Jahilnya Triplet

7.6K 726 63
                                    

"Ihh, kakak ini kan waktunya ade main!" kata seorang anak kecil ngotot.

Sedangkan anak kecil yang satunya, nggak mau kalah. Dia masih memegang bola yang disembunyikannya di belakang badannya. Agar adiknya tidak bisa merebut bolanya.

Anak kecil yang pertama kembali merengek.  Nggak mau kalah dia terus berusaha merebut bola yang dipegang kakaknya.

Sedangkan anak kecil yang ketiga. Melipat tangannya di dada dan bersandar di pohon. Hanya sebagai penonton aksi kedua saudara kembarnya.

"Kalau kakak nggak kasih ke ade, ade bakalan... " kata anak kecil tadi menggantung dan menatap tajam anak kecil yang dipanggil kakak.

"Bakalan apa? Hah!" kata anak kecil yang di panggil kakak tak kalah menatap tajam.

"Ayah!!!" teriak kenceng anak kecil tadi.

Bug,,,

Bola yang di pegang terlepas. Tangannya sibuk menutup telinga, tak menghiraukan bolanya yang terlepas dari tangannya. Anak yang bersandar pun di pohon sama langsung menutup telinganya.

Merasa di panggil, seorang Pria dewasa datang berlari menghampiri.

"Aduh, ada apa sih manggil ayah segitunya. Sampai burung di pohon terbang semua itu," kata Pria dewasa sambil menunjuk burung-burung yang berterbangan meninggalkan pohon. Lebay banget sih pak. Burung terbang juga cuman satu mau nyari makan buat anaknya.

Anak kecil yang berteriak menghembuskan nafas kesal. Dia terlihat marah sambil menunjuk anak laki-laki yang masih menutup telinganya.

"Aduh kakak Atha. Ada apa sih sampai ade Ashsha teriak gitu?" kata Ken menatap anak pertamanya manyun merasa disalahkan ayahnya.

"Nih bolanya." kata Fariz yang tadi bersandar di pohon memberikan bola ke Ashsha.

"Makasih kaka Fariz. Kakak Atha jahat!"kata Ashsha tersenyum ke arah Fariz dan menatap tajam ke arah Atha. Mirip adegan Rangga dan Cinta kalau mau bayangin ya. Hehehe

"Ya Allah, ternyata gara-gara bola. Harusnya ngalah dong kak Atha sama adiknya. Jadi kan nggak harus nunggu ade teriak. Sakit kan telinganya?" Tanya Ken mensejajarkan tingginya dengan anak pertamanya yang berumur 4 tahun dan mengusap kepalanya.

"Kasih makan apa sih yah? Sampe ade bisa teriak kayak gitu," Fariz berdiri di samping Ken.

Sedangkan Ashsha sudah asyik menendang bola ke gawang. Gawang mini yang sengaja Ken belikan untuk ketiga anaknya yang hobi main bola.

"Ayah aja bingung. Dari lahir kan udah gitu. Kayaknya sih keturunan Ib... " ucapan Ken menggantung melihat Maylan datang dengan baki ditangannya.

"Keturunan siapa?" kata Maylan menatap sang suami.

Ken hanya bisa nyengir menampilkan deretan giginya.

"Kata Ayah, Ade Ashsha teriak kenceng keturunan Ibu," jawab Fariz polos, kemudian mengambil kue diatas baki dan memakannya.

"Kakak makannya sambil duduk ahh."  Maylan mengingatkan Fariz untuk makan sambil duduk.

"Maaf Ibu. Lupa." kata Fariz

"Iya Ibu, kok ade bisa teriak kenceng gitu sih. Kata temen kakak di sekolah, dia nanya 'ibu kamu ngidam apa sih sampe punya adik teriak kenceng gitu.'" Ujar Atha mengingat omongan temennya di sekolah ngaji kemarin.

Maylan memegang jidatnya, menggelengkan kepala. Beristighfar di dalam hati.

Maylan juga bingung sendiri, anak perempuannya memang unik. Dia punya teriakan yang memekakan telinga, waktu kecil aja nangis paling kenceng. Padahal jarang banget nangis, tapi sekali nangis buat kedua kakanya ikutan nangis ketakutan.

all about Triplet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang