Malam ini, Lily duduk di balkon dengan selimut yang melilit tubuhnya erat. Tapi tubuhnya sama sekali tak merasa hangat. Besok, dia harus membuat keputusan yang berat.
Awalnya dia pikir, dia bisa mengabaikan ancaman Deon dengan tenang. Tapi nyatanya cowok itu tak pernah main-main dengan apa yang dia ucapkan.
Flashback on
Setelah tenggat waktu tiga hari habis, bertepatan dengan itu Jaden keluar dari rumah sakit. Kondisinya dengan cepat membaik.
Sejujurnya, Lily ingin sekali menemani pacarnya itu pulang, tapi dia harus menghantar Ayahnya ke bandara. Apa boleh buat, dia bisa menemui Jaden nanti. Lagi pula, butuh waktu lama untuk melihat Ayahnya pulang kembali. Lily yakin Jaden pasti mengerti.
Lily melambaikan tangan ke pesawat yang baru saja lepas landas. Setelah pesawat itu sudah hilang dari penglihatan, Lily segera bergegas.
"Mau ke mana lo?" tanya Lyra. Jangan tanyakan ke mana perginya sang Mamah tercinta. Dia juga sudah berangkat ke luar kota dua hari lalu. Pekerjaan tetap nomor satu.
"Gue mau ke rumah pacar gue dong. Kan baru pulang dari rumah sakit. Dia butuh gue buat meringankan rasa sakitnya."
Lyra merotasikan mata. Tapi saat tangannya hendak membuka pintu mobil di samping kursi kemudi, Lily langsung mencegahnya.
"Ett, ngapain lo?"
"Masuk lah, ngapain lagi coba?"
"Lyra, gue kan udah bilang sama lo, gue mau ketemu sama Jaden."
"Yaudah sih, gue ikut."
Lily menggelengkan kepala. Kemudian mendorong tubuh Lyra agar menjauh dari mobilnya. "Enggak bisa. Lo nggak boleh ikut. Jaden nggak suka diganggu kalau lagi pacaran. Jadi, lo pulang naik taksi aja deh ya. Bye-bye."
Setelah berucap demikian Lily langsung menaiki mobilnya. Lalu melaju secepat kilat, sehingga Lyra tak bisa menjangkaunya.
Lyra mengepalkan tangan. Dia benar-benar kesal karena rencananya dan Deon lagi lagi gagal. "Kali ini, gue pastiin lo bakal putus sama Jaden!"
Sembari menunggu lampu merah berubah menjadi hijau, Lily membuka ponsel. Mengecek kembali alamat rumah milik Jaden. Ya, nyaris setengah tahun mereka berpacaran tapi Lily belum pernah berkunjung ke kediaman cowok itu.
Selain karena Jaden tak pernah mengajak, Lily juga baru sadar kalau selama mereka berpacaran Jaden tak pernah menceritakan keluarganya. Berbeda sekali dengan dirinya yang selalu menceritakan hal sekecil apapun pada Jaden.
"Loh, banyak banget panggilan tak terjawab dari Abra?"
Jangan heran mengapa Lily dan Abra sudah begitu dekat selayaknya seorang teman. Cowok itu mencuri nomor Lily dari Jaden dengan alasan untuk dihubungi jika Jaden membutuhkan bantuan. Aneh betul. Tapi, sudahlah.
Sedari tadi ponsel Lily dibisukan. Cewek itu menyempitkan dahi saat membaca pesan terbaru Abra di layar.
Abra
|Ke rumah sakit. Cepet.Dikarenakan rasa penasaran dan malas membuka pesan, Lily menekan tombol hijau dengan segera. Tak perlu menunggu lama, Lily tersambung dengan nomor Abra.
"Bra, lo kenapa nyuruh gue buat—"
"Jaden dipukulin lagi!"
"Hah?! Maksud lo?"
"Sebelum keluar dari rumah sakit, gue nyiapin mobil di rumah dia sebentar. Jaden di rumah sakit sendirian. Pas gue balik ke sana. Keadaannya udah kacau. Ruang rawatnya juga berantakan."
"Gue ke sana sekarang!"
Tepat setelah sambungan terputus, Lily mendapat pesan. Dia sudah menebak Deon dalang dari semua ini. Maka dari itu, pesan cowok itu dia mengabaikan. Fokusnya sekarang adalah Jaden.
•••
Lily berlari ke kamar yang sudah Abra sebutkan. Ada pria dan wanita paruh baya menunggu dengan cemas di depan pintu. Sedangkan Abra duduk di kursi tunggu. Lily menebak jika dua orang yang tak bisa melepaskan pandangan dari ruangan Jaden adalah kedua orang tua cowok itu.
"Gimana keadaannya?" tanya Lily dengan buru-buru.
"Nambah luka lagi, di kaki. Bahkan lebih parah dari sebelumnya."
Lily menggigit bibir. Matanya sedikit berair. "Lo tau nggak siapa pelakunya?" tanyanya untuk memastikan.
Abra menggeleng. Tangannya mengepal erat. "Jaden tadi bilang, ada tiga orang. Pakai topeng. Pas Jaden berhasil nangkep salah satu dari mereka, dia ditusuk lagi di kakinya. Dan mereka berhasil kabur. Pisau yang buat nusuk kakinya sama kayak pisau yang waktu itu. Ada kemungkinan itu Jun. Anak Sutasoma."
"Gue bakal abisin tu anak kalau ketemu. Bila perlu gue bakal balas dendam ke murid Sutasoma yang lainnya. Berani-beraninya dia nyerang Jaden pas dia lagi drop," sambung Abra sembari meninju tembok.
Lily menelan ludahnya kasar. Balas dendam bagi mereka mungkin hal yang wajar. Tapi sikap Abra kali ini benar-benar menakutkan. Cowok yang selalu berlindung di balik Jaden saja bisa semenakutkan ini jika marah. Apalagi pacarnya. Entah harus beryukur atau tidak, Lily tak pernah melihat sisi Jaden yang gelap. Cowok itu selalu menunjukkan sikap yang baik di depannya.
Deon
|Putusin Jaden! Karena gue baik,
gue kasih lo kesempatan
sekali lagi. Sampai besok.|Kalau besok gue belum terima
kabar lo putus, hubungan lo sama
Jaden siap siap terpampang di
menfess Mayapada.Flashback End
Lily tidak bisa mengatakan putus, saat dia bertemu Jaden besok. Kondisi cowok itu bertambah buruk. Lebih buruk saat dia mendapat pesan dari Abra kalau Jaden sempat mengamuk karena dokter menyuruhnya untuk menggunakan kruk.
Gara-gara dia, Jaden tak bisa berjalan dengan baik. Untuk pulih kembali pasti lebih lama dibanding dengan luka tusuk di lengannya. Abra bilang, luka di tangannya agak ringan. Sedangkan, luka kakinya selain mendapat tusukan, sempat tertimpa kursi saat cowok itu berusaha melawan.
Bodoh, mengapa tak berteriak meminta bantuan?! Apa karena cowok itu tak ingin diberi tatapan kasihan?
"Kalau gue minta putus baik-baik, Jaden pasti bakal nanyain kenapa. Dan gue nggak nemu alasan buat mutusin dia. Gue juga nggak bisa bilang sama dia yang sebenarnya, Deon beneran serius sama ucapannya."
Lily memejamkan mata. Satu-satunya cara agar Jaden setuju untuk berpisah adalah dengan cara menyakiti cowok itu. Pertanyaannya adalah apa dia tega?
Tapi ..... dia harus. Demi Jaden dan demi kedamaian antara Mayapada dan Gardacita.
Jarinya mengetik beberapa pesan untuk Deon. Meski dalam hati Lily merasa sakit, Lily harus membuat keputusan.
Gue butuh bantuan lo buat mutusin Jaden besok. [terkirim]
•••
HIYA HIYA, UDAH SIAP
MENTAL BELUM BUAT
PART SELANJUTNYA?!

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [END]
Fiksi Penggemar(YIBO X LISA) Jaden dan Lily saling mencintai. Tetapi Gardacita dan Mayapada saling membenci. Tradisi yang kronologinya masih terkunci itu membuat hubungan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akankah hubungan mereka berdua aman hingga hari k...