Lyra berubah menjadi lebih baik setelah Lily dan Jaden kembali bersama. Sedangkan Deon, dia masih membenci Jaden dengan alasan yang klasik dan sepeleh. Tapi biar saja, yang jelas, hari ini Lily bahagia! Mulai dari try out hingga seleksi masuk perguruan tinggi, sudah dia jalani. Kini waktunya pacaran kembali! Hehe.
Beberapa minggu belakangan, memang Lily mengalami masa-masa sulit. Contohnya diasingkan. Tapi, semuanya membaik karena waktu dan Jaden. Ya, cowok itu membuat petisi yang ditanda tangani anak-anak Mayapada dan Gardacita. Dan hasilnya, mereka berdamai. Tak mudah harusnya. Tapi Jaden adalah orang yang persuasif. Mudah baginya untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata.
"Ngapain lo senyum-senyum, kesambet lo njing?" Lyra meletakkan semangkuk mie instan kuah panas di meja makan.
"Sembarangan lo. Gue diajak makan malam sama keluarga Jaden malam ini. Iri nggak lo?" Lily menyodorkan ruang percakapannya dengan Jaden di depan wajah Lyra dengan wajah mengejek.
"Iya iri. Besok gue rebut Jadennya, mau?"
"Coba aja kalau Jadennya mau. Pelet gue kuat, gue nggak takut." Lily beranjak dari meja makan. Dia berniat memilih baju yang cocok untuk dikenakan nanti malam.
"Sumpah ya, aturan gue rebut beran si Jaden. Capek kuping gue dengerin kebahagiaan lo mulu tiap hari. Panas." Lyra menyumpit mie dengan sedikit emosi. Namun diam-diam dia lega hubungan mereka sudah baik-baik saja. Entah kenapa. Mungkin memang benar. Sejahat-jahatnya manusia, pasti ada sisi baiknya juga. Termasuk Lyra. Apalagi Lily adalah sepupunya.
•••
Malam pun tiba. Di kamar, ada Rara, Viola, dan Kiara membantu Lily berdandan. Mereka benar-benar tidak membantu sebenarnya, malah membuat Lily semakin pusing.
"APAAN, ITU WARNANYA TERANG BANGET KAYAK JAMET MANGKAL DI PEREMPATAN! JANGAN MAU LY!" ujar Rara dengan nada tinggi. Mereka sedang merebutkan warna lip tint yang akan digunakan Lily.
"Daripada lo ya anjing, warna yang lo pilih itu pucet banget kayak mayat idup. Bangsat," balas Viola.
Yang agak sedikit waras cuma Kiara. Cewek itu memilih menata rambut Lily dibanding ikut cek-cok. Sedangkan Lyra menonton pertengkaran mereka diam-diam sambil makan keripik kentang.
"Kalian diem ya, babi. Gue ngundang kalian ke sini buat bantuin dandan. Bukan malah nambah beban pikiran." Lily akhirnya buka suara. Sedangkan Kiara berkata "Mampus" tanpa suara.
Di sisi lain Jaden sedang frustasi. Dia benar-benar tidak bisa marah kepada sang Ayah yang tiba-tiba memintanya kuliah di luar negeri. Berita ini sudah terdengar di telinganya sejak seminggu lalu. Tapi dia belum memberi tahu Lily.
Makan malam hari ini mungkin jadi makan malam terakhir dia dan Lily. Ayah Jaden benar-benar ingin anaknya segera pindah. Sesegera mungkin. Dan beliau menjatuhkan pilihannya tiga hari lagi.
Cowok itu sudah rapih dan siap menjemput Lily. Sebelum pergi, dia menatap kedua orang tuanya yang duduk berjauhan. Kemudian berkata. "Pah, nanti Jaden minta tolong banget ya. Jangan ribut sama Mamah kalau Lily dateng."
"Mamah nggak diingetin, Den?" Zura menatap sedih sang anak. Jaden selalu membela Ayahnya, dan acuh pada Zura. Karena menurutnya itu sudah paling benar.
"Ya, Mama juga."
Senyum terbit di bibir Zura. Walaupun Jaden masib dingin padanya, bisa mendengar kata "Mama" yang meluncur dari bibir cowok itu saja sudah senang. Selalu saja seperti itu.
Setelah berkata demikian, Jaden bergegas pergi ke arah garasi.
•••
"WUHUY, HAVE A GOOD DINNER KALIAN!" teriak Viola, Kiara, dan Rara. Lyra hanya memangku tangan sembari menyenderkan tubuh di pintu.
"Heh, sepupu laknat. Kasih support dong, anjing," Rara menyikut Lyra sampai cewek itu berdecak.
"Ck. Lebay lo semua. Ya udah deh, semoga lancar dinner-nya," ujar Lyra setengah ikhlas.
Lily tertawa, sedangkan Jaden tersenyum simpul mendapat dukungan dari teman-teman Lily. Mereka tidak tahu saja, mungkin setelah pulang nanti mereka akan amarah padanya karena dia akan pergi. Meninggalkan Lily. Ya meski tidak selamanya.
"Duluan ya!"
Jaden menggenggam tangan Lily. Lalu membukakan pintu mobil dengan senyum yang terus terpatri. Lily jadi heran, Jaden bukan type orang yang selalu tersenyum seperti ini. Biasanya dia akan tersenyum jika hanya berdua, benar-benar berdua saja dengan Lily. Seolah benar tak mau menunjukkan senyumnya untuk orang lain. Dan itupun kalau mereka sedang melakukan hal manis.
"Kamu kenapa senyum terus? Lagi seneng?" tanya Lily sembari mengoper pandangan pada kursi kemudi.
Cowok itu menjalankan mobil. Menjauh dari pekarangan rumah kekasihnya. "Seneng. Kan mau makan malem sama kamu."
"Apasih. Orang cuma makan malem kan? Bedanya ini sama keluarga kamu. Lagian kita juga udah ngelakuin yang lebih deh."
Jaden semakin menarik sudut bibirnya ke atas. "Lebih? Contohnya?" Jaden harus menikmati malam ini. Harus. Maka dari itu dia ingin menggoda Lily sampai puas dan melihat kelasihnya malu dan tersenyum sebelum dia menghantarnya pulang nanti.
"Ciuman." Lily keceplosan. Dia langsung memukul bibirnya selepas mengatakan hal tersebut. Jaden malah ketawa. "Ih nggak usah ketawa!" omelnya.
Jaden mengangguk. Mencoba menutup bibir dengan tangan sembari mengusap dagunya kasar. "Kamu nggak gugup gitu? Kan mau ketemu calon mertua."
"Enggak. Ngapain gugup? Apa yang harus aku gugupin? Aku cantik, bukan cuma kata kamu. Tapi emang sempet gugup sih tadi pagi. Tapi udah pede."
Jaden menjatuhkan sebelah tangannya guna mengusap rambut Lily dengan lembut. "Pinter."
Setelah berkendara beberapa menit, mobil Jaden sampai di area pekarangan rumah cowok itu. Sebelum turun, Jaden sempat terdiam cukup lama. Hal itu membuat Lily bingung.
"Den? Kamu kenapa?" Lily menyentuh tangan Jaden yang masih bertengker di stir mobil.
"Hah? Enggak. Nggak papa."
Dari sini lah Lily mulai sadar ada sesuatu yang Jaden sembunyikan. Tapi, Lily tau batasan. Kalau Jaden tak mau bercerita, itu pasti hal sangat privasi. Lily mengerti. Lily tidak mau memaksa. Tapi Lily harap, itu bukan hal buruk.
"Ayo turun. Mamah sama Papah udah nungguin kita pasti."
•••
Lama banget nggak mampir
di sini. Wkwkw. Udah mulai
sibuk hehe. Nanti kapan-kapan
lagi ya. Harusnya gue hiatus
sampe 2022. Tapi tadi ada ide.RAMEIN, AWAS YA!

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [END]
Fanfiction(YIBO X LISA) Jaden dan Lily saling mencintai. Tetapi Gardacita dan Mayapada saling membenci. Tradisi yang kronologinya masih terkunci itu membuat hubungan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akankah hubungan mereka berdua aman hingga hari k...