Lily menunggu Jaden di depan kamar mandi cowok. Beberapa pasang mata jelas tertuju padanya, tapi masa bodoh. Tadi, Jaden memberinya wejangan. Katanya, sebagai pacarnya, Lily tidak perlu khawatir apapun. Cukup percaya diri. Dan ya, perihal jawaban Lily. Kalian sudah tau pasti.
Ceklek.
Mendengar pintu terbuka, Lily langsung berbalik badan. Dia mendapati Jaden dengan rambut yang masih basah, dasinya dibiarkan tak terpasang dengan benar, dan jelas seragam Mayapada itu tidak di masukkan.
Lily tersenyum. Jaden ternyata cocok juga memakai seragam Mayapada. "Kamu nggak bisa pake dasi ya?" Lily menarik dasi cowok itu hingga sang empu menunduk. Nyaris bertubrukan dengan dahinya.
Lily tampak fokus dengan dasi milik Jaden. Sedangkan cowok itu memperhatikan raut wajah Lily yang menggemaskan.
"Nah, gini kan ganteng," ujarnya sembari menepuk dada bidang Jaden, lalu beralih merapihkan rambut cowok itu.
Tapi seolah menantang Lily, Jaden malah memberantaki rambut dan dasinya kembali. Membuat Lily melotot dan memanyunkan bibir. Jaden pun terkekeh melihatnya.
"Nggak betah," ujarnya.
"Tapi kalau kamu gini yang ada cewek-cewek di sini matanya pada jelalatan. Terus besok-besok malah pada nyari pacar di Gardacita. Kan kasihan anak Mayapada nggak laku." Jaden tertawa menanggapi cerocosan kekasihnya.
"Ya enggak. Di Gardacita nggak ada yang kayak aku. Cuma satu dan udah jadi milik kamu," ujar Jaden, sukses membuat pipi Lily panas.
"Terus kamu mau balik ke Gardacita pake seragam Mayapada gitu? Yakin berani?" Lily mengalihkan pembicaraan. Jantungnya tidak akan aman kalau ada gombalan lain yang melesat dari bibir Jaden.
"Nggak, ngapain balik? Bolos aja sekalian. Mau ikut?"
"Mau. Tapi izin dulu, ya?"
Jaden kembali tertawa. Kemudian mengacak rambut Lily gemas. "Kalau izin dulu namanya bukan bolos dong, sayang."
Deon memperhatikan interaksi manis keduanya mulai mengepalkan tangan. Kemudian cowok itu langsung melayangkan pukulan pada Jaden.
Bugh.
Lily terkejut. Jaden mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Sedangkan Deon sudah memojokkan cowok itu di dinding. "BERANINYA LO PAKE SERAGAM MAYAPADA!" teriak Deon.
"DEON CUKUP!" Lily berusaha menjauhkan Deon dari Jaden. Tapi Jaden malah memberinya isyarat untuk menonton saja. Dan mereka sudah dikerubungi beberapa penghuni Mayapada.
"MAKSUD LO APA HAH? LEPASIN SERAGAM MAYAPADA SEKARANG JUGA."
Jaden mendorong Deon kasar lalu memperbaiki seragamnya yang makin acak-acakan. "Seragam gue basah. Selain itu, gue juga pengin ngerasain pakai seragam yang sama kayak Mbak Pacar. Nggak boleh?"
Satu pukulan hendak Deon layangkan lagi di rahang Jaden, tapi Jaden lebih sigap untuk menahannya. "Gue minta maaf kalau gue punya salah sama lo. Jadi, bisa berhenti?"
Deon menepis cekalan Jaden lalu menarik kerah seragam cowok itu dan mencoba melayangkan pukul kembali. Namun, peluit yang entah datang dari mana sukses membuat kerumunan bubar dan Deon bisa merasakan jeweran pada telinga kanannya.
"Awh siapa si anj— Pak Wahid?"
"Berantem terus kamu Deon! Mau jadi apa sih hah?! Ini lagi, siswa baru udah cari masalah. Kok mau mau aja diajak berantem sama Deon?!" amuknya sembari menjewer telinga Jaden juga.
Lily meringis melihat wajah Jaden yang memerah. Pasti sakit. Tapi jujur, Lily ingin tertawa.
"Tapi Pak, saya bukan—" Jaden menghentikan ucapannya saat mendapat plototan mata Wahid. Menyeramkan. Padahal dirinya lebih seram kalau soal urusan tatapan elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [END]
Fanfiction(YIBO X LISA) Jaden dan Lily saling mencintai. Tetapi Gardacita dan Mayapada saling membenci. Tradisi yang kronologinya masih terkunci itu membuat hubungan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akankah hubungan mereka berdua aman hingga hari k...