"Dede Key, kita semua pulang ya. Dede yang nurut nggak usah ikut kita." pamit Ashsha pada sepupunya yang hanya di tanggapi dengan muka cemberut khas bayi 6 bulan itu.Tangan dede Key udah terulur minta ikut dengan ketiga kakak triplet yang udah mau pulang.
"Key, di rumah saja bareng umi dan abi ya. Kakak triplet mau pulang dulu. Nanti kakak main lagi kok di sini." ucap Tante Naya menenangkan pada sang baby yang kini udah mulai mewek, gara-gara triplet melambaikan tangan.
"Mbak Naya, kami pulang ya. Nggak apa-apa nih Keyranya?" pamit tante Fathiya.
"Nggak apa-apa, paling kalau nangis juga bentaran dia." tante Naya tersenyum.
"Yaudah kita pamit ya mbak. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Dan benar saat triplet masuk ke dalam mobil, Dede Keyra udah nangis sambil mengulurkan tangan minta ikut kakak-kakaknya.
Triplet melambaikan tangan di dalam mobil yang mulai menyala. Membuat tangis bayi itu semakin kenceng di pelukan sang umi.
"Dadah dede Key. Nanti kita main lagi kok." ucap triplet sekali lagi berpamitan sebelum mobil Om Irie meninggalkan kediaman om Prana.
Om Prana melambaikan tangan dan berucap "Hati-hati ya di jalan."
"Kasian dede Key nangis." sela Ashsha masih menengok kebelakang.
"Nanti kan kita bisa main lagi sama dede Key." Fariz memegang pundak adiknya, menenangkan si bunsu.
Ashsha mengangguk.
"Kalau nggak paling nanti om Prana yang datang ke rumah." kini si sulung berujar.
"Kita nggak pulang ke rumah ya. Tapi ke apartemen om." Om Irie bersuara dari balik kemudi.
Mendengar itu triplet saling berpandangan, kemudian menatap si om bule Jepang dengan berbagai pertanyaan yang muncul di benak ketiga keturunan CEO itu.
"Jadi. Nggak usah pasang muka kayak gitu. Bukannya kalian udah lama kan pengin nginep di apartemen om?" kini Om Irie balik menatap ke triplet lewat kaca spion tengah.
Seperti sedang rapat intern, Triplet saling berpandangan. Tak ada suara yang keluar dari mereka. Tapi kalau di liat-liat mereka sedang diskusi. Mengiyakan atau menolak acara nginep di rumah pengantin baru itu. Dua bulan sih sebenarnya usia pernikahan si om tapi kata si om pokoknya pengantin baru aja rasanya terus-terusan sampai usia pernikahan mereka tahunan.
"Kenapa nggak om yang pulang ke rumah? nanti kan lebih asyik. Rame, kumpul semuanya." sang jubir Atha mulai bersuara.
"Kalian kan belum pernah nginep di apartemen om kan?"
Triplet kompak menggeleng.
"Ayah dan ibu nanti nyusul nggak om?" tanya Fariz yang berharap orangtuanya bakalan nyusul mereka.
"Nggak kak. Ayah dan ibu kalian sedang ada urusan makanya kalian ikut om."
"Urusan apa om?" Fariz masih penasaran.
"Mereka pengin berduaan dulu sebelum dede twins lahir nanti. Pengin pacaran dulu dan nggak di ganggu kalian." ucap si om yang membuat Fariz hanya diam.
"Ihhh mas ngomongnya yang bener napa sih." Tante Fathiya menepuk lengan sang suami.
"Sakit tau sayang." Irie manyun.
"Liat tuh triplet jadi sedih."
Irie menengok ke arah spion tengah mobilnya. Tampak triplet menunduk. Terlihat jelas raut wajah sedih mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
all about Triplet
Spiritual*End - complete ***sequel dari "UNTUKMU IMAM RAHASIAKU" (The Secret Husband) Riweuh pusing musti sabar banyak-banyakin baca istighfar panjang-panjangin usus kata orang jawa hehehe, buat ngasuh ketiga anak yang lahir di hari yang sama bulan yang sama...