Four Seasons - 27

2.6K 429 38
                                    

Sasuke dan Hinata berada di cafe Bon Appetit. Karena cafe itu memiliki private area, yang lebih memungkinkan mereka berbicara dengan Shikamaru secara leluasa dibanding ruang kerja Hinata di Hyuuga Company. Lagipula, ini sudah masuk waktu makan siang, dan Sasuke tak ingin isterinya ini kelaparan karena pembicaraan panjang dengan pria Nara tersebut.

Hinata menyuapkan apple pie-nya ke dalam mulut. Indera penyecapnya bekerja dengan sangat baik. Bahan baku pie di cafe itu memanglah terbaik. Rasa pie menguar dan memanjakan lidah Hinata. Sehingga tanpa sadar Hinata menyerukannya.

"Sangat enak,"

Sasuke tersenyum setelah menyesap kopi hitamnya, "Benarkah? Sai yang memberitahu tentang cafe ini," Hinata menyodorkan satu suapan pada Sasuke. Awalnya pria itu hanya menaikkan satu alisnya menatap Hinata. Ia tidak begitu suka dengan sesuatu yang terlalu manis. Ia tahu, ia tak bisa menolak tatapan memohon dari Hinata. Ia menerima suapan itu dan matanya melebar.

Melihat reaksi Sasuke, Hinata tersenyum senang, "Bagaimana?"

Sasuke mengusap sudut bibirnya dengan selembar kain, "Tidak buruk,"

Hinata mencibir reaksi Sasuke yang begitu datar, "Kau tidak bisa menikmati hidup,"

Sasuke mendekatkan dirinya pada Hinata, ia membawa kepalanya bersandar di kepala Hinata, "Aku bisa. Tentu saja denganmu,"

Melihat wajah Hinata yang bersemu, membuat Sasuke menarik kedua sudut bibirnya. Ia menyukai Hinata yang mulai melembut, tidak seperti pertama kali ia melihat kedatangan Hinata di dunia bisnis. Wanita itu terlihat dingin dan tak tersentuh. Jika Hinata sudah menampilkan banyak ekspresi, bukankah itu berarti Hinata sudah mempercayainya? Bukan Sasuke terlalu percaya diri, sekeras apapun wanita, jika ia sudah percaya dengan seseorang, maka sikapnya akan melembut. Seperti ibunya —Mikoto, yang mulanya dingin pada sikap Fugaku yang merupakan pria hasil perjodohan dengan kedua belah pihak keluarga.

Hinata dan Sasuke menoleh ketika suara pintu bergerak, seorang pelayan mempersilahkan pria dengan kuncir itu masuk, "Apakah aku mengganggu?"

Sasuke menggeleng pelan. Ia menjauhkan tubuhnya dari Hinata, "Tidak," ia melihat Shikamaru menyamankan dirinya, "Pesanlah apapun yang kau inginkan,"

Shikamaru mengangguk mengerti. Ia berbicara sejenak dengan pelayan yang mencatat pesanannya. Lalu setelah pelayan itu pergi, Shikamaru mengeluarkan berbagai dokumen dari dalam tas hitam miliknya. Ia menyerahkannya pada Sasuke dan Hinata, "Tanah itu bisa di rebut kembali, karena tanah itu di jual secara illegal,"

Mata Hinata membulat, "Maksudmu, tanah Pamanku sudah di jual?"

Shikamaru mengangguk, "Beberapa hari lalu. Karena proyek yang terus direbut oleh kalian, membuat Namikaze Group mengalami kerugian besar,"

Sasuke mengangguk paham, "Jadi, karena tanah itu di jual secara illegal dan kepemilikan yang tidak jelas, tanah itu bisa kita ambil?"

"Tentu. Pembeli dari tanah itu akan menuntut Naruto karena penipuan. Atau, paling mudahnya, pemilik itu akan membalikkan fakta jika suatu saat tanah itu terjerat hukum. Bisa saja, ia melempar kesalahan pada Naruto, karena pemilik baru tak tahu apapun mengenai tanah itu," jelas Shikamaru, "Terlebih, tanah itu tidak di balik nama dari Tuan Hizashi. Tidak ada cap dari Tuan Hizashi, berarti tanah itu benar-benar tidak sah menjadi milik Naruto. Kalian bisa menuntut Naruto atas kasus penjarahan harta,"

Sasuke menoleh pada Hinata. Mata gadis itu berbinar. Tidak tahu apa yang difikirkan Hinata, hanya saja terdapat kelegaan dari manik matanya. Tangannya meremat ujung kemeja Sasuke, "Kita bisa merebutnya?"

Sasuke tersenyum. Ia menggenggam tangan isterinya dan menautkan jari jemarinya, "Tentu. Seperti yang sudah kukatakan, aku akan merebut kembali semua yang seharusnya milikmu,"

Four Seasons of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang