Lily salah. Lily salah karena mengira perpisahan sementara dia dan Jaden akan baik. Semua tentang mereka sudah terlanjur berantakan. Benar. Cowok itu pergi tanpa berpamitan.
"Dia bilang bakal pergi tiga hari lagi! Kenapa tiba-tiba dia udah pergi?!" Ketiga sahabatnya masih setia memeluk Lily. Cewek itu sudah mengumpat dan menangis sejak sore tadi.
Selepas acara makan malam kemarin, tadi pagi Lily selalu mengintip dari balik jendela dan selalu mengecek ponsel. Siapa tau Jaden mengajaknya pergi, menghabiskan waktu bersama. Tapi nyatanya tidak. Dan saat hari mulai sore, Abra bilang, Jaden sudah berangkat siang tadi. Lily kaget. Tidak percaya.
"Dia bahkan nggak ngasih alasan kenapa dia ngelakuin ini sama lo, Ly. Gue bener-bener nggak nyangka Jaden kayak gini." Rara masih terus berusaha mencoba menghubungi Jaden lewat ponsel Lily. Tapi nomornya tidak aktif.
"Abra, temen lo anjing. Sumpah," umpat Viola.
Abra yang melihat kondisi Lily murung karena lelah bertanya, mengumpat, dan menangis hanya bisa menghela napas pelan. Dia juga bingung dengan sikap Jaden yang tiba-tiba pergi hari ini tanpa memberi tahu siapapun. Tapi Abra yakin, Jaden punya alasan.
"Gue minta maaf ngewakilin Jaden. Semua anak Jaguar juga bingung. Jadwal terbang dia harusnya memang tiga hari lagi. Hari ini yang terbang Papahnya. Tapi, tiba-tiba dia mutusin buat ikut terbang hari ini."
"Dia nggak ngasih lo alesan atau apa gitu? Gila ya, dia udah bikin sahabat gue nangis," ujar Rara emosi.
Abra menggeleng. Semua ini memang tidak jelas. Jaden yang dia kenal tidak pernah pergi menghilang semudah ini dari orang yang dia sayang.
"Ly, dia janji bakal pulang kapan?" tanya Kiara. Pertanyaan paling bodoh yang pernah Rara dengar.
"Ki, lo mau nyuruh Lily buat nunggu cowok itu?! Gila. Nggak. Gue nggak setuju. Udah main pergi aja, tanpa kabar. Enak banget ditungguin," balas Rara.
"Ra, gue yakin Jaden punya alesan," bela Abra.
"Apa?" sentak Rara, Abra hanya diam. "Nah kan, lo nggak bisa jawab."
"Dia bilang, dia bakal pulang waktu gue wisuda." Lily tersenyum paksa mengingat kejadian kemarin malam, kemudian melanjutkan. "Tapi, pergi aja dia nggak pamit, apalagi nepatin janjinya?"
Ucapan Lily barusan sukses membuat semua orang di sana diam. Setelah bersuara, Lily langsung masuk ke kamar. Pikirannya sudah kacau. Untuk pertama kalinya, Jaden mengecewakan Lily.
Cewek dengan rambut berantakan dan bercak air mata di sekitaran wajah duduk di depan cermin. Tangannya mengambil bingkai foto yang dia pajang di sana. Foto Jaden dan dirinya.
"Aku nggak tau Den, kamu maunya gimana. Aku juga nggak tau maksud kamu apa. Di sisi lain, aku percaya kamu punya alesan. Tapi di sisi lain aku takut. Aku takut kamu nggak akan balik lagi." Lily memejamkan mata sejenak. Guna memasok banyak oksigen karena tiba-tiba hatinya kembali merasa sesak.
"Aku takut, sia-sia nunggu kamu."
Lily terkekeh, lalu mengusap sudut matanya yang mulai berair kembali. "Tapi kamu tenang aja, aku bukan orang yang suka ngelanggar janji. Aku udah janji buat ngasih kamu waktu tiga tahun."
Isakan kecil mulai terdengar lagi. Bermonolog malah kian membuat hati Lily nyeri. Tapi, dia terus melakukan ini.
"Tolong, jangan kecewain aku lagi. Cukup ini yang pertama dan terakhir kali ya, Den?" Lily mendekap foto mereka berdua, memejamkan mata. Berharap kisah mereka punya destinasi akhir yang bahagia.
Selamat tinggal untuk sementara, Jaden.
END
•••
Nyari apan?
Udah end beneran.
Memang ga jelas.
Sekian. Silakan adukan
keluh kesah kalian 👍

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [END]
Fanfiction(YIBO X LISA) Jaden dan Lily saling mencintai. Tetapi Gardacita dan Mayapada saling membenci. Tradisi yang kronologinya masih terkunci itu membuat hubungan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akankah hubungan mereka berdua aman hingga hari k...