Four Seasons - 11

2.2K 348 23
                                    

Hinata mengerjapkan matanya beberapa kali hingga kesadarannya kembali. Dihadapannya, ia tidak menemukan Naruto —kekasihnya, tetapi ia menemukan sahabat dari kekasihnya —Sasuke. Ia tidak berharap banyak pada Naruto. Ia tahu, pria itu menyukai gadis musim semi, namun bertepuk sebelah tangan. Oh, come on, siapa yang tidak menyadari perasaan Naruto? Bahkan seantero sekolah hingga Tsunade-sensei pun tahu perasaan pria itu terhadap gadis musim semi. Sungguh, ia sudah tak berharap apapun pada Naruto. Cukup hanya dengan pria itu tetap disisinya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke dengan raut wajah yang cemas.

Hinata menarik kedua sudut bibirnya, "Mm. Aku baik-baik saja," Hinata mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Ia mengenali ruangan itu, karena ia terkadang menjadi siswi yang berjaga, tepatnya di ruang kesehatan, "Siapa yang membawaku kemari?"

"Arima-sensei," jawab Sasuke singkat. Ia bahkan menyembunyikan kenyataan bahwa ia yang membawa Hinata ke ruang kesehatan dengan tergesa. Tsunade-sensei segera memeriksa kondisi Hinata, dan mengatakan bahwa Hinata melakukan aktivitas dengan perut yang kosong. Itulah penyebab Hinata pingsan.

"Kau sudah gila? Menghadiri upacara kelulusan dengan perut yang kosong?" ucap Sasuke sedikit kesal karena gadis itu tidak memperhatikan kesehatannya. Ia melihat Hinata hanya diam memperhatikannya, ia pun menghela nafasnya pelan, merasa bahwa ia keterlaluan karena berbicara sedikit keras pada gadis sakit di hadapannya.

Sasuke memberikan roti sandwich dan susu strawberry kepada Hinata, "Aku tidak tahu apa yang kau suka. Hanya itu yang bisa kutemukan di kantin. Makan, dan jangan menyusahkan teman kelas seperti itu," ucapannya terlihat ketus, tetapi Hinata menyadari ketulusan dari setiap kata yang Sasuke ucapkan, "Teman-teman akan menunggu. Jangan terlalu lama, karena mereka akan melakukan sesi pemotretan di kelas," Sasuke menggeser kursinya dan hendak beranjak.

Sasuke menghentikan langkahnya ketika Hinata mengucapkan, "Terima kasih," yang tanpa Hinata sadari, Sasuke tersenyum mendengarnya. Ia melanjutkan kembali langkahnya meninggalkan Hinata.

Sasuke melangkah cepat. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menghubungi dial yang langsung menyambungkannya dengan Naruto. Ia tahu tindakannya adalah sebuah kesia-siaan, karena setelah Hinata pingsan, ia terus menghubungi Naruto dan tidak ada jawaban. Panggilan itu terus masuk ke mail box. Bahkan ia menghubungi Sakura dan sama seperti ia menghubungi Naruto, tidak mendapatkan jawaban.

"Brengsek! Kemana mereka?" Sasuke memilih menyerah dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

Saat Sasuke memasuki kelas, yang pertama menyambutnya adalah Tenten, "Bagaimana keadaan Hinata?" wajah seisi kelas menunjukkan kekhawatiran. Mengingat saat Hinata di kelas biasa, ia menjadi bahan bully. Di tahun akhirnya ini, ia tidak terlalu banyak berinteraksi. Mereka menjadi dekat ketika festival kebudayaan. Beberapa siswa masih segan untuk dekat dengan Hinata. Tidak heran jika Hinata banyak menyendiri. Sesekali berbicara pada Sasuke, Tenten atau Shikamaru.

"Dia baik," ucap Sasuke singkat namun terdengar helaan nafas lega dari bibir Tenten, "Apa Naruto kemari?"

Tenten menjawab dengan gelengan kepala. Ia tidak melihat Naruto maupun Sakura. Biasanya mereka berdua akan ribut ke kelasnya dan menghampiri Sasuke dengan sangat berisik.

Shikamaru yang baru saja kembali sehabis mengambil kekurangan confetti menjawab, "Naruto dan Sakura berada di belakang gedung sekolah,"

Sasuke mengerutkan keningnya, "Apa yang sedang mereka lakukan?"

Karena sepengetahuannya, lokasi di belakang gedung sekolah adalah lokasi sepi. Beberapa siswa siswi terkadang memadu kasih disana. Lalu, untuk apa Naruto dan Sakura berada di belakang gedung sekolah, sedangkan mereka hanyalah berteman?

Four Seasons of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang