Four Seasons - 26

2.8K 442 35
                                    

Malam itu menjadi malam pertama untuk mereka menghabiskan waktu bersama sebagai suami isteri. Bohong jika Hinata tak gugup. Ia duduk di pinggir ranjangnya, menunggu Sasuke yang sedang membersihkan dirinya di kamar mandi. Ia meneguk salivanya sulit. Kakinya tak bisa tenang, terus menghentak pelan.

'Apakah ia akan melakukannya malam ini?'

'Tetapi tanganku belum sembuh,' batin Hinata terus beradu argumen. Hinata menggigit bibir bawahnya. Ia semakin gugup.

Tubuhnya menegang ketika mendengar suara pintu yang terbuka, "Kau tidak tidur, Hinata?"

Tanpa menoleh, Hinata menundukkan wajahnya, "A-Aku menunggumu,"

Sasuke mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Hinata berbicara terbata seperti ini. Ia mendekati Hinata dengan handuk yang berada di kepalanya, "Kau baik-baik saja?"

Nafas Hinata tercekat. Ia mencium aroma sabun yang menguar dari tubuh Sasuke, "I-Itu.." Hinata memberanikan dirinya menatap Sasuke. Sekuat apapun dirinya sebagai wanita, ia pun mempunyai rasa gugup ketika menjadi pengantin baru. Ketika ia memandang Sasuke, jantungnya semakin bertalu, hingga ia kembali menunduk membuat Sasuke mengernyit, "A-Apa kita akan melakukannya malam ini?"

Sasuke tersenyum menyadari hal itu yang mengganggu Hinata. Ia mengulurkan tangannya, menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Hinata, "Tidak malam ini. Kau lelah, begitupun aku. Terlebih, tanganmu masih harus check up teratur," ia menangkup wajah mungil Hinata, membuat wajah Hinata tepat berhadapan dengan wajah Sasuke, "Aku tidak akan memaksamu. Jika kau belum siap, aku tak akan menyentuhmu. Pernikahan ini milik kita. Aku akan melakukan itu sesuai izinmu,"

Hinata tersenyum. Ia bisa bernafas dengan lega. Ia mengusap rahang Sasuke, "Terima kasih,"

Sasuke mengangkat satu alisnya, "Untuk?"

"Memahami diriku,"

Sasuke menarik tubuh Hinata pelan, membawanya ke dalam pelukannya. Ia menghirup aroma tubuh Hinata. Ia pun tersenyum merasakan Hinata yang membalas pelukannya, "Tidurlah," Sasuke melerai pelukannya. Ia mengusap pipi gembil isterinya dan mengecup singkat kening Hinata, "Kita akan bertemu Shikamaru besok. Membicarakan tentang rumah dan tanah milik Paman Hizashi," pria itu beranjak hendak meninggalkan Hinata sendiri, tetapi gadis itu menahan ujung kaos milik Sasuke.

"Kau juga harus tidur,"

Sasuke menghela nafas pelan. Ia menarik kedua sudut bibirnya menciptakan sebuah senyuman. Ia yang hendak ke ruang kerja, mengurungkan niatnya. Ia mendorong pelan tubuh Hinata untuk berbaring. Menarik selimut hingga sebatas dada Hinata. Lalu melangkahkan kakinya menuju sisi ranjang kosong disamping Hinata dan membaringkan tubuhnya. Mata bulan Hinata tak lepas dari sosok Sasuke. Ia melihat setiap gerakan kecil dari Sasuke.

Mereka memiringkan tubuhnya, saling menatap. Manik bulannya bertemu dengan mata kelam yang entah sejak kapan menjadi kesukaannya ketika menatap Sasuke. Pria itu tersenyum merentangkan tangannya, "Wanna hug?" Hinata tersenyum. Ia mendekat dan memeluk tubuh Sasuke. Ia merasakan sebuah kenyamanan dalam pelukan Sasuke. Rasa aman dan nyaman yang tidak ia dapatkan dari Naruto dahulu.

Yeah, ketika ia memeluk tubuh Naruto, ia hanya merasakan khawatir dan gundah. Bukan tanpa sebab, tubuh Naruto memiliki aroma parfum yang sama dengan Haruno. Membuat ia ingin terus menangis ketika berada dalam pelukan Naruto.

Sedangkan di pelukan Sasuke, samar ia mencium aroma wood and musk yang biasa ia hirup ketika pria itu berada tak jauh darinya. Aroma khas miliki Sasuke. Aroma yang meninggalkan ketenangan dan selalu ia rindukan. Aroma yang tanpa sadar membuatnya jatuh dalam mimpi indah.



Pagi hari, Hinata sudah bersiap untuk berangkat menuju Hyuuga Company. Ia harus mendatangi rapat penting hari itu. Cuti menikah tidak ada dalam kamus seorang pengusaha. Ia terus bekerja jika perusahaan membutuhkannya tanpa mengenal waktu, "Aku akan menemanimu," Sasuke berkata dengan mengesap kopi hitamnya.

Four Seasons of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang