O6, KERJASAMA?

1.4K 317 9
                                    

Jaden tak bisa dia kalahkan, kini Lily malah didekati Zidan. Dua hal itu membuat Deon uring-uringan. Beberapa anak Denostra bahkan tak berani mendekati cowok itu sekarang.

Lyra bersidekap tangan. Merasa kasihan dengan Deon yang masih butuh pelampiasan. Cewek itu awalnya berniat memanfaatkan dan mengancam Lily dengan rahasia yang Lyra genggam. Tapi sepertinya, menyebar rahasia itu jauh lebih menyenangkan.

"Heh, Deon oon!" panggilnya masih dengan posisi tadi, lalu bersender ke dinding dengan nyaman.

"Apa lo bilang?"

Melihat mata Deon yang mendelik tajam, cewek itu menelan ludah kasar. "G-gue di sini nggak mau nyari ribut kok. Gue di sini mau nawarin kerjasama. Sama-sama untung."

"Lo..... siapa?"

Lyra ternganga, tak percaya. Apa cowok ini mempunyai ingatan jangka pendek? Belum ada satu bulan mereka bertemu, masa dia lupa. "Lo lupa sama gue?! Gue sepupunya Lily. Lyra, yang waktu itu ngasih tau lo kalau Lily punya pacar."

Ingatan Deon berputar pada beberapa minggu lalu. Dirasa sudah paham, dia mengangguk. "Sorry sorry, gue lupa. Kerjasama..... kayak gimana?"

Cewek itu berdehem. Kemudian menarik diri lebih dekat. "Lo percaya kalau Lily punya pacar?"

"Enggak. Dia sendiri kan yang bilang kalau nggak punya. Cuman temen," jawabnya cepat.

Lyra memutar bola matanya malas. "Ya ampun Deon, lo percaya? Dia itu backstreet. Karena cintanya emang terlarang."

"Terlarang?"

"Iya, terlarang oleh Mayapada dan Gardacita. Kasihan ya?" Lyra memasang ekspresi sedih. Padahal dalam hati sudah bersorak riang.

"Tunggu— siapa yang lo maksud?"

"Gue yakin lo tau betul siapa yang gue maksud."

"Jaden?" sahutnya sedikit ragu.

Lyra mengangguk, tangannya terulur untuk menepuk punggung cowok itu dengan pelan. "Lo yang sabar ya."

"Nggak mungkin. Nggak usah ngaco."

"Butuh bukti?"

Lyra merogoh ponselnya di saku. Menunjukkan foto Jaden dan Lily di malam itu. Saat hujan di ruko yang sudah tutup, dengan Jaden yang memeluk Lily dari belakang.

Wajah Deon berangsur memerah. Marah. Bagaimana mungkin dia kalah langkah?

Lyra lekas menghindar saat ponselnya hendak diraih Deon. "Ettt, sabar. Gue nggak mau ya hp gue lecet. Kalau lo mau, Lily bisa jadi milik lo kok. Asal lo ngikutin instruksi gue."

"Lo mau misahin mereka?" tanyanya. Deon memang bukan cowok baik. Tapi rasanya aneh saja ketika Lyra terlihat ingin membantunya. Bukankah seharusnya Lyra berpihak pada Lily?

"Simpel, lo mau Lily, gue mau Jaden."

•••

Lily mengabaikan pesan Zidan. Cowok itu benar-benar ingin mendapatkan perhatiannya. Semua sosial media milik Lily diikuti, tanpa terkecuali. Membuatnya merasa tak nyaman. Apalagi, cewek itu sedang menunggu kabar dari sang pacar yang sudah menghilang seharian.

"Ngeri banget si Zidan pdktnya Ly. Sampai tiap jam ngechat gini. Ganteng doang, kagak tau privasi orang," celetuk Viola yang hari ini berniat menginap di rumahnya.

Seharusnya Rara dan Kiara juga. Tapi keduanya mengaku sibuk dengan urusan keluarga. Jadi, hanya mereka berdua. Ya sudah, tidak apa-apa.

"Gue blokir aja kali ya?"

Viola mengangguk setuju. "Lagian lo tuh ngapain ngasih nomor lo ke cowok yang baru dikenal? Biasanya kan nggak pernah, mau ganteng atau enggak, lo selalu nolak."

"—gue kira lo tertarik sama Zidan," sambungnya.

Lily yang baru saja selesai memblokir nomor Zidan langsung melempar tatapan sangar. "DIH, ENGGAK!"

"Ya santuy aja kali neng. Lagian kalau lo suka juga nggak papa. Ganteng, tapi ya liat sikapnya ilfil juga," Viola meringis mengingat puluhan pesan yang Zidan kirimkan. Namun semuanya Lily abaikan.

"Bukan type gue," ujarnya seraya mendudukkan badan di sofa. Sedangkan tangannya bergerak mencari makanan ringan di meja.

"Emang type lo yang kek gimana dah?"

Lily memasang gaya berpikir sebentar. Sebetulnya dia ingin tau bagaimana reaksi Viola jika ia mengutip nama ketua Jaguar. "Yang— kayak Jaden?" jawabnya iseng.

"HAH?"

Mendapat teriakan dari Viola membuat niat Lily yang tadinya ingin mengaku tentang hubungannya dengan Jaden melebur entah kemana. "Apa? Gue kan cuma bilang type."

"Ya jangan. Nggak usah lirik-lirik. Nanti kalau lo suka sama dia berabeh. Apalagi kan dia ganteng. Inget, yang suka sama lo itu orang-orang anti Gardacita semua. Kayak Kak Bayu sama Deon contohnya."

"Tapi semuanya udah gue tolak, gue nggak ada urusan sama mereka."

"Nggak tau ah Ly, males gue sama lo. Udah pokoknya jangan deh. Nanti makin ribet urusan Mayapada sama Gerdacita. Serem," peringat Viola. Cewek itu memulai ritual sebelum tidurnya, memakai skincare. Masker misalnya.

"Gue nggak naksir. Gue cuman bilang type gue kayak dia."

"Kayak lo tau sifat si Jaden aja. Nih gue kasih tau ya. Yang gue liat, Jaden itu kasar, suka berantem, cuek, suka bolos—"

"Elo tuh sok tau. Yang lo liat itu cuma sisi buruknya doang. Baiknya mana coba?" potong Lily, kesal.

Jaden tidak kasar, cowok itu selalu sabar. Setidaknya itu faktanya. Viola mungkin sering memperhatikan tawuran dan perkelahian antara Mayapada dan Gardacita. Jadi, cewek itu dapat dengan mudah menarik kesimpulan.

"Sisi baiknya dia ganteng, apalagi kalau udah naik ducati. Ganteng banget. Gue juga pernah ga sengaja denger suaranya, telepon-able banget anjir."

"Dih, malah ngefangirl lo sekarang," Lily melempar bantal sofa, tepat mengenai wajah Viola yang sudah terlapis masker setengah.

"LILY, MASKER GUE RUSAK ANJIR!"

Lily terpingkal mendengar teriakan Viola yang menggelegar. Membuat Viola dengan gencar membalas melempar.

Keduanya saling berperang bantal. Viola melupakan masker wajahnya yang setengah hilang. Bunyi pesan masuk membuat Lily mengambil ponselnya cepat.

Deon

Foto
|Nggak nyangka Ly.
|Ternyata lo nolak gue,
karena ini? Jaden?
|Kira-kira kalau disebar ke
grup angkatan bakal seru nih.

Lily nyaris menjatuhkan ponselnya melihat pesan Deon. Viola yang hendak membenarkan masker wajahnya khawatir sekaligus penasaran mengapa wajah cewek itu berubah kaget.

"Kenapa Ly?"

"A-a i-itu, n-nggak papa."

•••

Visual yang cocok buat
Lyra tu siapa ya? 🤔

BACKSTREET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang