O1, JADEN & CILOK

3.3K 525 34
                                    

Permusuhan Mayapada dan Gardacita bukan lagi sebuah rahasia. Awal mulanya dari angkatan ke lima, yang kemudian turun temurun hingga angkatan dua puluh dua. Entah apa alasannya, Lily tidak tahu pasti. Kronologi terciptanya tradisi saling membenci itu masih terkunci.

"Ly, katanya mau ngenalin kita sama pacar lo?" tanya Rara tiba-tiba yang langsung dihadiahi anggukan Kiara dan Viola.

Lily menatap tiga sahabatnya yang tampak bersemangat. Kemudian kembali menyuap mie ayamnya, setelah itu baru menjawab. "Putus."

"HAH?" teriak mereka kompak. Beberapa penghuni kantin langsung menaruh perhatian, membuat Lily terpaksa menyunggingkan senyuman.

Rara tampak menggulung lengan seragamnya, lalu berkata. "Coba bilang, yang mutusin lo atau dia? Kalau itu cowok yang mutusin, berani beraninya dia mutusin sahabat gue."

"Gue yang mutusin kok. Tenang aja."

"Bagus kalau lo yang mutusin. Tapi kenapa kalian putus? Bukannya kemaren masih senyum-senyum kalau dapet chat dari dia?"

Lily yang masih mengunyah tersedak setelah mendapat pertanyaan dari Kiara. "Uhuk- g-gue beli air dulu."

Setelah menatap Lily heran, tiga sahabatnya beralih menatap es teh yang tadi sempat cewek itu pesan.

"Es teh bukan air emang?" celetuk Viola seraya menggelengkan kepala saat melihat tingkah Lily yang berbeda dari biasanya.

Sedang sibuk dengan makanan masing-masing, tiba-tiba ponsel Lily berbunyi. Membuat Rara menaruh atensi. "Lah, handphone-nya ditinggal."

"Mama?" gumam Kiara kala melihat nama yang tertera di layar.

"Tante Rea? Sini, gue yang angkat," ujar Viola, kemudian menggeser tombol hijau tanpa curiga.

"Halo Tante?"

Di seberang, Jaden menjauhkan ponselnya dari telinga. Mendapati suara yang berbeda dari biasanya dan panggilan yang- tidak dapat dia terima, cowok itu membaca ulang nama yang tengah terhubung dengannya.

"Ini Vio Tante. Lilynya lagi beli minum."

Jaden menutup mata. Ya, pasti cewek itu merubah nama kontaknya. Lantas dia menggeser tombol merah dengan segera. Beruntung dia belum bersuara.

"Lah dimatiin?"

Viola meletakkan ponsel Lily di tempat semula. Tak lama, cewek itu kembali dengan sebotol air mineral dingin di tangannya.

"Tadi Tante Rea telepon Ly."

Byur.

Lily menyemburkan air yang nyaris melintas di tenggorokannya ke wajah Viola. Hal itu jelas mengundang tawa dari Rara dan Kiara.

"LILY GOBLOK, GUE NGGAK KESURUPAN!"

Lily meringis. Cewek itu membantu Viola membersihkan wajahnya dengan tisu. "Sorry, tapi lo tadi nerima telepon dari nyokap gue yang mana?!"

"Lo kenapa sih? Udah main nyembur -nyembur nggak jelas, sekarang malah nanya nyokap lo yang mana. Emangnya nyokap lo ada berapa?" jawab Viola kesal.

Lily menggaruk rambutnya yang tak gatal. Sial, baru juga sehari kenapa sudah sesulit ini?

"Nyokap gue bilang apa?"

"Nggak ada bilang apa-apa. Diem doang, terus dimatiin."

Lily menghela napas lega. "Syukur deh."

"Lo kenapa sih? Masa iya lo galau abis putus sama si J?" tanya Kiara penuh selidik.

Lagi dan lagi, Lily tersedak. Dalam hati terus mengumpat. Ayolah, dia baru ingat pernah memberi tahu ketiga sahabatnya perihal inisial Jaden. Belum lagi- punggung dan tangan cowok itu sudah pernah dia sebar di insta story-nya beberapa minggu lalu.

BACKSTREET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang