O3, SEPUPU

2.3K 398 19
                                    

Lily memandangi langit-langit kamarnya sembari memegang bibir, selepas adegan yang nyaris membuat jantungnya meledak, dia mengusir Jaden dari rumahnya. Bahkan, pesan yang cowok itu kirimkan hanya dia baca. Entahlah, merasa malu saja kalau harus mengingatnya.

"AAAAAA NGGAK BISA TIDUR," teriak Lily. Kini, cewek itu berganti menutupi wajahnya dengan bantal beserta kaki yang menendang udara ke sana ke mari.

TING TONG

Bunyi bel rumahnya sukses membuat Lily bangkit dari ketidak jelasan ini. Dia menuruni tangga dengan buru-buru. Sudah semalam ini, orang kurang ajar mana yang bertamu? Dengan sedikit gerutu, Lily membuka pintu.

Cklek.

"Hi, my cousin!"

•••

Lily menatap sepupunya tak suka. Dulu, saat Lyra memutuskan untuk tidak lagi tinggal di rumahnya, hatinya berbunga-bunga. Karena tidak akan ada lagi yang merebut yang seharusnya jadi miliknya.

"Pagi, Ly."

"Lo kenapa ke sini?" pertanyaan yang harusnya dilontar tadi malam akhirnya mengalun di meja makan.

"Gue bakal tinggal bareng lo, mulai sekarang. Kayak waktu dulu."

Jawaban dari Lyra membuat Lily membanting garpu dengan pelan di meja. Selera makannya menguap tiba-tiba.

"Maksud lo?"

"Gue cuma memenuhi undangan dari nyokap lo kok. Dia bilang, gue harus jagain lo," balasnya dengan senyum rekayasa, membuat Lily muak ingin menampol wajahnya.

"Gue bisa jaga diri gue sendiri."

Setelah berkata demikian, Lily meninggalkan meja makan. Sedangkan Lyra masih memasang senyuman. Raut wajahnya menyiratkan rasa tak sabaran akan suatu kejadian.

Bel pintu berbunyi. Lyra membukanya dengan gurat merah di pipi. Yang pertama kali cewek itu lihat setelah pintu terbuka adalah cowok tampan dengan tubuh tinggi.

"Lily," Jaden menginterupsi saat cewek di hadapannya sibuk memandangi tanpa mau menanyai.

"A-ah, lo nyari Lily?" tanya Lyra yang hanya dijawab dengan anggukan.

"Masuk dulu aja," ujarnya seraya mempersilakan.

Jaden mengerutkan dahi saat cewek itu turut duduk di sofa tanpa berniat memanggil seseorang yang jadi tujuan utama dia kemari. Tentu saja, Lily.

"Mau minum apa?"

"Gue mau ketemu Lily, bukan mau minum."

Lyra tertawa, lalu menyelipkan rambutnya kebelakang telinga guna menarik perhatian cowok di sampingnya. "Iya tau, tapi kan yang namanya tamu harus ditawarin minum dong. Btw, gue sepupunya Lily, Lyra."

Diabaikan. Jaden justru mengambil ponsel untuk mengirimkan pesan. Namun Lyra masih terus mencoba memulai percakapan.

"Lo temennya—"

"Pacar."

Lyra merengut, rasa iri seakan menyulut. Sepertinya dia akan menambahkan Jaden dalam daftar milik Lily yang perlu dia rebut.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki dari tangga. Raut wajah Lily yang tampak sedikit murka, membuat Jaden menanam tanya dalam benaknya.

"Kenapa koper lo ada di kamar gue?" Lily mencoba tidak meledakkan emosi. Selain masih pagi, ada Jaden di sini.

"Oh iya, gue lupa. Gue nggak bisa tidur di kamar pojok. Serem Ly, jadi lo nggak masalah kan kalau kita tukar kamar?"

Lily menarik satu sudut bibirnya ke atas. "Jangan mimpi. Sekali lagi gue liat lo berani masuk kamar gue, jangan kaget kalau baju-baju lo ada di tempat sampah. Btw, kalau lo nyari koper lo, ada di luar. Soalnya tadi gue nggak sengaja ngejatuhin dari balkon."

Melihat wajah Lyra yang memerah karena marah, Lily tersenyum sumringah. Kemudian tatapannya beralih pada Jaden, tangannya merentang meminta pelukan. Sementara cowok itu dengan senang hati menyambut.

"Mau makan bubur ayam."

Jaden tersenyum, mengusap kepala Lily lembut sebelum menautkan kedua tangan mereka dan membalas. "Ayo."

Setelah itu, mereka melenggang pergi menyisakan Lyra yang dirubung emosi.

"LILY!!!"

•••

Setelah sepasang kekasih itu makan bubur ayam, sebenarnya Lily ingin jalan-jalan sampai malam. Tapi Jaden, cowok itu baru saja mendapat panggilan dari Galuh untuk segera ke basecamp.

"Nggak papa kok, jalannya kapan-kapan aja. Kasian temen-temen kamu udah nungguin," ucapnya seraya naik ducati merah milik Jaden. Lalu melingkarkan tangannya di perut cowok itu dengan erat.

Ducati itu melaju pelan. Setelah akhir pekan mungkin mereka akan disibukan dengan berbagai ujian semesteran. Saat itu, pasti akan susah untuk mengatur kencan. Harus menunggu sampai bulan depan, waktu liburan. Sudah dapat dipastikan Jaden hanya bisa melihat Lily dari kejauhan.

Mata Jaden menyipit saat melihat sebuah mobil yang tak asing di penglihatannya terparkir di halaman Lily. Membuat cewek yang sedang asik menikmati aroma dari punggung sang pacar menjauh dengan berat hati.

"Kenapa berhenti di sini?"

"Ada Deon."

Mendengar nama Deon disebutkan, Lily segera turun sebelum memberikan balasan. "Untung kamu peka."

"Aku pulang."

"Iya, hati-hati di jalan."

Selesai memberikan lambaian tangan, Lily berpikir sebentar untuk mengarang percakapan. Barulah dia berani meraup langkah tak beraturan.

Di dalam sana, Deon dan Lyra sudah banyak bercengkrama. Awalnya Lyra berusaha mengorek informasi mengenai Jaden lewat cowok itu, tapi siapa sangka kalau cowok itu malah mengaku menjadi calon pacar Lily.

"Aneh, lo bilang kalau lo calon pacarnya Lily, tapi kan dia udah punya pacar."

Barulah sehabis pernyataan itu dikemukakan, giliran Deon yang melontar pertanyaan dengan raut tak sabaran. "Lily udah punya pacar?"

"Iya."

"Seriusan lo? Sama gue ganteng mana?"

"Ganteng dia lah!"

"Namanya?"

Lyra mengangkat bahu. "Nggak tau. Gue baru pertama kali liat, tuh cowok diajak kenalan juga dingin banget. Giliran sama Lily aja langsung anget. Terus tinggi, suaranya berat gitu. Ah iya, satu lagi, pake ducati. Idaman banget pokoknya!"

Sembari berpikir, Deon menggeleng kuat. Entah kenapa dari semua yang dicirikan Lyra, bayangan yang muncul dalam benaknya adalah ketua Jaguar. Jaden Avandra.

Jauh sebelumnya, Deon sempat menaruh curiga saat Lily memposting punggung yang entah milik siapa. Porsi tubuh cowok yang pernah tangannya Lily genggam selalu cocok dengan milik Jaden. Meski Deon menaruh benci, dia selalu mengawasi gerak-gerik aneh cowok itu belakangan ini. Mulai dari datang pagi hanya untuk melintasi gerbang Mayapada dan sering menghilang sepulang sekolah.

Lily membuka pintu. Tanpa ragu, Deon bersegera bangkit dan menyeru. "Ly, sejak kapan lo punya pacar?"

"Hah?"

•••

Hayoloh.

BACKSTREET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang