Four Seasons - 22

2.6K 442 67
                                    

Kelopak mata Hinata perlahan terbuka. Retinanya membiasakan diri dengan cahaya yang menyilaukan pandangannya. Hal yang pertama ia lihat ada Sasuke yang menatapnya khawatir. Dokter memeriksakan dirinya yang masih terkulai lemah. Dokter mengatakan, jika keadaan Hinata sudah stabil. Tiga sampai lima hari, bila keadaan Hinata terus mengalami kemajuan, maka Hinata diperbolehkan untuk pulang dan rawat jalan.

"Apa yang terjadi?" tanya Hinata dengan suara lemahnya.

Sasuke mengusap punggung tangan Hinata, "Kau mengalami kecelakaan,"

Ah, ia mengingatnya. Detik-detik rem mobilnya tidak berfungsi. Untuk mengurangi dampak, ia membanting setirnya menabrak sebuah pohon dan tepat membentur dirinya. Hinata memegang kepalanya karena denyutan ketika mengingat reka ulang.

Sasuke yang menyadari hal itu, kembali menatap Hinata dengan khawatir, "Kau baik-baik saja?"

"Mm. Hanya sedikit sakit,"

Sasuke mengusap kepala Hinata. Satu tangannya ia bawa untuk menarik selimut hingga batas dada Hinata, "Tidurlah. Kau butuh istirahat," Hinata mengangguk menuruti perkataan Sasuke. Tubuhnya masih lemah, ia merasa trauma jika harus membawa mobil sendiri. Tak lama, kesadarannya pun menghilang. Ia jatuh ke alam mimpi dengan sangat cepat.

Sasuke berhenti mengusap punggung tangan Hinata. Wajah gadisnya masih terlihat pucat. Tetapi ia bersyukur, Hinata tidak memerlukan waktu yang lama untuk siuman. Ia sempat khawatir jika Hinata tak kunjung sadar.

Sasuke mengecup kening Hinata. Ia melangkah menjauh dari Hinata yang tertidur pulas. Ia membuka pintu rawat inap dengan sangat pelan agar tak mengganggu tidur Hinata. Ia melihat kedua bodyguardnya selalu siaga di depan kamar inap Hinata. Karena apa? Saat ini Hinata berada dalam bahaya. Jika ia sedikit saja lengah, Sasuke tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Hinata. Sudah cukup kebodohannya untuk membiarkan Hinata mengendarai mobilnya sendiri. Ia tak ingin mengulangi kesalahannya. Maka dari itu, ia meminta Kakashi untuk mencarikan supir profesional yang mengutamakan keselamatan.

Ponselnya bergetar sejak Hinata sadar. Ia sengaja tak menjawab panggilan itu, karena Sasuke ingin menemani Hinata. Ia mengangkat panggilan ketika melihat nama pemanggil dari layar ponselnya, "Saya sudah menemukannya. Pelakunya memang lebih dari satu orang, Sasuke. Aku bisa melacaknya. Hanya saja, kau harus ingat. Aku tak pandai berkelahi dan menyekap orang,"

Sasuke mengela nafasnya, "Biarkan Pein dan Suigetsu yang melakukannya. Kau hanya perlu memberi tahu lokasinya,"

"Baiklah. Ah, dan mengenai nomor ponsel itu, kode panggilannya berasal dari Korea Selatan," Sasuke menyimak segala hal yang dikatakan Shikamaru. Karena yang disampaikan pria berkuncir satu itu adalah titik terang ia menemukan dalangnya, "Kau tahu, siapa yang berada di Korea Selatan? Apakah kerabat Naruto atau Sakura berada disana?"

"Setahuku, tidak a—" Sasuke mengingatnya. Jelas sekali Naruto pernah mengatakan, jika sepupunya berada di Korea Selatan sedang mengikuti training menjadi seorang idol, "Uzumaki Karin," nama itu terlintas di fikiran Sasuke.

"Uzumaki?"

"Kerabat Naruto," ia bersyukur daya ingatnya kuat.

"Hmm. Kurasa Naruto ingin menghapus jejak digitalnya. Memanfaatkan kerabatnya. Aku akan mencaritahu lebih lanjut,"

Sasuke berdiri menghadap jendela besar yang berada di ujung lorong rumah sakit. Ia menatap gemerlap kota Tokyo, "Tidak perlu. Jika kau ingin menangkap induk tikus, lebih baik kau menangkap anaknya terlebih dahulu,"

Suara kekehan Shikamaru terdengar, "Seperti itu lebih baik. Aku akan menghubungi Pein dan Suigetsu segera. Ah, dan mengenai tanah Hyuuga Hizashi, dua hari lagi kau akan mendapatkan kabar baik,"

Four Seasons of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang