemudian berharap cowok itu akan mengenalkannya pada kedua orang tuanya.
Mata Lily menjelajah ke penjuru rumah. Tidak terlihat satupun foto Jaden yang terpajang di dinding. Hanya beberapa pajangan mahal yang menghiasi ruang tamu.
"Jaden, sini dong turun," panggil Zura. Tak lama, cowok itu turun. Seragamnya sudah berganti dengan kaos lengan pendek berwarna hitam meski masih memakai celana abu-abu Gardacita.
Mereka berempat duduk di ruang tamu. Sepi. Hanya terdengar detik jarum jam. Lalu, Zura berinisiatif untuk memancing Jaden bicara.
"Cewek yang waktu itu dateng ke rumah sakit jengukin kamu itu pacarnya Deon, Bang?"
"Iya kali."
Zura menggaruk tengkuk, hubungannya dengan Jaden memang tidak baik. Cowok itu dekat Ayahnya, tapi tidak dengan sang Ibu. Itu karena Jaden menganggap Zura berselingkuh dari Dirga. Padahal, mereka berpisah dengan baik-baik.
"Kalian ngobrol dulu aja deh ya, Tante mau bikin minum dulu."
Suasana menjadi lebih mencekam setelah kepergian Zura. Lily menatap Jaden dan Deon bergantian. Deon tampak senang melihat keadaan Jaden yang sekarang, sedangkan Jaden— mengerikan. Lily tak berani menatap cowok itu lama-lama.
"Eh, kalung kebanggaan lo mana? Tumben nggak dipake?" sindir Deon. Dia sebetulnya sudah tau kalau Jaden sudah keluar dari Jaguar. Karena seseorang dari sana memberinya info. Maka dari itu, dia mengajak Lily ke rumah lama. Untuk memberikan ejekan kepada tetangga.
Tak ada jawaban. Namun, Deon tak bergenti untuk membuat Jaden kesal. Dia kembali mengajukan pertanyaan. "Sebenernya niat gue ke sini baik. Gue mau membantu proses lo move on dari Lily. Ya, lo kan tau dia pacar gue dan dia— nggak cinta sama lo."
Lagi-lagi Jaden tak menjawab. Cowok itu justru beranjak. Sepertinya hendak ke kamar. Lily memperhatikan cara Jaden menaiki tangga, rasanya dia ingin merangkul cowok itu hingga kamar. Tapi tak mungkin. Jadi dia hanya menghela napas berat. Jaden benar-benar jadi dingin kepadanya.
"Loh, Jaden mana?"
Zura meletakkan penampan di atas meja, kemudian menatap lantai dua agak kecewa. Dia kira, membawa teman ke rumah akan sedikit merubah komunikasi mereka. Awalnya Zura pikir Jaden mau mengobrol bersama. Ternyata tidak.
"Tante, gimana keadaan Jaden?" pertanyaan Lily membuyarkan lamunan Zura. Aneh, cewek yang mengaku sebagai pacar Deon itu tampak khawatir. Zura jadi kembali terhanyut, berpikir.
•••
Lily menatap ketiga sahabatnya yang sedang asik bercengkrama. Setelah hubungannya berakhir, semua terasa membosankan. Jam kosong di kelas akhir sekalipun, terasa tidak menyenangkan.
Pwgi tadi, dia juga nyaris telat. Lyra, sepupu sialannya itu membawa mobilnya. Meninggalkan dia. Tapi, Lily tidak bernafsu untuk marah. Hidupnya seolah-olah sudah sampai pada tahap "terserah".
"WOY ANJIR ANAK JAGUAR SAMA DENOSTRA BERANTEM LAGI DI DEPAN GERBANG!"
Jeritan itu membuat Lily berdiri dari posisi duduknya. Jaguar dan Denostra? Pikiran Liky langsung tertuju pada Jaden. Cewek itu berlari dari kelas, berniat membubarkan perkelahian. Toh, kondisi Jaden belum pulih total!
"LILY, LO MAU KE MANA HEH?!" teriak ketiga sahabatnya kompak.
Lily terengah-engah. Dia berusaha membelah kerumunan. Ingin melihat perkelahian. Namun, saat dirinya berhasil di barisan depan dan saat matanya mengedar, dia tidak menemukan Jaden.
Bukan hanya Jaden, Lily juga tak dapat menemukan Abra. Jaguar tanpa Jaden terlihat payah. Mereka nyaris kalah. Tapi sebelum perkelahian itu memperoleh pemenang, para guru datang membubarkan.
Berangsur-angsur kerumunan menghilang, anak-anak Jaguar sudah pergi. Deon menatap Lily yang masih terdiam di tempat. Kemudian, cowok itu menghampirinya.
"Ly?"
Lily menatap Deon. Tangannya mencengkram ujung seragam cowok itu, lalu bertanya. "Dia di mana? Kok nggak ada?"
Dia yang Lily maksud, tentu saja langsung tertangkap di kepala Deon. Tapi dia berpura-pura tak tahu. Sial, apa Lily sedalam itu mencintai Jaden?
•••
MAAF YA, AKU
SIBUK BANGET
GA BISA DOUBLE UP
SKSKSKSK.
JANGAN LUPA
VOMMENT-NYA.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [END]
Fanfiction(YIBO X LISA) Jaden dan Lily saling mencintai. Tetapi Gardacita dan Mayapada saling membenci. Tradisi yang kronologinya masih terkunci itu membuat hubungan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akankah hubungan mereka berdua aman hingga hari k...