Four Seasons - 5

3.8K 493 14
                                    

Seperti semalam tidak terjadi apapun, Hinata memulai harinya dengan fikiran yang lebih tenang. Ia tahu bahwa semalam ia telah lepas kendali. Hinata meminta maaf pada Nenek Chiyo karena sudah merepotkannya. Hinata bahkan memasuki kamarnya, yang hampir sudah kembali seperti semula. Para maid yang berada di kediamannya sibuk mencari benda-benda yang sudah di hancurkan Hinata di toko barang antik. Seperti cermin rias milik Hinata, itu adalah barang antik yang nilainya tidak murah. Sulit untuk dicari. Mungkin hanya lima buah yang di produksi dan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Banyak yang menirukan cermin tersebut, namun tidak dapat menghilangkan ke-orisinalan dari karya sang pengukir bingkai cermin.

"Katakan pada Hana, tidak perlu mencari yang sama seperti milikku. Cukup mencari yang sesuai dengan kamarku," Hinata memakan sup hangat buatan Nenek Chiyo dan berbicara pada nenek Chiyo yang menyantap makanan bersama Hinata.

Senyum teduh yang ditampilkan nenek Chiyo membuatnya merasa bersalah, "Akan saya sampaikan. Dan Nona Muda, sangat tidak sopan berbicara ketika anda sedang makan,"

Hinata menegak tandas minumannya dan mendengus singkat. Peraturan keluarganya memang ketat. Hyuuga menjunjung tinggi kesopanan, "Nenek tidak perlu menungguku. Aku akan pulang telat hari ini," Hinata mengambil tas kecilnya dan mengalihkan topik tentang kesopanan yang membosankan —menurutnya, "Terima kasih atas makanannya. Seperti biasa, buatan nenek adalah yang terbaik," Hinata tersenyum sesaat lalu pergi meninggalkan nenek Chiyo.

🥀 ÷ Four Seasons of Love ÷ 🥀

Kini penyesalan Hinata bertambah. Ia merasakan kakinya berdenyut karena luka gores karena percahan cermin yang berserakan di kamarnya semalam. Ditambah, ia harus mengenakan heels hari ini. Ia harus tampil sempurna agar tidak satu orangpun yang melihat celah kelemahannya walau setitik saja. Wajahnya ia angkat angkuh melewati para karyawan yang menunduk untuk menghormatinya. Sekretarisnya —Tenten, mengikuti langkah Hinata yang tegas, namun tak terkesan tergesa.

"Hari ini anda harus menghadiri rapat kepala pimpinan Kim dari Korea Selatan pukul delapan pagi. Mereka ingin bekerja sama dengan perusahaan, untuk membuat cabang di Korea Selatan dan menanamkan 25% saham di perusahaan anda. Pukul dua siang, anda harus menemui Yamanaka untuk membahas mengenai dekorasi ruang ballroom untuk perayaan ulang tahun paman anda," seperti itulah Tenten bermonolog dengan langkah kaki yang harus menyamai langkah Hinata.

"Hn,"

"Dan.. Tuan Neji sudah berada di dalam ruangan anda," Tenten kembali berbicara. Langkah Hinata berhenti, berbalik menatap Tenten. Wanita bersurai cokelat itu ikut menghentikan langkahnya.

Hinata nengerutkan keningnya, "Neji?" Tenten mengangguk. Sedangkah Hinata mendengus. Jelas sekali ini perbuatan Nenek Chiyo. Wanita berumur yang sudah memiliki banyak kerutan di wajahnya itu, pasti memberitahu kondisinya pada kakak sepupunya.

Selalu seperti itu.

"Baiklah. Berikan aku waktu lima belas menit sebelum memulai tugas pertamaku," Tenten menunduk patuh sebelum pergi dari pandangan Hinata.

Hinata memegang daun pintu ruangannya, mendorongnya, dan pintu terbuka menampakkan Neji yang sedang duduk di sofa sembari menghirup aroma teh yang telah disajikan oleh officeboy perusahaam Hyuuga, "Earl Grey?"

Hinata melangkah, meletakkan tas tangannya di atas meja kerja, "Teh yang hanya disediakan untuk tamu spesial memang harus berkualitas tinggi," Neji terkekeh pelan mendengar penuturan Hinata, "Ada keperluan apa yang membawa Neji-nii datang kemari?" Hinata beralih duduk berhadapan dengan Neji yang hanya terpisahkan karena sebuah meja panjang dengan ukiran berkelas.

Four Seasons of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang