Jaden bingung. Sejak kejadian semalam, ekhm- mengenai bibir mereka yang tak sengaja bersentuhan, Lily jadi pendiam. Bahkan selalu menghindar saat mereka tak sengaja bertatapan.
Dan ya, Jaden sudah menghantarkan Lily pulang. Percakapan yang terjadi di antara keduanya hanya sebatas pertanyaan yang memang harus diungkapkan. Jaden memijat pelipis. Dia sedang duduk di sofa, memikirkan Lily tentunya.
Tangan cowok itu menyentuh bibir, sembari mengingat kejadian semalam. Kemudian, dia menatap layar ponsel yang kebetulan masih terpampang wajah cantik cewek itu. "Gue bingung, sebenernya lo suka sama siapa sih Ly? Gue atau Deon?"
Lantas, Jaden mengacak rambutnya frustasi. Jakarta, dia mungkin sudah memblokir kontak Lily dari ponselnya, tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Lily selalu ada di sana.
•••
Lily membenamkan wajahnya di bantal. Setelah itu berguling tak beraturan di kasur. "ARGHH, KENAPA GUE JADI BINGUNG SENDIRI SIH." teriaknya pada diri sendiri.
Pasalnya semesta, cewek itu jadi serba salah. Kalau semalam dia malah menikmati ciuman atas dasar ketidak sengajaan itu, Jaden pasti bingung dengan sikapnya. Atau lebih parah lagi, Jaden bisa saja menyebutnya murahan. TIDAK! TIDAK BISA!
Maka dari itu, semalam, sebelum keduanya kebablasan, dia langsung mendorong Jaden dan berlari ke kamar. Setelah itu, memutuskan untuk tidak berbicara dengannya.
"Tapi, sikap gue kesannya malah plin plan nggak sih? Padahalkan gue yang cium pipi dia duluan?"
Lily menggigit bibir. Dia beralih meraih ponsel, niatnya ingin mencari foto Jaden, tapi di sana matanya malah mendapati puluhan panggilan dari Deon.
"Ini orang nggak punya rasa malu apa? Udah ngejadiin gue bahan taruhan, masih berani ngechat gue."
Dengan buru-buru, Lily mengetik beberapa kata. Tujuannya untuk mengakhiri sandiwara murahan ini. Masa bodoh dengan ancaman Deon, Lily sudah muak.
Lily to Deon :
'Jangan hubungin gue lagi. Jauh-jauh lo dari gue, anjing.'•••
"Jaden bangsat!" umpat Deon setelah membaca pesan dari Lily.
Deon membenci Jaden. Sangat. Bukan karena status pemuda itu bersekolah di Gardacita, melainkan karena dulu dia adalah tetangganya. Sedari kecil, orang tuanya tak pernah sayang pada Deon. Tapi Jaden, dia selalu beruntung, dia punya keluarga yang bahagia dan sialnya orang tua Deon selalu membandingkan mereka berdua. Dalam semua hal.
Deon selalu kalah dalam berbagai hal dan itu sangat menyebalkan. Dia akan melalukan apapun untuk merebut hal baik dari Jaden. Apapun.
"Lily, kalau lo minta gue menjauh dari lo, maka semua orang di Mayapada juga bakal ngejauh dari lo." Deon tersenyum iblis, cowok itu sudah merencanakan hal menyenangkan besok. Kita lihat saja nanti.
•••
Pagi ini, upacara bendera. Lily datang agak siang. Karena sepupunya, Lyra berangkat terlebih dahulu tanpa mau menunggu. Setan memang.
Tapi, yang membuat Lily heran, saat dia melangkahkan kaki di koridor, banyak orang menatapnya sambil berbisik.
Biasanya, orang-orang berbisik memujinya cantik, tapi kali ini dia ditatap kurang enak. Jadi, agaknya tak mungkin jika mereka membahas kecantikannya. Belum lagi, saat dia sampai di lapangan, nyaris seluruh penghuni Mayapada mengerubunginya.
"Oh, jadi ini mantannya mantan ketua Jaguar," celetuk salah satu cewek, Nadia. Cewek yang buta akan cinta Deon.
"Maksud lo?" tanya Lily.
Nadia menyodorkan berita sekolah yang sedang hangat tepat di hadapan Lily. Awalnya dia biasa saja, toh dia memang mantan kekasih Jaden. Tapi matanya sedikit melotot tak terima saat melihat tulisan "Lily berselingkuh dari Deon".
"Jadi lo nyelingkuhin Deon dan selingkuhan lo itu mantan lo sendiri, Jaden? Waw. Hebat juga ya lo, dapetnya produk berkualitas terus," sindirnya.
Lily menatap semua orang malas, kemudian menghela napas. "Oke gue jelasin. Gue nggak pernah pacaran sama Deon. Gue cuma pura-pura pacaran, itupun disuruh sama dia. Jadi, gue nggak selingkuh. Dan soal Jaden, ya. Gue mantan pacarnya dia. Mau apa?"
Nadia kesal. Bisa-bisanya Lily menjawab dengan enteng. "Gila lo. Mayapada sama Gardacita itu dari dulu. Dengan lo pacaran sama Jaden, lo ngehianatin kita semua."
"Mayapada sama Gardacita nggak ada hubungannya sama perasaan gue sama Jaden. Misi." Lily hendak pergi, namun tangannya dicekal dan didorong hingga jatuh.
Cewek itu mendesah pelan saat telapak tangannya mencium lantai lapangan yang kasar.
"PENGHIANAT TETAP PENGHIANAT!" Seru salah satu dari mereka.
Lily menatap semua orang yang mengerumuninya sembari meneriaki kata-kata kasar. Yang dia takutkan akhirnya kejadian. Bahkan, tiga sahabatnya itu hanya terdiam tak membela. Lily paham, mereka pasti kecewa karena Lily menyembunyikan cerita besar ini dari mereka.
Dari lantai atas, ada seseorang yang siap menyiram tubuh Lily dengan air bekas pel. Dan Lily tidk tahu itu sampai seseorang datang sebagai payungnya.
Lily mendongak. Kaget sekaligus senang mendapati cowok itu datang. "Jaden?"
Semua orang terdiam. Cacian yang dari tadi lancar dilontar, senyap. Bahkan beberapa orang mulai membubarkan diri karena takut.
"Are you okay?" tanya Jaden yang sudah basah kuyup. Lily pun mengangguk sebagai jawaban.
Jaden menyugar rambutnya yang basah. Kemudian menatap ke atas, cewek yang membawa ember langsung ciut dan berangsur mundur.
Mata Jaden beralih pada Nadia, lalu dia mencongdongkan diri guna meraih jarak, tepat di samping telinga cewek itu.
"Gue nggak mukul cewek, tapi lo bisa jadi pengecualian. Mau?" desis cowok itu.
Mendengar peringatan Jaden, Nadia meremas roknya kuat. Dahinya berkeringat. Setelah itu, Jaden menatap semua orang yang mengitari mereka. Hanya ditatap, tapi dia seolah memberi perintah. Dan hasilnya, satu persatu mereka pergi, hingga tinggal dia dan Lily.
Jaden berjongkok, lalu membelai rambut Lily lembut. Menenangkan cewek itu. Awalnya, dia berpikir untuk memeluk, tapi dirinya saja basah kuyup.
"Maaf ya?" ujar Jaden.
Lily mengerutkan dahi. "Kenapa minta maaf?"
"Maaf udah pernah jadi pacar lo. Harusnya-"
Lily meletakkan telunjuk di bibir cowok itu. Menatapnya teduh lalu mengatakan hal yang seharusnya dia katakan. "Gue nggak pernah nyesel udah jatuh cinta sama lo, Jaden. Malah gue nyesel karena putus sama lo gara-gara takut hubungan kita bakal ketahuan dan gue takut lo kenapa-napa. Jadi terpaksa, gue harus ngikutin rencana Deon. Tapi akhirnya, semua orang tetep tau."
Jaden tersenyum. Cowok itu akhirnya bisa bernapas lega. Kecurigaannya ternyata benar, Deon dalang dari semua ini. Jemari Jaden mengusap pipi Lily lembut. Lalu turun ke tengkuk cewek itu dan menariknya pelan agar wajah mereka semakin dekat.
Jaden bersumpah, jika ini bukan sekolah, dia sudah mencium gemas cewek ini.
"Gue juga nyesel putus sama lo. Jadi, mau jadi pacar gue lagi?"
•••
SORRY GUYS, BARU
BISA UP SEKARANG.
BETEWE ANJIR,
MV LISA KECE PARAH.
😭😭😭😭😭😭

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET [END]
Fanfiction(YIBO X LISA) Jaden dan Lily saling mencintai. Tetapi Gardacita dan Mayapada saling membenci. Tradisi yang kronologinya masih terkunci itu membuat hubungan mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akankah hubungan mereka berdua aman hingga hari k...