Surat Al Insyirah

6.2K 719 64
                                    

Irie memegang janjinya untuk nungguin triplet mengaji. Walaupun di sekelilingnya banyak ibu-ibu dia nggak peduli. Sikap cuek dan dingin dia pertahankan. Tak sedikit dari para ibu-ibu muda yang meliriknya, dan berbisik-bisik tentang dirinya. Bodo amat bagi Irie, kalau ada ibu-ibu yang berani mendekatinya berarti gila. Udah pada punya buntut masih aja liat daun muda.

"Maaf permisi." Sapa seseorang berdiri di depan Irie.

Irie yang dari tadi sibuk ngegame di handphone kesayangannya. Memperhatikan sepatu flatshoes di hadapannya, dan pelan-pelan melihat keatas. Sampai matanya tertuju pada dua netra perempuan yang menatapnya lembut.

"Iya." Jawab Irie singkat.

"Maaf, Anda omnya triplet?" Tanyanya.

"Iya, ada apa? Keponakanku bikin ulah ya?" Tanya Irie.

"Oh nggak, kami hari ini ada acara tadarusan bersama orangtua. Tapi kata mereka ibu dan ayahnya tidak bisa hadir. Hanya ada anda." Ucap perempuan yang di panggil kakak Hero ini.

Irie melirik ke arah pintu kelas, terlihat tiga anak kecil bersembunyi di balik pintu. Si om menghela nafas, ternyata ini alasan triplet nggak ijinin tunggu di mobil.

"Bagaimana anda bisa ikut masuk ke kelas?" Tanyanya lagi dengan bahasa baku.

"Ok." Bule jepang berdiri dan memasukkan handphone ke sakunya. Fathiya mundur satu langkah, kemudian masuk kembali ke kelas diikuti Irie.

Tiga bocah yang tingginya hampir sama langsung berlari duduk di tempatnya. Ternyata di sini tidak ada bangku dan meja untuk murid. Hanya ada satu meja kecil di depan guru. Dan murid di biarkan lesehan membentuk lingkaran. Hanya ada sepuluh anak. Di sudut lain ada Azka adik Fathiya yang duduk dan tersenyun pada om Irie.

"Loh kok cuman ada saya? Katanya mengaji bareng orangtua." Irie bingung, karena hanya ada dia wali murid di dalam kelas.

"Ini jadwal Triplet." Kata Fathiya.

Irie hanya manggut-manggut dan duduk di dekat ke keponakannya.

Suasana seperti ini mengingatkan Irie saat sekolah dasar dulu di jepang. Ada kegiatan bernama "Jugyousanka" adalah kegiatan di sekolah yang memperbolehkan orangtua siswa ikut bersama anaknya di dalam ruang kelas untuk belajar dan berpartisipasi selama jam pelajaran tertentu. Bertujuan agar orang tua siswa mengetahui sebenar-benarnya suasana di dalam kelas dan kemampuan serta cara belajar dan sikap anaknya mengikuti pelajaran.

"Maaf pak, bisa di mulai." Kata Fathiya mempersilahkan Irie.

"Aduh saya bingung. Apa yang harus saya lakukan," ujar Irie menggaruk belakang telinganya.

Secara berbarengan dan tanpa komando triplet menepuk jidat mereka masing-masing.

"Bapak bisa mulai tadarus bareng Triplet. Terserah mau baca surat apa." Jawab Fathiya, formal.

"Bapak? Tua banget, aku masih muda dan single." Jawab Irie tak terima.

Terdengar tawa kecil dari sudut, yang tak lain suara Azka.

"Maaf om nya triplet. Kami hanya seformal mungkin di hadapan anak-anak." Lanjut Azka.

"Oh, tapi kan bisa panggil aja Kak atau Om. Eh nggak deh kalau om kan ketuaan apalagi yang manggil wanita dewasa."

Fathiya menghembuskan nafas. Berusaha sabar sama omnya triplet.

"Iya om triplet yang baik hati, bisa mulaikan tadarusnya?" Kata Fathiya, dengan wajah terpaksa tersenyum menghadapi bule jepang yang belum bisa move on sama kakak cantik.

all about Triplet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang